LAPORAN PRAKTIKUM
MATAKULIAH TEKNOLOGI
INOVASI PRODUKSI PERTANIAN
Acara
|
:
|
Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati
|
Tanggal
|
:
|
28 November 2012
|
Laboratorium
|
:
|
Penyakit Tumbuhan,
Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman
|
Tujuan:
|
Oleh
Nama
|
:
|
Bayu Gusti Saputra
|
NIM
|
:
|
111510501152
|
Program Studi
|
:
|
Agroteknologi
|
Golongan/Kelas
|
:
|
Rabu / D
|
Tanda Tangan
|
:
|
|
Nilai
|
:
|
|
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS JEMBER
2012
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Faktor pengganggu tanaman merupakan faktor yang
sangat penting untuk selalu diperhatikan dalam setiap budidaya pertanian.
Organisme pengganggu tanaman yang dimaksud bisa berupa hama, gulma, dan
penyebab penyakit seperti virus, bakteri, dan fungi. Organisme-organisme
pengganggu tersebut harus sesegera mungkin dikendalikan untuk mencegah
keruasakan yang bisa menyebabkan gagal panen atau kemunduran hasil produksi.
Untuk mengatasinya dibutuhkan pengendalian yang tepat agar organisme-organisme
penggangu tersebut tidak menimbulkan dampak negatif dan kerugian lainnya.
Secara
umum, pengendalian yang telah dilakukan adalah dengan menggunakan pestisida
sintetik. Pestisida merupakan senyaawa kimia yang bisa digunakan untuk membasmi
organsme-organisme pengganggu tanaman, disebut pestisida sintetik karena
pestisida tersebut terbuat dari bahan kima sintetik (tidak dari bahan-bahan
alami) yang bersifat racun. Penggunaan pestisida sintetik memang merupakan cara
yang paling efisien dan efektif untuk memberantas organisme-organisme
pengganggu tanaman. Namun seiring dengan semakin digunakannya pestisida
sintetik ini, dampak negatifnya semakin terasa. Dampak pestisida kimia
diantaranya adala mencemari lingkungan di sekitarnya akibat residunya yang
beracun, meracuni pengguna pestisida sintetiknya (karena menghirup gas
pestisida tersebut), menyebabkan munculnya biotipe hama baru yang tahan
terhadap pestisida yang digunakan, dan bisa mengakibatkan keracunan pada produk
yang tersemprot pestisida (saat dikonsumsi). Oleh karena berbagai dampak
negatif tersebut, dibutuhkan inovasi lain yang bisa dipakai sebagai alternatif
pengganti pestisida sintetik. Salah satu solusi dan inovasi yang dapat digunakan adalah
mengalihkan penggunaan pestisida kimia menjadi pestisida nabati.
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal
dari tumbuhan atau bagian tumbuhan
seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai
bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang
merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau
bagian tumbuhan dibakar untuk diambil
abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida nabati mempunyai beberapa
keunggulan. Keunggulan pestisida nabati adalah
murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani, relatif aman terhadap
lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, sulit menimbulkan
kekebalan terhadap hama, kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang
lain, menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida
kimia.
Keberhasilan
pencapaian sasaran produksi komoditas pertanian tidak terlepas dari penggunaan
sarana produksi khususnya pestisida secara tepat baik dosis, waktu, jenis dan
mutunya. Pestisida
dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan,
bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan
secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai
bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman.
Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati
sebagai pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama
belalang dan penggerek batang padi.
Selain itu cara kerja senyawa
dari bahan nabati berbeda dengan bahan sintetik sehingga kecil
kemungkinannya terjadi resistensi silang. Pada umumnya pestisida sintetik dapat membunuh langsung
organisme sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda dengan pestisida nabati, insektisida nabati tidak dapat
mematikan langsung serangga, namun bersifat Refelen, artinya yaitu menolak kehadiran
serangga terutama disebabkan baunya yang menyengat. Selain itu pestisida nabati
bersifat Antifidan atau menyebabkan serangga tidak menyukai tanaman, misalnya
disebabkan
rasa yang pahit.
1.2 Tujuan
Untuk
mengetahui cara pembuatan pestisida nabati fermentasi beserta karakter (aroma,
warna, dan endapan) pada berbagai jenis bahan pestisida nabati dan aplikasinya
di lapangan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
M.Thamrin (2005),
menyatakan bahwa hasil fermentasi empon-empon dapat dimanfaatkan sebagai
pestisida organik, yaitu dapat dijadikan pengendalian penyakit, hama, jamur dan
penyubur tanaman khususnya tanaman holtikultura. Pestisida alami dapat
bermanfaat bagi tanaman sebagai pencegah dan pengendalian hama penyakit pada
tanaman hortikultura diantaranya pencegahan dan pengendalian yang disebabkan
oleh hama antara lain: kutu kebul, wereng, walang sangit, ulat grayak, ulat
hijau, ulat tuton. Pencegahan dan pengendalian yang disebabkan oleh
bakteri/virus antara lain: layu daun, kembung/busuk batang, keriting.
