PEMANFAATAN
SPONS, DEDAK DAN BONGGOL JAGUNG SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA TANAM HIDROPONIK
Bayu Gusti Saputra (111510501152)
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bercocok tanam dengan media tanam nontanah sudah sejak lama
menjadi pilihan di kalangan pencinta tanaman. Hal ini disebabkan karena faktor
lahan yang kurang atau bahkan tidak memadai. Masalah kelangkaan lahan tersebut yang mendorong
banyaknya orang yang beralih ke media tanam nontanah. Media tanam nontanah salah satunya dikenal dengan sistem hidroponik. Sistem hidroponik biasanya menggunakan media tanam pot (polybag),
bebas hama dan penyakit, mudah didapat, murah serta tidak berdampak negatif
terhadap tanaman. Hal yang lebih penting adalah media tersebut cukup mengandung
unsur hara yang diperlukan tanaman.
Bercocok tanam tanpa menggunakan
tanah biasa disebut hidroponik. Media tanam tersebut biasanya menggunakan pasir
kasar, krikil, batu apung, spons, vermikulit dan lain sebagainya. Media tanam
tersebut termasuk dalam komponen anorganik sedangkan media tanam yang merupakan
komponen organik meliputi arang, cacahan pakis, kompos, MOS, sabut kelapa,
pupuk kandang, dedak, bonggol jagung dan humus. Karena semua media tersebut
menggunakan media tanam nontanah yang berupa benda padat, mereka sering disebut
hidroponik media padat.
Menentukan media tanam
yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya
merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembaban
dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga
kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan
ketersediaan unsur hara. Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah
tidak selalu sama. Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan
jenis tanaman yang akan ditanam, seseorang harus memiliki pemahaman mengenai
karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya.
Berdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan
organik dan anorganik.
Media tanam yang ideal untuk tanaman hias
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.
Bersifat poros atau mudah membuang air
yang berlebihan;
2.
Berstruktur gembur, subur dan dapat
menyimpan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman;
3.
Tidak mengandung garam laut atau kadar
salinitas rendah;
4.
Keasaman tanah netral hingga alkalis,
yakni pada pH 6 – 7;
5.
Tidak mengandung organisme penyebab hama
dan penyakit;
6.
Mengandung bahan kapur atau kaya unsur
kalsium.
Istilah
hidroponik (hydroponics) digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok
tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Disini termasuk juga
bercocok tanam di dalam pot atau wadah lainnya yang menggunakan air atau bahan
porous lainnya, seperti pecahan genting, pasir kali, kerikil, maupun spon. Tiap
media mempunyai bobot dan porositas yang berbeda. Oleh karena itu, dalam
memilih media sebaiknya dicari yang paling ringan dan yang mempunyai porositas
baik, salah satunya yang dibuat dari spons. Fungsi dalam media tanam spons : menahan air dan hara dalam bentuk larutan agar tidak mudah lolos karena
daya serapnya yang tinggi dan mampu menjaga kelembapan tanaman.
Susunan media hidroponik telah cukup
banyak yang diformulasikan. Komposisi yang sering digunakan meliputi komposisi
lempung, bahan organik
dan pasir dengan
perbandingan masing-masing 7 : 3 : 2 dengan penambahan konsentrasi pupuk buatan
yang terbuat dari pupuk tulang, superfosfat (8,6 % P) dan potassium (40 % K).
Sebelum media tersebut digunakan harus disterilkan terlebih dahulu dengan jalan
dipanaskan dengan suhu 71ยบC selama sedikitnya 3 menit atau disterilkan dengan
bahan kimia kloropikrin atau kloropikrin dicampur dengan metilbromida. Proporsi
media tersebut pada umumnya digunakan dalam budidaya tanaman dalam pot, di
dalam rumah kaca. Proposinya masih dapat diubah dengan penyesuaian sesuai dengan kondisi setempat seperti jenis tanah, serta
ketersediaan bahan dan harga. Dengan demikian diperlukan beberapa uji coba
dengan berbagai resep untuk mendapatkan proposi media nontanah yang paling
baik.
Pada makalah ini akan dibahas penggunaan media tanam hidroponik dengan
media padat beserta beberapa keunggulannya dan tanaman yang digunakan yaitu
bibit sawi. Dalam hal ini media padat yang digunakan spons kompos dan dedak
dengan perbandingan-perbandingan tertentu
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Media
tanam dapat diartikan sebagai wadah atau tempat tinggal tanaman. Sebagai tempat
tinggal yang baik, media tanam harus dapat mendukung pertumbuhandan perkembangan
tanaman. Media tanam dikatakan berfungsi sebagai tempat berpijak untuk tanaman
dapat melekatkan akarnya dengan baik. Namun, untuk pertumbuhan akar
tanaman yang sempurna, media tanam harus didukung oleh drainase dan aerasi yang
memadai. Drainase yang lancar menjadikan akar-akar tanaman lebih leluasa bernafas sehingga lebih optimal dalam menyerap
unsur-unsur hara yang di butuhkan. Sementara aerasi yang memadai
sangat dibutuhkan oleh akar untuk bernafas sehinnga asupan oksigen dapat
tercukupi. Kekurangan oksigan pada tanaman dapat menyebabkan kematian akar
(Suseno,1993).
