Featured Products

Vestibulum urna ipsum

product

Price: $180

Detail | Add to cart

Aliquam sollicitudin

product

Price: $240

Detail | Add to cart

Pellentesque habitant

product

Price: $120

Detail | Add to cart

LAPORAN TEKNIK PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA                                    : BAYU GUSTI SAPUTRA
NIM                                        : 111510501152
GOLONGAN/KEL                : SENIN / 6
ANGGOTA                            : 1. FRANSISKA ADE          (091510601069)
                                                  2. TEGUH BAGUS             (091510601074)
                                                  3. KHARISMA AGRI         (091510601081)
                                                  4. PUTRI SEPTIANI           (111510501016)
                                                  5. DAWUD LUTAMA        (111510501065)
                                                  6. NISA ATIN                      (111510501071)
JUDUL ACARA                    : TEKNIK PRODUKSI TANAMAN JAGUNG
(Zea mays)
TANGGAL PRAKTIKUM   : 1 OKTOBER 2012
TANGGAL PENYERAHAN           : 4 DESEMBER 2012
ASISTEN                               : 1. DEDI EKO S.
                                                   2. MEIDA WULANDARI
  3. NOVITA FIRDA S.
  4. IFTITAH FIKA F
  5. HAIKAL WAHONO
  6. AHMAD NUR H.G.A
  7. ULIL ABROR P.Y
  8. ADI RACHMAT
  9. ANSAUL AZIZAH S
 10. SHOLIFA
 11. LUSIANA

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan di Indonesia yang merupakan famili dari gramineae. Jagung merupakan tanaman semusim (annual), dengan satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi, meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan..Taksonomi  tanaman jagung adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae (tumbuh-tumbuhan), Divisio: Spermatophyta (tumbuhan berbiji), Sub Divisio: Angiospermae (berbiji tertutup), Classis : Monocotyledone (berkeping satu), Ordo: Graminae (rumput-rumputan),Familia: Graminaceae, Genus           : Zea, Species : Zea mays L.
Dalam budidaya jagung terdapat beberapa faktor umum yang harus diperhatikan. Faktor umum yang harus diperhatiakan antara lain seperti faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal menyangkut sifat genetis yang terkandung pada tanaman yang akan dibudidayakan. Faktor genetis pada tanaman yaitu keunggulan-keunggulan tertentu yang dimiliki oleh tanaman itu sendiri, seperti genetis yang mendukung jumlah produksi tanaman, mendukung tanaman agar toleran terhadap faktor biotik dan abiotik yang kurang menguntungkan. Sedangkan faktor eksternal mencakup keadaan lingkungan di sekitar tempat tanaman tumbuh, baik itu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan biotik meliputi makhluk hidup yang ada disekitar jagung yang berperan positif ataupun berperan negatif sebagai hama bagi jagung, sedangkan lingkungan abiotik, meliputi iklim, tanah, tinggi tempat, intensitas cahaya, curah hujan dan lain sebagainya.
Jagung dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang beriklim panas, dengan curah hujan 100-200mm/bulan. Tanah yang cocok untuk tanaman jagung adalah tanah yang gembur dengan pH optimal mendekati netral, tidak bisa tumbuh secara optimal dalam kondisi asam. Ketinggian yang paling tepat untuk budidaya tanaman jagung adalah antara 0-1300 m di atas permukaan laut. Untuk varietas yang digunakan sebaiknya varietas-varietas unggul. Namun pada dasarnya ada beberapa varietas jagung yang biasa digunakan, antara lain Abimanyu, Arjuna, Bromo, Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas,dll. Untuk pemberian unsur hara, perlu dilakukan sesuai dengan dosis dan kebutuhan jagung. Sedangkan pemeliharaan dilakukan secara rutin, termasuk dalam hal pengairan dan pemberantasan organisme pengganggu tanaman yang bisa mengurangi hasil produksi jagung.
Tanaman jagung merupakan komoditi tanaman pangan yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat banyak, di Indonesia jagung banyak digunakan sebagai produk konsumsi maupun sebagai pakan ternak. Sekarang ini telah banyak informasi yang menyebutkan bahwa harus ada bahan makanan pengganti beras. Selain gandum, singkong, dan sagu, sebenarnya jagung memiliki  potensi yang sangat besar untuk menggantikan beras. Karena, jagung merupakan sumber  karbohidrat sebagaimana beras, dan dapat dijadikan bahan baku untuk aneka ragam produk  olahan. Di beberapa daerah di Indonesia, misalnya Nusa Tenggara, telah  menggunakan jagung sebagai bahan pangan pokok Sehubungan dengan tingginya permintaan terhadap tanaman jagung dan produksi jagung di Indonesia yang kurang maksimal, maka dibutuhkan inovasi-inovasi baru yang bisa meningkatkan produksi tanaman ini.

1.2  Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman jagung.
2.      Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman jagung yang baik sesuai dengan kondisi tanah.





BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman jagung cocok ditanam di Indonesia, karena kondisi tanah dan iklim yang sesuai. Disamping itu tanaman jagung tidak banyak menuntut persyaratan tumbuh serta pemeliharaanyapun lebih mudah, maka banyak jika petani yang selalu mengusahakan lahannya dengan tanaman jagung. Jagung dimanfaatkan oleh warga indonesia untuk kebutuhan pangan dan atau ntuk lain-lainnya sesuai dengan keinginan konsumen. Sebagai pemenuhan kebutuhan pangan, jagung merupakan salah satu alternative pengganti beras. Di wilayah Jawa Timur masih banyak pedagang yang menjual nasi jagung maupun beras jagung, baik itu yang berupa jagung biasa yang sudah dirontokkan dari tongkolnya maupun jagung yang telah digiling menjadi beras jagung. Jadi banyak para petani yang menggunakan lahannya untuk dimanfaatkan sebagai lahan pembudidayaan jagung (AAK,1993).
Jagung merupakan pokok penting yang menyumbang sekitar 64% dari total asupan kalori harian pedesaan orang dan menyumbang sekitar 15,4% dari
protein yang dihasilkan oleh tanaman di dunia.  Tanaman ini tumbuh subur di tumpangsari dan tanam relay di tanam sistem, dan memiliki pemulihan cepat dan biomassa rendahnya ekonomi produksi. Cukup dan seimbang pasokan hara tanah terutama N, P dan K elemen yang penting untuk produksi jagung (I., Ezeaku P., 2010).
 Di Indonesia rata-rata produksi jagung manis pada tahun 2006 mencapai 2,89 ton tongkol segar/ha (BPS, 2005). Produksi tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan hasil jagung manis lembah Locyer Australia yang mencapai hasil 7–10 ton tongkol segar/ha.Secara umum rendahnya produksi jagung manis tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adanya serangan hama dan penyakit. Hama yang selalu dijumpai pada pertanaman jagung manis adalah penggerek tongkol jagung Helicoverpa armigera Hubner. Di Sulawesi Tengah hama ini menyerang lahan petani pada setiap musim tanam dengan intensitas serangan pada musim tanam tahun 2001 berkisar 15–69,3% (Khasanah,2008).

