UNIVERSITAS
JEMBER
FAKULTAS
PERTANIAN
LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA : BAYU GUSTI SAPUTRA 11-1152
GOLONGAN/KELOMPOK : SENIN/3
ANGGOTA :
1. SITI
NURHIDAYATI 11-1023
2. BUDI REZQY N 11-1128
3. FAISHAL IRFANDI 11-1147
4. DWI HARTATIK 11-1150
5. ANGGI RAHAYU W 11-1153
6. YULI ARISTA 11-1154
JUDUL ACARA : STRUKTUR
PERTUMBUHAN BIBIT DAN UJI KEDALAMAN TANAM
TANGGAL PRAKTIKUM : 12 MARET 2012
TANGGAL PENYERAHAN :
ASISTEN :
1. DEDY EKO S.
2. FRENGKY HERMAWAN P.
3. MEIDA WULANDARI
4. NOVITA FRIDA SAFATA
5. HAIKAL WAHONO
6. IFTITAH FIKA F.
7. AHMAD NUR H. G. A
8. AHMAD TAUFIQUL H.
9. DIYAH AYU S.
10.
FIKA AYU S.
11. HERLIA PUTRI A.
12. RAAF LUQMAN SYAH
13. KIKI ULFANIA
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup secara umum memiliki
ciri khas yaitu dapat tumbuh, berkembangbiak termasuk juga tumbuhan.
Pertumbuhan merupakan cara tanaman untuk mempertahankan jenisnya dan
memperbanyak keturunannya dan tanaman melakukannya melalui pertumbuhan
generatif dan vegetatif. Perkembangbiakan tanaman secara vegetatif menggunakan
tubuh tanaman sebagai alat utama perkembangbiakan, sedangkan secara generatif
tanaman harus menyatukan sel jantan dan betina yang akhirya membentuk suatu
biji.
Biji
atau benih merupakan istilah yang hampir sama sehingga sering muncul kesalahan
dalam penggunaannya. Biji merupakan struktural yang dapat diartikan sebagai
bakal biji (ovule) yang dibuahi. Namun secara fungsional biji diartikan sebagai
unit perbanyakan tanaman secara alamiah dan secara agronomis benih dituntut
berutu tinggi sebab harus menghasilkan tanaman berproduksi maksimum. Di dalam
biji terdapat embrio sebagai calon epikotil dan hipokotil calon tumbuhan serta
cadangan makanan yang pada monokotil disebut endosperm dan pada dikotil disebut
kotiledon. Cadangan makanan di dalam biji menunjang embrio muda yang muncul
dari biji berkecambah sampai mampu berfotosintesis. Penyimpanan cadangan
makanan merupakan salah satu fungsi utama dari biji.
Penyimpanan
cadangan makanan tersebut berhubungan erat dengan proses pemasakan dan
pengisian biji. Pengetahuan tentang hal tersebut sangat diperlukan sebagai
bekal para breeder agar dapat memproduksi benih / biji yang mempunyai daya dan
kecepatan kecambah (viabilitas) yang tinggi. Ketepatan waktu dalam melakukan
panen untuk mendapatkan benih akan sangat berpengaruh terhadap mutu benih yang
dapat dilihat dari kecepatan dan daya kecambah apabila benih tersebut ditanam.
Saat yang tepat untuk memanen biji adalah pada saat biji pada tanaman Tersebut
mencapai masak fisiologis. Pada saat biji mencapai masak fisiologis ini
proses-proses fisiologis yang berkaitan dengan pengisian biji diihentikan
sehingga proses pertumbuhan (perbesaran) tidak lagi terjadi dan biji mencapai
berat maksimum. Oleh karena itu pada saat biji (buah) sudah mencapai berat
maksimum sebaiknya segera dilakukan pemanenan karena biji sudah mencapai masak
fisiologis.