Bahan
anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal dari proses pelapukan batuan induk di
dalam bumi. Proses pelapukan tersebut diakibatkan oleh berbagai hal
yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik, dan kimiawi. Berdasarkan bentuk
dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan batuan induk dapat
digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50 /-1- 2 mm),
debu (berukuran 2-50u), dan tanah liat, bahan anorganik juga bisa
berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di pabrik. Beberapa
media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu gel,
pasir, kerikil, pecahan batubata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit.
Pengaruh media spons terhadap
pertumbuhan tanaman tidak jauh berbeda
dengan
sistem pemberian air secara kontinyu dan diduga semakin tebal spons terendam
dengan air, maka akar banyak menyerap unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman
semakin baik (Wirosoedarmo, 2001).
Ruang gerak dari akar lebih luas,
sehingga sirkulasi O2 didalamnya juga semakin bebas dan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman di atasnya, dalam hal ini adalah luas daun. Sebagian hara
terlarut di dalam air akan tersimpan dalam spons dan dimanfaatkan oleh akar
untuk pertumbuhannya (Wirosoedarmo, 2001).
Jamur tirarn putih (JTP) dapat dibudidayakan pada
batangan kayu atau media tanam. Media tanam dapat berasal dari limbah pertanian
seperti serbuk gergaji kayu dan bonggol jagung . Media tanam dapat berasal dari
limbah pertanian seperti serbuk gergaji kayu dan bonggol jagung. Bonggol jagung
dihancurkan dengan mesin pemecah biji-bijian jenis Hammermil sehingga mempunyai diameter dua milimeter, ukuran ini
hampir sama dengan ukuran
serbuk gergaji kayu yang digunakan (Kartika, 1995).
Laju pertumbuhan miselium
pada media campuran kompos serbuk gergaji kayu dan mos bonggol jagung lebih
cepat dari pada media tunggal (serbuk gergaji saja atau bonggol jagung saja).
Hal ini dikarenakan media campuran menghasilkan tekstur yang lebih baik
seehingga miselim mudah masuk di antara partike subtrat media dan menyerap
nutrisi yang tersedia dari hasil pengomposan (Kartika dkk, 1995).
Media tanam Pleurotus ostreatus yang
digunakan adalah jerami yang dicampur dengan air, dedak 10% dan kapur 1%..
Dedak dan kapur merupakan bahan tambahan pada media tanam Pleurotus
ostreatus. Dedak ditambahkan pada media untuk meningkatkan nutrisi media
tanam, terutama sebagai sumber karbohidrat, karbon, dan nitrogen. Kapur
merupakan sumber kalsium bagi pertumbuhan jamur. Selain itu juga kapur
berfungsi untuk mengatur pH media pertumbuhan jamur
BAB 3.PEMBAHASAN
Pengertian
media tanam dapat diartikan sebagai wadah atau tempat tinggal tanaman. Sebagai
tempat tinggal yang baik, media tanam harus dapat mendukung pertumbuhandan
perkembangan tanaman. Media tanam dikatakan berfungsi sebagai tempat berpijak
jika tanaman dapat melekatkan akarnya dengan baik. Namun,
untuk pertumbuhan akar tanaman yang sempurna, media tanam harus di dukung
oleh drainase dan aerasi yang memadai. Drainase yang lancar menjadikan
akar-akar tanaman lebih leluasa
bernafas sehingga lebih optimal dalam menyerap unsur-unsur hara
yang dibutuhkan. Sementara aerasi yang memadai sangat dibutuhkan oleh
akar untuk bernafas sehingga asupan oksigen dapat tercukupi.
Beberapa bahan dapat digunakan sebagai media
tanam, bahan tersebut seperti spons, bonggol jagung, dan dedak.
Spons sampai saat ini
jarang dimanfaatkan sebagai bahan media tanam, karena anggapan bahwa spons
tidak dapat mendirikan tanaman, terbuat dari bahan kimia yang dapat meracuni
tanaman dan sulitnya perawatan. Tetapi dengan teknik yang benar, spons
sebenarnya dapat digunakan untuk media tanam yang baik, contoh pada penanaman
sawi. Kelebihan media tanam spons adalah sangat ringan sehingga mudah dipindah-pindahkan dan ditempatkan dimana saja. Walaupun ringan, media jika direndam atau disiram air akan menjadi berat dengan sendirinya sehingga dapat menegakkan tanaman. Tingginya daya serap terhadap air dan unsur hara esensial yang berupa larutan.
Kekurangan media spons
diantaranya penggunaannya tidak tahan lama karena bahannya mudah hancur. Oleh karena itu, jika spons sudah terlihat tidak layak pakai (mudah hancur ketika dipegang),
sebaiknya segera diganti dengan yang baru.