Tanaman jagung dapat tumbuh baik hampir disemua macam tanah. Tetapi tanaman ini akan tumbuh baik pada tanah yang gembur, kaya akan humus. Tana yang padat serta kuat menahan air tidak baik untuk untuk ditanami jagung, karena pertumbuhan akarnya akan kurang baik atau akar-akarnya akan menjadi busuk. Pengaturan jarak tanam juga akan berpengaruh pada pertumbuban dan produksi. Peningkatan kerapatan tanaman per satuan luas sampai batas tertentu dapat meningkatkan hasil. akan tetapi penambaban jumlah tanaman selanjutnya akan menurunkan hasil karena teIjadi kompetisi harn, air, radiasi matahari dan ruang tumbuh (Suprapto,1982).
Jagung telah digambarkan sebagai tanaman emas karena setiap bagian tanaman yang berguna untuk manusia dan nya hewan. Ini adalah tanaman lintas -penyerbukan dan seperti setiap tanaman diserbuki lainnya silang, yang fenotipik dan atribut genotipik yang dikendalikan oleh kualitatif dan gen kuantitatif dan dengan demikian, dapat diubah melalui manipulasi genetik dan pilihan (O.,Okporie E., 2008).
Varietas-varietas jagung yang ada di Indonesia memiliki sifat biji yang keras karena dikembangkan dalam rangka proteksi terhadap serangan hama penyakit. Varietas sejenis ini memiliki karakteristik kandungan protein yang rendah karena tidak memiliki gen opaque-2 yang mengendalikan kadar protein. Menurut Weingartner (2002) adanya gen opaque-2, dapatmeningkatkan kandungan protein, tetapi dilainpihak menyebabkan biji jagung lunak, dan rapuh.Ahli pemuliaan mulai mengembangkan tanamanjagung yang memiliki kadar protein yang tinggidengan cara menginduksi gen opaque-2 kedalamsuatu varietas, tetapi cara tersebut memunculkansifat yang tidak diinginkan seperti rendahnya produksi dan sifat kerapuhan biji (Wijaya dkk,2007).
Lokasi usaha adalah salahsatu faktor yang perlu mendapatkan perhatian karena menyangkut tempat tumbuh tanaman. Tanaman jgung merupakan tanaman yang berfotosintesis C4, maksudnya mempunyai kapasitas fotosintesis tinggi. Selain jagung, yang termasuk dalam tanaman C4 adalah sorgum dan tebu. Berdasarkan pengamatan, jagung dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu jagung komposit, jagung Hibrida dan jagung Transgenik (Tim Penulis PS,2001).
Peneliti mencatat bahwa konsentrasi nitrat jagung pada akhir
musim adalah indikator yang dapat menggambarkan status N tanaman selama pertumbuhannya. Tanaman jagung memiliki NO3 yang lebih besar yang terakumulasi pada tanaman tersebut. Dengan meningkatnya tingkat N, mungkin menunjukkan N yang terakumulasi dalam tangkai dari aplikasi N kelebihan. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa konsentrasi N dalam tunas dapat lebih besar dari persyaratan minimum tanaman agar dapat tumbuh maksimum. Studi yang dilakukan oleh Plenet dan Lemaire (1999) menunjukkan bahwa N konsentrasi bahan kering tunas (DM) bisa sampai 65% lebih tinggi dari persyaratan minimum untuk pertumbuhan maksimum dalam tanaman jagung pada sistem irigasi (Liu.P,2011).
Plasma nutfah tanaman jagung yang tumbuh didunia mempunyai banyak jenis atau varietas. Para ahli botani mengidentifikasi keragaman genetik tanaman jagung kedalam ras-ras. Identifikasi ras-ras jagung petama kali dilakukan di Meksiko. Penelitian yang sama juga dilakukan di Amerika Serikat. Di benua Amerika sendiri tercatat ada 276 jenis jagung (Rukmana,1997).
Dua butir jagung yang ditanam perlubang dapat tumbuh tegak dalam 2 minggu masa pertumbuhannya. Setelah tanaman dipanen, dikeringkan, ditumbuk, ditimbang dan data hasil disesuaikan dengan 14% kadar air. Percobaan digunakan untuk menguji sisa efek dari limbah dan diulang dalam musim tanam kedua dan ketiga, dengan menggunakan prosedur yang sama seperti pada musim tanam pertama. Teryata tanaman jagung dapat dijadikan indikator pada tanah tercemar limbah (Mbah C.N.2008).
Jagung Hibrida adalah jagung yang pada proses pembuatannya dengan cara pemuliaan dan penyilangan antara jagung induk jantan dan jagung induk betina sehingga menghasilkan jagung jenis baru yang memiliki sifat keunggulan dari kedua induknya. Ada beberapa faktor utama yang yang sangat vital bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan jagung hibrida. Walaupun beberapa syarat tumbuh lainnya terpenuhi, jika masih ada syarat lainnya yang tidak terpenuhi, maka cukup sulit mendapatkan hasil yang maksimal (Warisno,1998).