Selain
berat biji yang sudah mencapai maksimum, tanda biji sudah mencapai masak
fisiologis adalah terjadinya penurunan kadar air dalam biji hingga batasan
tertentu (tergantung jenis tanaman). Setelah batasan tertentu tersebut, kadar
air biji akan mengalami fluktuasi. Saat kadar air mengalami fluktuasi inilah
biji sudah masak fisiologis. Fluktuasi kadar air dalama biji ternyata
berhubungan erat dengan kelembaban udara disekitar tempat biji disimpan. Hal
ini disebabkan sifat biji yang higroskopis sehingga sangat terpengaruh oleh
kelembaban udara.
Penentuan
saat panen yang tepat sangat berpengaruh terhadap mutu benih, oleh karena itu
ketepatan sangat dianjurkan. Penentuan saat panen terkadang terkendala oleh
tidak serentaknya masaknya walaupun dalam satu tanaman. Misalnya pada tanaman
padi, bulir yang letaknya paling ujung masak terlebih dahulu daripada bulir
yang berada di pangkal. Hal ini mengakibatkan tidak seragamnya mutu benih
karena perbedaan masak fisiologis.
Proses
perkecambahan erat kaitannya dengan biji atau benih. Biji atau benih setelah
ditanam pada kondisi lingkungan yang menguntungkan akan berkecambah. Bila biji
dikecambahkan pada media tanam akan muncul bibit. Umumnya struktur yang pertama
yang kemudian di ikuti dengan keluarnya calon pucuk pada pertumbuhan menjadi
akar primer dan kemudian tumbuh akar sekunder. Sementara pucuk atau titik
tumbuh tanaman yang tertutup oleh daun, sel-sel meristem akan membentuk batang
muda, daun kecil dan cabang. Hal tersebut yang dapat membuat biji berkecambah.
1.2
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui struktur kecambah dua macam jenis benih dan mengetahui keragaman
perkecambahannya.
2
Untuk
melatih mahasiswa agar dapat melakukan uji kekuatan tumbuh (vigor) bibit, dan
memahami relevansi uji kedalaman tanam.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi
perkecambahan benih antara lain: tingkat kematangan benih, ukuran benih, berat
benih, kondisi persediaan benih dalam benih, ketidaksempurnaan embrio, daya
tembus air dan oksigen dalam kulit biji. Disamping itu faktor internal, faktor
eksternal seperti suhu, air, oksigen dan cahaya matahari juga dapat
mempengaruhi perkecambahan biji. Perkecambahan tidak dapat terjadi jika benih
tidak dapat menyerap air dari lingkungan. Benih mempunyai struktur kulit yang
keas dapat mengganggu penyerapan air dan pertukaran gas, selain adanya zat
penghambat perkecambahan didalam kulit benih itu sendiri dan menghalangi
lepasnya penghambat yang terdapat dalam endosperma (Ardian,2008).
Biji merupakan
alat untuk mempertahankan kelanjutan hidup jenis (species) suatu tumbuhan yaitu
dengan cara mempertahankan atau memperpanjang kehidupan embryonic axis . Begitu
pentingnya peranan biji dalam keberlanjutan kehidupan, oleh karena pengetahuan
tentang biji sendiri sangat penting untuk diketahui. Di dalam biji terdapat
embrio sebagai calon epikotil dan hipokotil calon tumbuhan serta cadangan
makanan yang pada monokotil disebut endosperm dan pada dikotil disebut
kotiledon. Menurut Hidayat E.B (1995) cadangan makanan di dalam biji menunjang
embrio muda yang muncul dari biji berkecambah sampai mampu berfotosintesis
(Mugnisyah,2002).
Penyimpanan
cadangan makanan merupakan salah satu fungsi utama dari biji. Penyimpanan
cadangan makanan tersebut berhubungan erat dengan proses pemasakan dan
pengisian biji. Pengetahuan tentang hal tersebut sangat diperlukan sebagai
bekal para breeder agar dapat memproduksi benih / biji yang mempunyai daya dan
kecepatan kecambah (viabilitas) yang tinggi
(Mugnisyah,2002).
Kondisi unsur
hara dalam tanah sangat sangat beragam ada tanah yang bersifat kaya akan unsur
hara dan ada pula tanah yang bersifat kurang unsur hara. Ketika unsur hara
dalam kondisi yang rendah maka tanaman akan terhambat pertumbuhan sehingga
proses pertumbuhan dan pengisian bijinya juga terhambat begitu pula sebaliknya (Wartoyo,2007).