Dedak memiliki ciri warna kuning kecokelatan, bentuknya butiran , bertekstur halus dan dalam media tanam dapat berfungsi sebagai bahan tambahan pada media tanam
yang meningkatkan nutrisi
media tanam, terutama sebagai sumber karbohidrat, karbon, dan nitrogen. Selain
itu, dedak juga memiliki kandungan selulosa dan lignin yang tinggi.
Dedak memiliki beberapa kelebihan diantaranya mengandung nutrisi yang berguna yaitu sumber kalium, karbohidrat, karbon dan nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu dedak juga berperan penting dalam system aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.
Namun pada kehidupan
sehari-hari dedak sulit didapat di wilayah kota. Disampng itu perlu disterilisasi karena mikroba patogen belum mati. Dedak juga tidak memiliki kandungan karbon. Sebelumnya pemanfaatan dedak hanya digunakan untuk media tanam pada
budidaya jamur tiram. Tetapi dengan kelebihan yang dimiliki oleh dedak, maka
dapat dimungkinkan bahwa dedak dapat digunakan untuk media tanan tanaman lain,
contoh media tanam tanaman hias.
Selanjutnya adalah bonggol
jagung. Bonggol jagung ini berwarna putih, ringan dan berbentuk silinder. Teksturnya kasar. Bahan tersebut merupakan bahan yang mengandung lignin dan bersifat sebagai pelindung pada jaringan tanaman serta
sulit terurai oleh mikroorganisme didalam dalam tanah. Struktur bonggol jagung yang lunak jika dihancurkan memudahkan akar tanaman
untuk menyerap nutrisi yang dikandung oleh bonggol jagung. Dimana bonggol
jagung juga mengandung unsur hara seperti Karbon : 46,58 %, Hidrogen : 5,87 %, Oksigen : 45,46 %,Nitrogen : 0,47 %, Sulfur : 0,01%, FC : 18,54 %, dan Volatile : 80,1%.
Bonggol jagung merupakan tanaman semusim, sehingga sulit
ditemukan saat tidak musim
panen. Bonggol jagung
dapat dimanfaatkan sebagai media tanam dengan cara dirajang terlebih dahulu
kemudian dicampur dengan bahan organik seperti pupuk kandang ditambah air dan
diaduk hingga merata. Selanjutnya benih ditaburkan pada media tersebut.
Kemudian ditutupi dengan menggunakan jerami untuk menjaga kelembabannya. Biasanya bonggol jagung dimanfaatkan sebagai media untuk campuran dalam
budidaya jamur tiram.
BAB IV. PENUTUP
Media tanaman adalah media tumbuh bagi tanaman yang dapat memasok
sebagian unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Media tanaman (media
tumbuh) merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman
secara baik. Sebagian besar unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman
dipasok melalui media tanam.
Hidroponik
merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah. Bukan hanya dengan air sebagai
media pertumbuhannya, dari kata hidro yang berarti air, tapi juga dapat
menggunakan media-media tanam selain tanah seperti kerikil, pasir, sabut
kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu, spons,
dedak, dan bonggol jagung. Media tanam hidroponik di bedakan menjadi dua macam
yaitu organik dan anorganik. Spons adalah media tanam anorganik yang bertekstur
lembut dan daya serap tinggi terhadap larutan, dan mempunyai fugsi yang sangat
dominan untuk menegakkan tanaman. Spons cocok sebagai
media tanam sayuran, misalnya sawi. Sedangkan bonggol jagung dan dedak merupakan
media tanam organik, campuran dedak dan bonggol jagung biasanya digunakan
sebagai media tanam jamur.
DAFTAR PUSTAKA
Kartika. 1995. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Wirosoedarmo. 2001.Berbagai Formulasi
Kebutuhan Nutrisi Pada Sistem Hidroponik. Jurnal Inovasi Pertanian.Vol. 7 (1):103-110.
Suseno, S. 1993. Bercocok Tanam Secara Hidroponik. Gramedia. Jakarta.
5 Response to "PEMANFAATAN SPONS, DEDAK DAN BONGGOL JAGUNG SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA TANAM HIDROPONIK"
Mas..spon yang dimaksud ini yang jenis rockwool atau yang spon untuk bikin kasur, sofa dll. Kalau yang rockwool saya sudah pakai untuk hidroponik, tapi kalau yg spon kasur saya baru coba kemarin sore, jadi hasilnya juga belum tau.
trimakasih. spon yg sya gunakan adalah jenis spon dari sofa bekas, sya memanfaatkan barang bekas untuk menciptakan sistem hidroponik yang optimal menumbuh kembangkan tanaman.
Terobosan yang sangat menarik....
like.. saya sudah buat penelitian tentang penggunaan spons pada metode hidroponik.. hasilnya memuaskan.. berbeda dgn media lainnya yang saya gunakan.. semangat budidaya
bagaimana dan apa saja bahanya cara membuat jamur tiram..sebagai bahan awal tongkol jagung
Posting Komentar