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum Teknik Produksi Tanaman Jagung ini dilakukan pada hari Senin, 1 Oktober 2012 pada pukul 13:45 sampai selesai, di lahan Agroklimatologi, Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Benih jagung
2. Tanah
3. Pupuk (Urea, SP-36, KCl)
4. Bahan Organik

3.2.2 Alat
1. Cangkul
2. Tugal
3. Roll meter
4. Tali rafia
5. Papan nama
6. Ayakan
7. Timba
8. Polibag ukuran 40x60
9. Kertas label

3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menyiapkan media tanam dengan cara mengayak tanah, dan menjemur sampai kerig angin.
3. Mengambil sampel tanah kemudian dianalisis sidik cepat untuk mengetahui kondisi tanah melalui pH, C-Organik, dan sifat fisik tanah.
4. Memasukkan tanah sebanyak 10 kg ke dalam polibag, untukperlakuan dengan penambahan BO berat tanah disesuaikan, kemudian menyiram dengan air.
5. Menanam benih jagung pada masing-masing perlakuan.
6. Pemupukan SP-36 dan KCl serta penambahan bahan organik seeseui dengan dosis anjjuran sidik cepat sedangkan untuk pupuk urea sesuai dengan perlakuan
7. Melakukan pengamatan secara rutin.




















BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum dan pengamatan yang dilakukan pada tanaman jagung dapat diperoleh hasil berupa tabel sebagai berikut :

Perlakuan
Minggu
Ke
Rerata
Tinggi Tanaman
cm
Rerata Jumlah Daun
Rerata Diameter Batang
cm
Rerata
Panjang Akar
cm
Rerata Jumlah Akar



1
kelompok 1 dan 4
1
3,85
4,51




4,17




85,95




28,52
2
35,04
5,52
3
30,25
8
4
65,91
8,58
5
106,23
9,73
6
140,1
10,75
7
179,1
12,5
8
169,55
14,05


2
kelompok 2 dan 5

1
8,25
4,75



8,62



77,83



31,1
2
27,54
5,25
3
55,63
7,55
4
78,93
9,87
5
119,93
10,08
6
143,98
9,3
7
161,3
10,47
8
176,71
12,56