Rendahnya vigor dan viabilitas
benih merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya produktivitas tanaman.
Salah satu cara untuk memperbaiki kondisi benih yang telah mundur adalah dengan
metode invigorasi yang dapat memperbaiki kondisi benih yang telah menurun
viabilitasnya. Kemunduran benih yang menyebabkan menurunnya vigor dan
viabilitas benih merupakan awal kegagalan dalam kegiatan pertanian sehingga
harus dicegah agar tidak mempengaruhi produktivitas tanaman. Vigor benih adalah
kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada kondisi suboptimum di lapang,
atau sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan ditanam dalam
kondisi lapang yang optimum. Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang
dapat ditunjukkan dalam fenomena pertumbubannya, gejala metabolisme, kinerja
kromosom atau garis viabilitas sedangkan viabilitas potensial adalah
parameterviabilitas dari suatu lot benih yang menunjukkan kemampuan
benihmenumbuhkan tanaman normal yang berproduksi normal pada kondisi lapang
yang optitum. Kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologis benih yang
dapat menimbulkan perubahan menyeluruh di dalam benih, baik fisik, fisiologi
maupun kimiawi yang mengakibatkan menurunnya viabilitas benih (Hartati,2000).
Perkecambahan benih dimulai dari
proses imbibisi atau proses penyerapan air. Proses penyerapan air pada benih
adalah proses fisika murni akan tetapi merupakan awal dari perkecambahan,
kemudian diikuti proses metabolisme dalam benih sehingga embrio tumbuh menjadi kecambah
dan selanjutnya tumbuh menjadi bibit. Kecepatan perkecambahan dipengaruhi oleh
faktor genetik dan faktor lingkungan seperti tanah dan iklim mikro. Faktor
genetk terutama struktur kandungan cadangan makanan yang terdapat dalam benih
seperti karbohidrat, protein, lemak, dan hormon pengatur tumbuh. Besarnya
kandungan cadangan makanan ini dipengaruhi oleh ukuran benih, semakin besar
ukuran benih maka kandungan cadangan makanan yang terdapat dalam benih semakin
tinggi. Ukuran benih ini sering bervariasi, kendatipun pada jenis tanaman yang
sama (Siregar,2009:2).
Benih dengan ukuran yang lebih
besar memiliki mutu fisik dan fisiologis yang lebih baik dbandingkan dengan
benih-benih ukuran kecil, sehingga menghasilkan viabilitas berbeda. Benih
ukuran besar mempunyai keserempakan tumbuh yang lebih baik dibandingkan dengan
benih ukuran kecil. Hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit
(tinggi, diameter, panjang akar, berat kering dan rasio tunas). Semakin cepat
benih berkecambah, maka semakin cepat bibit tumbuh sehinga pembentukan dan
pertumbuhan organ-organ tanaman (tunas, daun, batang dan akar ) akan semakin
cepat sehingga akan meningkatkan laju proses metabolisme dan fotosintesa dalam
bibit dan selanjutnya fotosintat tersebut akan diangkut ke seluruh bagian
tanaman untuk pertumbuhan dan prkembang biakan bibit. Hal ini dapat dilihat
dari berat kering bibit dan rasio tunas dengan akar yang lebih baik
dibandingkan benih ukuran kecil (Roberts,1972).