Pencegahan dan pengendalian yang disebabkan oleh jamur antara lain: jamur akar
gada/bentol pada akar, jamur pitoptora. Penyubur tanaman diantaranya:
mempercepat dalam perakaran, memperkokoh batang dan bunga, menyuburkan daun,
memaksimalkan pertumbuhan tanaman.
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal
dari tanaman. Ekstrak biji mimba dapat berperan sebagai larvisida dan ovisida,
menghambat perkembangan larva, memperpendek umur imago, dan mengurangi
fekunditas. Pemanfaatan biji mimba sebagai pestisida nabati dapat dibuat dengan
dua cara, yaitu serbuk dan ekstrak. Cara pertama adalah cara sederhana, dibuat
serbuk. Biji mimba dibuat serbuk sampai halus, direndam dalam air, disaring dan
disemprotkan. Cara kedua adalah ekstrak, yaitu biji mimba dibuat dengan cara
melarutkan serbuk biji mimba dalam pelarut organik (Subiyakto, 2009).
Penggunaan pestisida alami dapat mempermudah dan menghemat
tenaga, adapun keuntungan dari pestisida alami antara lain: Pengerjaan
penyemprotan akan lebih cepat, pestisida organik dapat
menjamin keamanan ekosistem, dengan penggunaan pestisida organik dapat mencegah
lahan pertanian menjadi keras dan menghindari ketergantungan pada pestisida
kimia. Pestisida organik hanya membuat hama tidak betah pada tanaman atau tidak
membunuhnya dan telur hama tidak bisa menetas. Penggunaan pestisida organik
juga harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan kesabaran serta ketelitian (Tombe Mesak, 2008).
Subiyakto (2009), menyatakan bahwa penggunaan pestisida organik juga harus
dilakukan dengan hati-hati dan dengan kesabaran serta ketelitian. Banyaknya
pestisida organik yang disemprotkan ke tanaman harus disesuaikan dengan hama.
Waktu penyemprotan juga harus diperhatikan petani sesuai dengan siklus
perkembangan hama. Untuk pencegahan adanya hama, penyemprotan dapat dilakukan
secara periodik pada tanaman holtikultura. Sebaiknya dalam waktu satu minggu
sekali atau disesuaikan dengan ada tidaknya hama karena hama selalu berpindah.
Keunggulan
dari pestisida alami yaitu aman bagi petani, ramah lingkungan dan dapat
memperbaiki struktur tanah, dimana pada pestisida alami juga mengandung 0,59%
nitrogen, 0,08% pospor dan 0,89% kalium organik. Pestisida alami dapat menjamin
keamanan ekosistem. Dengan penggunaan pestisida alami dapat mencegah lahan
pertanian menjadi keras karena pestisida alami dapat menguraikan unsur hara
tanah dan menghindari ketergantungan pada pestisida kimia. Pestisida organik hanya membuat hama tidak betah pada
tanaman atau tidak membunuhnya dan telur hama tidak bisa menetas. Penggunaan
pestisida organik juga harus dilakukan dengan hati-hati, sesuai dengan dosis
yang ditentukan dan dengan kesabaran serta ketelitian (Raharjo,2010).
Dalam mendukung
keberhasilan petani dalam bercocok tanam maka perlu adanya pestisida yang dapat
dijadikan pengendalian ataupun pencegahan hama penyakit yang akhirnya bertujuan
untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu pestisida sangat
berperan penting untuk keberhasilan tanaman kobis.Bahan tambahan untuk
pembuatan pestisida alami dalam fermentasi dapat digunakan jahe, kencur, lengkuas, temulawak, dll. Pembuatannya dengan dihaluskan, diberi air, diperas,
disaring dan dilakukan permentasi selama 9-12 hari (Santosadan Sumarni,2009).
Fermentasi daun-daun tanaman dan urine sapi sebagai pestisida alami yang tidak menimbulkan
efek jelek bagi tanaman dan lingkungan sekitar. Selain itu pestisida alami ini
dapat mencegah dan sekaligus menghambat perkembangan dari jenis penyakit, hama,
dan jamur penggangu tanaman holtikultura pada khususnya
(Ovtavia,2008).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum acara “Pembuatan Pestisida Nabati Fermentasi” ini dilakukan
pada hari Rabu tanggal 28 November 2012 pukul 07.00 – selesai, bertempat di
Laboratorium Hama Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
1.