3
kelompok 3 dan 6
1
4,05
10,5




3,12




16,15




3,17
2
6,4
3,5
3
14,7
5,1
4
21,8
5,5
5
39
5,75
6
95,5
6,87
7
57,87
7,8
8
61
8,2
Tabel 1. Tabel Data Golongan Hasil Pengamatan Jagung
4.2 Pembahasan
            Pada tanggal 22 sampai 24 November 2012 telah terselenggara Konferensi Jagung Internasional atau Internasional Maize Conference (IMC) yang telah digelar di Indonesia. Provinsi Gorontalo selaku provinsi penghasil jagung telah berhasil menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Jagung Internasional atau Internasional Maize Conference (IMC). Konferensi tersebut dihadiri pihak Kementerian Pertanian, para gubernur se-Sulawesi, dan sejumlah pengusaha baik nasional maupun internasional. Pertemuan tersebut membahas berbagai hal khususunya menyangkut seminar tentang integrasi agribisnis jagung dan ternak, selain itu dibahas juga upaya peningkatkan ketahanan jagung pada iklim tropis, pengembangan teknologi jagung, peluang menjadikan komoditi jagung memberantas kemiskinan, beserta tantangan dan peluang pengembangan jagung di Indonesia dan di seluruh  dunia.
Berdasarkan hasil keputusan oleh ilmuwan, peneliti, tenaga ahli khusus, pemerintah setempat, perusahaan industri benih, pupuk, dan pestisida, organisasi pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, serta pengusaha jagung, menyatakan konferensi itu akan menjadi penggerak ekonomi Sulawesi-Indonesia di bidang pertanian melalui produk jagung. Hal tersebut dikarenakan jagung merupakan produk biji-bijian ketiga yang paling banyak diminati dunia dan diperdagangkan setelah gandum dan beras sebagai bahan pangan. Jagung yang berasal dari daerah Gorontalo Sulawesi-Indonesia, saat ini paling banyak diminati negara-negara Amerika Latin dan Afrika. Seandainya di masa yang akan datang tingkat produksi jagung di Indonesia mencapai 828 juta ton maka komoditi tersebut akan mampu memberi efek pembangunan ekonomi diIndonesia di bidang pertanian.
Jagung memiliki nama latin Zea mays, adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap perubahan iklim dan memiliki masa hidup 70-210 hari. Jagung dapat tumbuh hingga ketinggian 3 meter. Tidak seperti tanaman biji-bijian lain, tanamn jagung merupakan satu satunya tanaman yang bunga jantan dan betinanya terpisah. Untuk mengetahui lebih dalam tentang tanaman jagung, perlu adanya pemahaman morfologi, anatomi, dan faktor-faktor yang berkaitan dengan tanaman jagung, mulai dari kondisi iklim, lahan tanam, cara penanaman serta pertumbuhannya. Berikut morfologi dan anatomi tanaman Jagung yang disebutkan oleh Arghya Narendra (2011) Mahasiswa S-1 Beasiswa Unggulan Program Studi Agroteknologi 2011 Fakulas Pertanian UNEJ dalam Blogspotnya.
1. Biji
Biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian utama, yaitu dinding sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini merupakan bagian yang terpenting dari hasil pemaneman. Bagian biji rata-rata terdiri dari 10% protein, 70% karbohidrat, 2.3% serat. Biji jagung juga merupakan sumber dari vitamin A dan E. (Belfield dan Brown, 2008).
Embrio pada tanaman jagung terletak dibawah endosperma. Jaringan endosperma bersifat padat. Embrio terdiri dari radicula dan plumula. Radikula pada embrio dilindungi oleh sel-sel colerorhiza. Plumula dilindungi oleh sel-sel aleuron sel. Sel aleuron bertipe kecil, padat dan berbentuk persegi. Lapisan pelindung paling luar yang menutupi seluruh biji adalah pericarp (Malti et al., 2011).
2. Daun
Pada awal fase pertumbuhan, batang dan daun tidak bisa dibedakan secara jelas. Ini dikarenakan titik tumbuh masih dibawah tanah. Daun baru dapat dibedakan dengan batang ketika 5 daun pertama dalam fase pertumbuhan muncul dari tanah. Daun terbentuk dari pelepah dan daun (leaf blade & sheath). Daun muncul dari ruas-ruas batang. Pelepah daun muncul sejajar dengan batang. Pelepah daun bewarna kecoklatan yang menutupi hampir semua batang jagung(Belfield dan Brown, 2008).
Daun baru akan muncul  pada titik tumbuhnya. Titik tumbuh daun jagung berada pada ruas batang. Daun jagung berjumlah sekitar 20 helai tergantung  dari varietasnya. Sejalan dengan pertumbuhan jagung, diameter batang akan meningkat. Pertumbuhan diameter pada tanaman jagung menyebabkan 7-8 daun pada bagian bawah tanaman jagung mengalami kerontokan
Anatomi dari daun tanaman jagung adalah berkarakter sama dengan rerumputan yang hidup didaerah iklim sedang (mesophytic grass). Jaringan paling luar disebut epidermis yang memiliki kutikula sehingga bersifat kasar. Bentuk selnya adalah batang. Jaringan epidermis selalu berada di luar. Silika kristal terdapat pada beberapa tipe daun yang bervarietas berbeda. Silika kristal bersebelahan dengan jaringan epidermis yang berfungsi sebagai pengikat. Pada tanaman monokotil seperti jagung, daun tidak memiliki jaringan palisade. Setiap sistem vaskular, dikelilingi oleh jaringan parenkim yang keras namun tipis. Sistem vaskular dikelilingi bundle sheath.  Jagung adalah tipe tanaman C4. Tanaman C4 memiliki sel  kloroplas yang besar dan tersebar secara kaku. Kloroplas terletak didaerah mesofil daun yang terletak pada bagian tengah jaringan daun. (Malti et al., 2011).
3. Batang
Jagung berbentuk ruas. Ruas-ruas berjajat secara vertikal pada batang jagung. Pada tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin berkurang (Belfield dan Brown, 2008). Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang. Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun dan sebagai tempat pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh bernama  xilem  dan  floem. Floem bergerak dua arah dari atas kebawah dan dari bawah ke atas. Floem membawa sukrose menuju seluruh bagian tanaman  dengan bentuk cairan.
Pada potongan melintang, jaringan epidermis berbentuk persegi. Sel epidermal mengandung bagian kristal yang  memanjang. Di dalam setelah jaringan epidermis, terdapat jaringan sklerenkim yang tebal. Sklerenkim pada batang saling berselang-seling dengan jaringan klorenkim.  Sklerenkim sebagian mengandung kumpulan sistem vaskular yang melingkari batang. Terdapat 3-5 sistem vaskular yang mengitari batang.  Bagian sistem vaskular yang terluar merupakan yang terkecil. Bagian utama sistem vaskular yangterdiri dari xilem dan floem menyebar di bagian  dalam tengah pada batang. Sistem vaskular yang berada di tengah tidak seluas sistem vaskular yang berada pada bagian periferal (pinggir). Sistem vaskular yang terletak pada bagian tengah batang tidak memiliki jaringan sklerenkim. Pada bagian tengah batang. Sklerenkim digantikan oleh jaringan keran bernama parenkim (Malti et al., 2011).
4. Akar
Pada tanaman jagung, akar utama yang terluar berjumlah antara 20-30 buah. Akar lateral yang tumbuh dari akar utama mencapai ratusan dengan panjang 2,5-25 cm. Botani tanaman jagung termasuk tanaman monokotil (Tim Kerja Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, 2011). Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal, dan akar udara. Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih ditanam. Pertumbuhan akar melambat ketika batang mulai muncul keluar tanah dan kemudian berhenti ketika tanaman jagung telah memiliki 3 daun.
Pertumbuhan akar kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan akar adventif yang berkembang pada ruas pertama tanaman jagung. Akar adventif yang tidak tumbuh dari radikula tersebut kemudian melebar dan menebal. Akar adventif kemudian berperan penting sebagai penegak tanaman dan penyerap unsur hara. Akar adventif juga ditemukan tumbuh pada bagian ruas ke 2 dan ke 3 batang, namun fungsi utamanya belum diketahui secara pasti (Belfield dan Brown, 2008). Akar pada tanaman jagung terdiri dari epidermis, ground tissue, endodermisyang mengelilingi sistem vaskular akar. Sistem vaskular terdiri dari xilem dan floem. Epidermis tersusun atas sel-sel eliptik dan perhadapan dengan 2 lapis hypodermis.
5. Bunga
Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina  terdapat pada tongkol jagung. Tangkai kepala putik merupakan rambut yang terjumbai di ujung tongkol yang selalu dibungkus kelobot yang jumlahnya 6-14 helai. Pada bunga betina, terdapat sejumlah rambut yang ujungnya membelah dan jumlahnya cukup banyak (Tim Kerja Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, 2011).
6. Struktur Reproduksi Tanaman Jagung
Jagung merupakan tanaman monoecious dimana setiap individu tanaman  memiliki  bunga jantan  dan  betina. Bunga jantan terletak  pada  titik tumbuh tanaman  jagung.  Ketika fase pertumbuhan  terhenti, bentuk untuh  dari bunga betina  akan terlihat jelas. Bunga  betina terletak pada bagian tengah tanaman. Penyerbukan terjadu pada bagian kelobot yang  kemudian akan berkembang menjadi jagung.Bunga jantan memiliki central spike dan beberapa cabang lateral. Setiap spike memiliki banyak bunga. Bunga tersebut disebut spikelet. Spikelet membawa serbuk sari. Serbuk sari mulai berterbangan selama 2 hari sebelum bunga  betina siap untuk  menerima. Lepasnya serbuk sari dari bunga jantan  akan terus berlangsung selama 8 hari dimana bunga betina sudah siap  menerimanya.
Bagian bunga betina muncul pada daerah sumbu daun (leaf axis). Tidak semua sumbu daun dapat mengeluarkan bunga  betina,  hanya 1 atau 2 sumbu daun yang dapat  menjadi tempat tumbuhnya bunga betina.Pada tanaman jagung, bunga betina muncul pada bagian tengah batang. Bunga betina mirip dengan bunga jantan dalam bentuk berambut.Serbuk sari dari dari bunga  jantan  tertambat  oleh silk atau bagian  utama  bunga betinayang b erbentuk seperti  rambut. Serbuk  sari kemudian membuahi telur.
6.  Perkecambahan
Biji jagung akan tumbuh optimum jika ditanam pada tanah yang berkelembapan 21 derajat Celcius. Dengan suhu tersebut. Biji akan berkecambah dalam waktu 2-3 hari. Jika temperatur tanahnya rendah yaitu kurang dari 18 derajat Celcius, tanaman jagung akan sulit untuk berkecambah. Secara keseluruhan jika suhu tinggi dan kelembapan kurang, dimungkinkan dapat menghambat atau membunuh biji yang akan ditanam (Belfield dan Brown, 2008).