Salah satu teknologi
alternatif yang dapat digunakan untuk mempertahankan mutu benih dan mengurangi
laju kemunduran benih selama penyimpanan adalah teknik pelapisan benih (seed
coating). Pelapisan benih merupakan proses pembungkusan benih dengan
zat tertentu yang dapat digunakan sebagai pembawa zat aditif. Teknik pelapisan
benih yang telah diterapkan umumnya menggunakan tambahan bahan kimia seperti
pewarna makanan, hormon tumbuh, dan pestisida (Sari,2004). Vigor dihubungkan
dengan bobot benih. Dalam hal ini dihubungkan dengan kekuatan kecambah,
kemampuan benig menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang
tidak menguntungkan serta bebas dari serangan mikroorganisme. Sewaktu benih di
tanam bila benih menurun maka kecepatan berkecambah menjadi lemah dan berat
kering atau bobot benih saat dikecambahkan menjadi rendah yang nantinya akan
menghasilkan panen yang. Dengan
demikian perlakuan invigorasi adalah peningkatan vigor benih dengan memberikan
perlakuan pada benih. Perlakuan pada benih adalah untuk memobilisasi sumber
sumber energi yang ada dalam benih untuk bekerja sama dengan sumber-sumber
energi yang ada di luar atau di lingkungan tumbuh untuk menghasilkan pertanaman
dan hasil yang maksimal (Hartati,2000).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum
pembiakan tanama 1 dengan judul acara Struktur Pertumbuhan Bibit dan Uji Kedalaman Tanam yang dilakukan di
laboratorium produksi tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Jember pada hari
kamis jam 14:00 wib
tanggal 12 Maret
2012.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1.
Benih monokotil
(jagung)
2.
Benih dikotil (kacang
tanah)
3.
Pasir
steril
4.
Tanah
top soil hasil dikering anginkan
3.2.2 Alat
1.
Bak pengecambah
2.
Penggaris
3.
Hand sprayer
3.3 Cara Kerja
1.
Membuat media tanam
berupa campuran tanah top soil dan pasir dengan perbandingan 1:1, kemudian
dibersihkan dan diayak halus.
2.
Masukkan media tanam
ke dalam bak pengecambah hingga ½-2/3 tinggi bak (untuk kedalaman 2,5-7,5),
siram sampai kelembaban secukupnya.
3.
Menananam 20-25 butir brnih monokotil 9 jagung atau padi
sebanyak 20-25 benih dan dikotil 9kedelai atau kacang tanah dengan ke dalaman
2,5 ; 5,0, dan 7,5 cm dalam tiga ulangan.
4.
Menutup benih yang telah ditanam dengan campuran tanah lembab yang
sama setinggi kedalaman tanam.
5.
Menanam
pada setiap bak pengecambah dengan satu macam
jenis benih dengan kedalaman tertentu (sesuai perlakuan) sebanyak tiga jalur (3
ulangan). Jangan lupa untuk selalu menjaga kelembaban subtract setiap saat.
DAFTAR PUSTAKA
Alnopri, dkk.
2004. Modifikasi Rancangan Dialil untuk Mendapatkan Kopi Arobika Unggul
Berdasarkan Aktivitas Nitrat Reduktose. Jurnal
Akta Agrosia. Vol. 7 (2):47-51.
Ardian. 2008.
Pengaruh Perlakuan Suhu dan Waktu Pemanasan Benih terhadap Perkecambahan Kopi
Arabika. Jurnal Akta Agrosia. Vol. 11
(1): 1-9.
Mugnisyah. 2002. Pengantar Produksi Benih. Jakarta: Rajawali
press.
Roberts, E. H. 1972. Viability
of Seeds.Chapman and Hall Ltd. London.
Sari, P. S.,
Widajati, E., Salma, S. 2009. Pengaruh Komposisi Bahan Pelapis dan
Methylobacterium spp. Terhadap Daya Simpan Benih dan Vigor Bibit Kacang
Panjang. Jurnal Departemen Agronomi dan
Holtikultura ITB. Vol. 1(1) : 2-6.
Siregar, Nurmawati. 2009. Pengaruh
Ukuran Benih Terhadap Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Bibit Gmelina. Balai
Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.
Jurnal Tekno Hutan Tanaman. Vol . 3 (1):1-5.
Sumiasri,N.dan Ninik,S.2006. Pengaruh
Beberapa Media pada Pertumbuhan Bibit Eboni (Diospyros celebica Bakh)
melalui Perbanyakan Biji. Jurnal
Biodiversitas. Vol. (7) : 260-263.
Wartoyo, dkk. 2007.
Buku Ajar Fisioogi Benih. Surakarta: UNS.
1 Response to "(TP) STRUKTUR PERTUMBUHAN BIBIT DAN UJI KEDALAMAN TANAM"
Heheheh bisa buat refrensi ni mas :D
Posting Komentar