7. Fase Vegetatif
Akar yang tumbuh awal (akar adventif) akan tumbuh dari ruas batang bertama yang berada di bawah permukaan tanah,dan akan menjadi akar utama setelah 10 hari setelah muncul. Daun akan muncul dalam jumlah sedikit dan berbentuk kecil. Dikarenakan titik tumbuhnya masih berada di bawah tanah, daun yang muncul pada minggu ke 2 dan ke 3 ini masih rentan terhadap banjir. Pada 3 minggu awal ini, tanaman jagung  telah memunculkan lebih dari 5 daun dan mulai nampak  bakal tempat bunga jantan dan bakal tempat bunga betina (Belfield dan Brown, 2008).
Pada minggu ke 5 sampai ke 7, merupakan fase paling kritis pada tanaman jagung. Batang dan akar tumbuh secara cepat, dengan kebutuhan akan zat hara dan air cukup tinggil. Pada minggu ke 5, pertumbuhan daun sudah sempurna dan sistem perakaran telah kompleks.  Pada vase ini, bunga jantan mulai berkembang  diikuti oleh perkembangan bunga betina. Satu atau dua bauh bunga betina akan tumbuh. Sikitar minggu ke 7, bunga betina akan berada pada ukuran penuh. Serangan kekeringan dan hama penyakit akan berdampak besar pada hasil panen. Pada fase ini, tanaman jagung sangat membutuhkan air untuk tumbuh (Belfield dan Brown, 2008).
9. Fase Generatif
Fase generatif pertama adala pembungaan, dapat diindikasi apabila daun telah berjumlah lebih dari 20 helai. Fase ini juga diindikasikan dengan bunga jantan yang berkembang penuh. pada masa ini, tanaman tidak membutuhkan unsur Kalium, namun masih membutuhkan unsur hara lain serta jumlah pengairan yang banyak. Jumlah panen yang sedikit sebenarnya dikarenakan pada masa pembungaan tanaman kekurangan air. Penyerbukan sering terjadi pada sore hari. Hal ini dikarenakan pada terik matahari yang terlalu panas, dapat merusak serbuk sari yang akan menuju bunga betina (Belfield dan Brown, 2008).
Biji atau buah jagung akan tumbuh 7 hari setelah pembungaan. Tanaman kini menggunakan energinya untuk memperbesar buah. Pada masa ini, biji pada buah jagung terasa berair seperti susu bila ditekan. Pada masa ini unsur hara N dan P sangat dibutuhkan. Pengerasan pada biji akan terjadi sekitar 20 hari setelah penyerbukan (Belfield dan Brown, 2008). Sekitar 30 hari setelah penyerbukan, tanaman telah mencapai berat kering maksimum. fase ini disebut fase kematangan fisiologis. Pada fase ini, biji telah berwarna kuning, dan garis berwarna  putih yang membatasi tiap biji  telah  tertutup oleh biji jagung yng masak.  Kelembapan kernel (biji)  pada masa ini  adalah 30%. Masa siap panen ditandai dengan daun yang telah kering dan kelembapan biji kurang dari 20% (Belfield dan Brown, 2008).Masa pemanenan ditandai dengan daun tanaman jagung yang telah menguning dan bonggol terlihat kering. Pada umumnya dilakukan saat jagung berumur 70-210 hari, tergantung varietas yang ditanam. Jika pemanenan pada saat musim hujan, masa panen dilakukan saat hujan tidak turun selama 2 hari guna menjaga tanaman agar tetap kering ketika dipanen dan memudahkan penyimpanan.
Jagung adalah tanaman yang sensitif terhadap faktor cekaman banjir. Akibat dari banjir, tanaman jagung  tidak dapat dipanen. Ini dikarenakan banjir mengurangi kadar oksigen dalam tanah dan menggantikannya dengan air. Akibat dari banjir, metabolisme tanaman akan terganggu dari bersifat aerob menjadi unaerob. Hal ini menyebabkan kerusakan pada pertumbuhan tanaman jagung (Souza, 2009). Selain itu terdapat beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jagung, diantaranya adalah
1.    Faktor internal (dalam) , Faktor internal meliputi faktor sel (sifat genetik,hereditas, hormonal dan enzim dsb)
2.     Faktor Eksternal (luar), Faktor eksternal meliputi air tanah dan mineral, kelembapan udara,  suhu udara, cahaya dan sebagainya.
3.    Faktor budidaya, faktor ini meliputi teknik-teknik dalam membudidayakan jagung seperti pola tanam, jarak tanam, kedalaman tanam, lubang tanam, waktu tanam dan pemeliharaan serta pengendalian organisme pengganggu tanaman.
Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan jagung telah dimiliki saat oleh induknya kemudian diturunkan kepada anakannya atau benih-benih jagung yang dihasilkan. Faktor tersebut diantaranya adalah;


1).Sifat menurun atau gen benih jagung.
Ukuran, bentuk keseluruhan, ketahanan terhadap cekaman, dan beberapa sifat lain banyak dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor genetik dapat digunakan sebagai dasar seleksi bibit unggul.
2).Hormon di dalam tanaman jagung
Hormon merupakan hasil sekresi dalam tubuh yang dapat memacu pertumbuhan, tetapi adapula yang dapat menghambat pertumbuhan . Hormon-hormon pada jagung, sama seperti pada tumbuhan lain yaitu auksin, giberilin, gas etilen, sitokinin, asam absisat dan kalin.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung adalah  keadaan lingkungan sekitar jagung, baik biotik maupun abiotik. Faktor ini dapat dimodifikasi oleh manusia sehingga pertumbuhan jagung dapat maksimal. Faktor ini diantaranya adalah :
1)   Cahaya matahari
Cahaya jelas pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis. Daun dan batang tanaman jagung yang tumbuh ditempat gelap atau kekurangan cahaya akan kelihatan kuning pucat. Khusus pada tanaman jagung panjang penyinaran mempunyai pengaruh khusus bagi pertumbuhan dan produktivitasnya, karena jagung memerlukan cahaya matahari lebih banyak dibandingkan tanaman lain untuk dapat berproduksi maksimal, sehingga tanaman ini banyak ditanam padamusim-musim kemarau.
2)   Kesuburan tanah
Jagung menghendaki tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik dan unsur-unsur hara. Jagung dapat hidup subur jika pH tanah 5,0-8,0 (pH optimum antara 6,0-7,0). Tanah yang tergenang air tidak baik untuk pertumbuhan jagung. Tanaman ini dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai 500 meter dari permukaan laut, bahkan terdapat varietas unggul hibrida yang mampu tumbuh sampai ketinggian 1.138 meter di atas permukaan laut. Tanah yang berstruktur gembur dan tekstur lempung, lempung berdebu dan lempung berpasir sangat sesuai untuk pertumbuhan jagung.
Jenis tanah tersebut baik untuk tanaman jagung karena air tak mudah tergenang dan peredaran udara di dalam tanah dapat berjalan dengan baik, serta mempunyai derajat kesamaan antara pH 5,5 sampai 7,5. curah hujan optimal antara 100 sampai 200 milimeter per bulan dapat mendorong produksi yang baik. Sedangkan suhu optimal untuk pertumbuhan jagung hibrida antara 230 sampai 270 Celcius. Pada umumnya suhu di Indonesia tidak menjadi masalah pada pertumbuhan tanaman jagung. Yang terpenting ialah distribusi curah hujan yang merata.
3)   Temperatur.
Temperatur akan mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi tanaman jagung. Perubahan temperatur dari dingin atau panas mempengaruhi kemampuan fotosintesis , translokasi, respirasi, dan transpirasi. Jika temperatur disekitar jagung terlalu dingin atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jagung menjadi terganggu. Hasil panen jagung tertinggi hanya dapat diperoleh di bawah kondisi kelembaban optimal selama musim tanam. Kelembaban stres di salah satu tahap pertumbuhan akan mengakibatkan penurunan hasil potensial
4)   Air dan Unsur Hara
Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi semua tumbuhan, tidak terkecuali jagung. Jagung memiliki kebutuhan air pada umumnya tinggi dan dapat menggunakan sekitar 0,25 inci air per hari selama pertumbuhan yang cepat. Namun, penggunaan air dapat meningkat hingga 0,35 inci per hari selama penyerbukan.Fungsi air antara lain sebagai media reaksi enzimatis, berperan dalam foto sintesis, menjaga turgiditas sel dan kelembapan. Kandungan air dalam tanah mempengaruhi kelarutan unsur hara dan menjaga suhu tanah. Semua tanaman menyerap unsur hara dari media tempat hidupnya, yaitu dari tanah ataupun dari air. Unsur hara merupakan salah satu penentu pertumbuhan suatu tanaman baik atau tidaknya tumbuhan berkembangbiak.
Dari mulai tanam sampai panen, sebenarnya pemupukan terhadap jagung dilakukan tiga kali.  Dosis pupuk yang dianjurkan adalah Urea, TSP dan KCL. Pemupukan pertama dilakukan bersamaan tanam. Pupuk dimasukkan ke dalam lubang yang dibuat dengan tugal. Pupuk itu diletakkan di kiri kanan lubang biji dengan jarak 7 cm, sedalam 10 cm. Pemupukan kedua dilakukan saat tanaman berumur 4 minggu, dan hanya dengan pupuk Urea saja. Pupuk diletakkan di dalam lubang yang berjarak 15 cm dari tanaman. Sedangkan pemupukan ketiga atau terakhir juga dengan Urea, dilakukan setelah tanaman berumur 8 minggu dengan cara yang sama. Pada jarak tanaman yang rapat, pupuk dapat diberikan secara larikan dibuat di antara barisan tanaman, dan pemberiannya harus merata.
Faktor ketiga adalah faktor budidaya tanaman jagung, faktor ini berpengaruh terhadap pertumbuhan jagung karena berkaitan dengan kondisi penanaman dan perawatan jagung dilapangan oleh petani, sehingga faktor ini penting diperhatikan. Faktor budidaya tanaman jagung meliputi:
1.    Pengolahan lahan
Pengolahan tanah dilakukan seminggu sebelum tanam. Tujuannya menggemburkan tanah karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Mula-mula tanah dibajak sedalam 15-20 cm, kemudian dicangkul sambil membenamkan sisa-sisa rumput dan tanaman lain yang ada. Setelah itu tanah digaru sampai rata. Khusus untuk tanah berat, kalau tanah belum cukup gembur perlu dibajak dan digaru sekali lagi. Sedangkan untuk tanah sawah diusahakan pembuatan guludan untuk memudahkan pengairan. Bagi tanah yang miring perlu dibangun tetas.
2.    Pola Tanam
Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu. Tanaman jagung dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola tanam monokultur, yakni hanya menaman tanaman jagung pada satu areal tanam. Ada pola tanam campuran, yakni beragam tanaman ditanam pada satu areal. Ada pula pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman jagung  secara bergilir  dengan beberapa jenis tanama pada waktu berbeda di aeral yang sama.
3.    Kedalaman tanam dan Lubang Tanam
Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar benih tidak kesulitan tumbuh menembus tanah Kedalaman lubang tanam jagung yang efektif adalah antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 sampai 2 butir benih. Pada umumnya lubang tanam dibuat dengan alat tugal.
4.    Waktu tanam dan Jarak Tanam
Saat yang paling tepat untuk menanam jagung hibrida adalah ketika tanah sudah cukup lembab hal tersebut bisa saat setelah hujan, saat hujan akan berakhir, dan apabila air cukup tersedia selama pertumbuhannya. Jangan menanam hasil panen untuk tanam berikutnya karena hasilnya akan menurun. Setiap lubang tanam sedalam 3-5 cm berisi 1 (satu) benih dengan jarak tanam 25 x 75 cm. Dengan demikian setiap hektarnya memerlukan benih antara 15 sampai 20 kg. Setelah satu minggu, perlu dilakukan pengamatan, dan kalau terdapat benih yang belum berkecambah perlu dilakukan penanaman ulang.
5.    Penyiangan dan Pemupukan
Tanaman jagung memerlukan penyiangan. Bila tumbuh rumput-rumputan atau gulma segera dilakukan penyiangan. Dengan demikian tanaman pokok tidak banyak kehilangan unsur hara  karena dihisap gulma. Sesudah penyiangan tanaman dipupuk dengan pupuk pabrik misalnya Urea, TSP, KCl. Pemupukan TSP sebaiknya dilakukan sebelum penanaman sebagai pupuk dasar karena TSP membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat larut. Untuk memperoleh hasil yang tinggi, tanaman harus bersih dari berbagai macam rumput liar atau pengganggu tanaman lainnya. Penyiangan pertama dilakukan saat tanaman pengganggu sudah mulai tumbuh, biasanya 15 hari setelah tanam. Dalam penyiangan harus dijaga agar jangan sampai mengganggu atau merusak akan tanaman. Penyiangan kedua  dilakukan sekaligus dengan pembumbunan. Pembumbunan ini dilakukan untuk memperkuat  batang dari serangan angin kencang. Selain itu, juga untuk memperbaiki drainase dan
            Berdasarkan data hasil pengamatan yang dilakukan hingga minggu ke-5 maka dapat diperoleh data pengamatan jagung berbagai perlakuan dan parameter pengamatan. Parameter pengamatan yang diukur adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang akar dan jumlah akar. Sedangkan tiga perlakuan pada praktikum ini adalah
  1. Urea 450 kg/ha, Kcl 75 kg/ha dan SP36 100 kg/ha (kelompok 1 dan 3)
  2. Urea 20 kg/ha, Kcl 75 kg/ha dan SP36 100 kg/ha, BO 2%  (kelompok 2 dan 5)
  3. Kontrol (kelompok 3 dan 6).
Setelah dilakukan pengamatan selama kurun waktu 5 minggu, maka dapat diperoleh data hasil pengamatan kelompok (6) dan golongan. Berikut adalah grafik data golongan . Gambar 1. Grafik Golongan Rerata Tinggi Tanaman
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan pemupukan memberikan pengaruh pada rata-rata tinggi tanaman  jagung. Perlakuan terbaik ditunjukkan oleh perlakuan 2  Urea 20 kg/ha, Kcl 75 kg/ha dan SP36 100 kg/ha, BO 2%  (kelompok 2 dan 5) dengan warna garis grafik merah. Kenaikan tinggi tanaman pada perlakuan ini dari minggu pertama hingga minggu terakhir adalah 8,25 cm ; 27,54 cm ; 55,63 cm ; 78,93 cm ;119,93 cm ;143,98 cm ;161,3 cm ;176,71 cm. Pada perlakuan ini setiap minggunya dapat dilihat kenaikan tinggi tanaman yang nyata. Jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol (kelompok 6) maka akan nampak perbedaan yang signifikan. Perlakuan tanpa pemupukan ini menunjukkan hasil yang paling rendah dengan warna garis grafik hijau. Tinggi tanaman tidak begitu mengalami kenaikan yang signifikan pada tiap minggunya, justru turun pada minggu ke-7 hingga akhir pengamatan. Berikut adalah rata-rata tinggi tanaman pada perlakuan kontrol 4,05 cm ; 6,4 cm ;14,7 cm ; 21,8 cm ; 39 cm ; 95,5 cm ;57,87 cm ; 61 cm.
 Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui bahwa pemupukan penting dilakukan pada budidaya jagung. Tanaman jagung sangat respons terhadap pemupukan, tanah dengan kesuburan yang tinggi. Selaras dengan pernyataan di atas dalam hal pengolahan tanah harus diperhatikan juga aspek pemupukan. Dalam pemupukan ketepatan dosis, cara dan waktu pemupukan yang tepat sangat penting agar produksi optimum. Pupuk yang diberikan dalam budidaya jagung adalah pupuk organik (alami) dan pupuk buatan (kimia). Pupuk organik diberikan yaitu pupuk kandang, sedangkan pupuk buatan yang umum diberikan adalah urea, KCl, NPK dan SP 36 yang diberikan pada saat penanaman (Hardjodinomo, 1970; Sahoo and Mahapatra, 2007 ). Pernyataan tersebut telah dibenarkan pada praktikum ini yaitu dosis Urea 200 kg/ha, Kcl 75 kg/ha dan SP36 100 kg/ha, BO 2%  (kelompok 2 dan 5) memberikan hasil terbaik pada parameter tinggi tanaman jagung.
Dosis perlakuan ke-2 menunjukkan hasil terbaik karena pupuk mengandung urea hingga 200 kg/ha. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2 dan pupuk urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur hara Nitrogen yang dikandung dalam pupuk Urea sangat besar kegunaannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain: Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun (chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat panting dalam proses fotosintesa, mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain), menambah kandungan protein tanaman, dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura, tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan.
Gejala kekurangan unsur hara Nitrogen terlihat pada perlakuan ke-3 yaitu Daun tanaman berwarna pucat kekuning-kunigan, pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil, daun tua berwarna kekuning-kuningan dan pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil.
Selain parameter rerata tinggi tanaman yang diamati tiap minggunya, terdapat parameter lain yang selalu diamati yaitu rerata jumlah dau. Berikut adalah grafik rerata jumlah daun berdasarkan data golongan :
Grafik 2. Grafik golongan rerata jumlah daun tanaman jagung.
Berdasarkan grafik data tersebut maka dapat diketahui bahwa pemupukan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan daun pada tanaman jagung. Perbedaan perlakuan akhirnya memperlihatkan data yang berbeda pada setiap garis grafik. Perlakuan yang terbaik dalam menambah jumlah daun jagung adalah Perlakuan 1 dengan dosis pemupukan Urea 450 kg/ha, Kcl 75 kg/ha dan SP36 100 kg/ha (kelompok 1 dan 3). Hal ini disebabkan karena kandungan nitrogen pada pupuk  yang lebih tinggi dibanding pupuk perlakuan lain.  Fungsi nitrogen  antara lain yaitu meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan merangsang  pertunasan dimana tunas ini akan menghasilkan daun. Unsur Nitrogen yang dominan terkandung dalam pupuk urea 2CO(NH2) berfungsi dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman terut ama untuk memacu pertumbuhan daun. Diasumsikan semakin banyak jumlah daun dan semakain besar luas daun maka makin tinggi fotosintat yang dihasilkan, sehingga semakin tinggi pula fotosintat yang ditranslokasikan. Fotosintat tersebut digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, antara lain pertambahan ukuran panjang atau tinggi tanaman, pembentukan cabang dan daun baru.
Menurut Krishnamoorthy (1981), Nitrogen erat hubungannya dengan jumlah dan luas daun tumbuhan untuk menghasilkan asimilat yang selanjutnya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal tersebut terbukti dalam praktikum ini perlakuan pemupukan urea ternyata memberikan hasil yang siginifikan dibanding tanpa dilakukannya pemupukan atau kontrol.
Selain parameter yang diamati tiap minggunya maka terdapat parameter yang harus diketahui pada akhir pengamatan, yaitu parameter diameter batang, panjang akar dan jumlah akar. Berikut adalah grafik parameter perlakuan tersebut









Grafik 3. Grafik diameter batang tanaman jagung tiap perlakuan.
 












Grafik 4. Grafik rerata panjang akar jagung
Grafik 5. Grafik rerata jumlah akar jagung
Berdasarkan ketiga grafik tersebut dapat diketahui bahwa setiap perlakuan pemupukan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Jika dirata-rata pertumbuhan diameter batang, panjang akar, dan jumlah akar maka perlakuan yang menunjukkan hasil terbaik adalah perlakuan ke-2 atau penggunaan pupuk dengan dosis Urea 200 kg/ha, Kcl 75 kg/ha dan SP36 100 kg/ha, BO 2%.
Dosis pemakaian pupuk yang menunjukkan hasil terbaik dapat ditetapkan sebagai regulasi (ketentuan) dosis pupuk pada budidaya jagung. Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen. Sehingga dosis yang tepat adalah pemberian Urea 200 kg/ha (didukung hasil praktikum).
Sedangkan pupuk KCl yang merupakan salah satu jenis pupuk pupuk tunggal yang merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Pupuk Kalium (KCl) berfungsi mengurangi efek negative dari pupuk N, memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau dan dan dan karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak, proses pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis terganggu yang pada akhirnya mengurangi produksi. Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar Magnesium daun dapat menurun. Oleh karena itu regulasi atau ketentuan yang dapat digunakan sebagai acuan pemakaian pupuk KCl adalah 75 kg/ha (didukung hasil praktikum).
Selain Urea dan KCl jenis pupuk yang dapat ditambahkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman adalah SP 36. Sifat dari pupuk ini adalah tidak higroskopis, mudah larut dalam air, sebagai sumber unsur hara Fosfor bagi tanaman, memacu pertumbuhan akar dan sistim perakaran yang baik, memacu pembentukan bunga dan masaknya buah/biji, mempercepat panen, memperbesar prosentase terbentuknya bunga menjadi buah/biji dan menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit dan kekeringan. SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5 SP 36 adalah 46 % yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Namun kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah. Olehkarena itu regulasi pemakaian pupuk SP 36 yang mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman adalah SP36 100 kg/ha (didukung hasil praktikum).
Perlakuan ke-2 dapat menunjukkan hasil terbaik pada pertumbuhan dan produksi tanaman, hal tersebut dikarenakan selain dosis perlakuan ke-2 adalah Urea 200 kg/ha, Kcl 75 kg/ha dan SP36 100 kg/ha pada perlakuan ini ditambahkan Bahan Organik 2%. Bahan organik berfungsi sebagai penyimpan unsur hara yang secara perlahan dan akan dilepaskan kedalam larutan tanah dan disediakan bagi tanaman. Oleh karena itu dalam budidaya jagung dapat ditambahkan bahan organik dalam tahap pemupukan dengan dosis 2% (didukung data hasil praktikum).
BAB 5. PENUTUP
5.1              Kesimpulan
Berdasarkan data hasil praktikum dan pengamatan tersebut, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut            :
1.      Tanaman jagung dapat tumbuh dan berproduksi dengan maksimal jika faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan jagung telah terpenuhi.
2.      Pemupukan jelas memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.
3.      Dosis pemupukan yang tepat pada budidaya tanaman jagung adalah Urea 200 kg/ha, Kcl 75 kg/ha dan SP36 100 kg/ha dan penambahan Bahan Organik 2%.

5.2 Saran
            Saran yang diberikan untuk perbaikan kedepannya adalah meningkatkan koordinasi dan komunikasi antar praktikan dan asisten, karena keberhasilan praktikum ini membutuhkan komunikasi yang lancar antar sesama  praktikan dan dengan para asisten.

DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Yogyakarta : Kanisius.

Ezeaku P I. 2010. Influence of Soil Type and Fertilizer Rate On The Yield and            Yield Stability of Maize In Three Locations of South Eastern Nigeria. Journal of Tropical Agriculture, Food, Environment and Extension. Vol.9(2): 70-75.

Khasanah, Nur. 2008. Pengendalian Hama Penggerek Tongkol Jagung Helicoverpa armigera hubner. (lepidoptera : noctuidae) dengan Beauveria bassiana Strain Lokal Pada Pertanaman Jagung Manis di Kabupaten Donggala. Jurnal Agroland. vol.15(2):106-111.

Liu,K dan Wiatrak,P. 2011. Corn Production and Plant Characteristics Response to N Fertilization Management in Dry-Land Conventional Tillage System. International Journal of Plant Production. Vol.5(4):405-416.

Mbah C.N. 2008. Contributions of Organic Amendments to Exchangeable Potassium Percent and Soil Nitrate Concentration in an Ultisol and Their Effect on Maize (Zea mays l) Grain Yield. Journal of Tropical Agriculture, Food, Environment and Extension. Vol.7(3):206-210.

Okporie E.O. 2008. Characterization of Maize (zea mays l.) Germplasm with Principal Component Analysis. Journal of Tropical Agriculture, Food, Environment and Extension. Vol.7(1):66-71.

Rukmana, Rahmat. 1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta : Kanisius.

Suprapto. 1985. Bertanam Jagung. Jakarta : Penebar Swadaya.

Tim Penulis PS. 2001. Sweet Corn Baby Corn. Depok : PT Penebar Swadaya.

Warisno. 1998. Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta: Kanisius.

Wijaya, Andi. Fasti, Resa dan Zulvica, Farida. 2007.  Efek xenia pada persilangan jagung surya dengan jagung srikandi putih Terhadap karakter biji jagung. Jurnal Akta Agrosia Edisi Khusus. Vol.1(2):199-203.







No Response to "LAPORAN TEKNIK PRODUKSI TANAMAN JAGUNG"

Posting Komentar