Penumbuk/penghalus
2. Dirigen 5
liter
3. Cutter
4. Saringan
3.2.2 Bahan
A. Cara 1
1. Air cucian
beraa (leri) sebanyak 1 liter
2. Alkohol 10
sendok makan atau dapat diganti dengan 2 butir ragi
3. Cuka 10
sendok makan
4. Gula pasir 1
kg
5. Daun pacar
cina
6. Bakteri 10
sendok makan
7. Daun kekeh, daun sirih,
daun kecubung, daun mahoni, daun sirsak masing-masing satu genggam dan ditumbuk
halus
B. Cara 2
1. Tembakau 100 gram
2. Kenikir 100 gram
3. Pandan 100 gram
4. Kemangi 100 gram
5. Cabe rawit 100 gram
6. Kunyit 100 gram
7. Bawang putih 100 gram
8. Aquadestilata 1 lt
9. Decomposer BSA
(mikroorganisme pengurai) 1-2 cc
10. Gula pasir 5 sendok
makan
C. Cara 3
1. 1000 cc air cucian beras
yang pertama
2. 100 cc molase/tetes
tebu/gula pasir
3. 100 cc alkohol 40 %
4. 100 cc cuka makan / cuka
aren
5. 100 cc EM4
D. Cara 4
1. 6 kg daun nimba bandotan
2. 6 kg daun serai wangi
3. 6 kg laos merah/laos
biasa
4. 1 liter EM4
5. 20 liter air
6. 0,25 kg gula pasir/molase
3.3 Cara Kerja
A. Cara 1
1. Mencampur dan mengaduk
seluruh bahan menjadi satu dan mendiamkan selama 3 hari
2. Siap menggunakan bahan
dengan cara mencampurkan air sebanyak 10-15 liter untuk satu gelas
3. Sebelum menggunakan
menambahkan larutan air, menumbuhkan bawang putih atau cabai
B. Cara 2
1. Memblender semua bahan
dan menambah 1 liter air suling
2. Memasukkan ke dalam botol
yang steril
3. Menambahkan Decomposer
BSA 1-2 cc
4. Menutup dan membiarkan 1
minggu supaya terjadi fermentasi
5. Kemudian menyaring
6. Siap mengaplikasikan
C. Cara 3
1. Mencampur semua bahan dan
memasukkan dalam botol/jerigen yang ada tutupnya
2. Mengocok setiap pagi dan
sore hari
3. Setelah selesai mengocok,
membuka tutupnya agar gas yang dihasilkan keluar
4. Proses fermentasi
berlangsung ± 15 hari
5. Menghentikan pengocokan
(setelah tidak ada gas yang terbentuk)
6. Membiarkan selama 7 hari
untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman dengan dosis 5-10 cc/liter air,
dengan cara menyemprotkan
D. Cara 4
1. Menumbuk daun nimba,
serai wangi, dan laos sampai halus kemudian merendam dalam air
2. Setelah itu, memeras dan
menyaring, mencampur hasil saringan
dengan EM4 dan cairan gula/molase
3. Selanjutnya mengocok
campuran itu dan mengaduk sampai tercampur merata
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan
hasil praktikum pembuatan pestisida fermentasi, maka dapat diperoleh hasil
berupa tabel sebagai berikut.
Tabel Pengamatan Pembuatan Pestisida Nabati Fermentasi
No
|
Pestisida Nabati Fermentasi
|
Warna
|
|||
Hari ke-
|
|||||
1
|
3
|
7
|
14
|
||
1.
|
Cara 1
|
Hijau kecoklatan
|
Hijau kecoklatan
|
Coklat
|
Hitam kecoklatan
|
2.
|
Cara 2
|
Hijau tua
|
Hijau tua
|
Kuning karat
|
Coklat kekuningan
|
3.
|
Cara 3
|
Coklat kehitaman
|
Coklat kehitaman
|
Coklat kehitaman
|
Coklat kehitaman
|
4.
|
Cara 4
|
Merah tua
|
Merah tua
|
Coklat kemerah-merahan
|
Coklat kemerah-merahan
|
No
|
Pestisida Nabati Fermentasi
|
Aroma
|
|||
Hari ke-
|
|||||
1
|
3
|
7
|
14
|
||
1.
|
Cara 1
|
Daun sirih
|
Daun sirih
menyengat
|
Daun tetes,
daun sirih
|
Daun tetes
|
2.
|
Cara 2
|
Wangi pandan
& kenikir
|
Wangi pandan
& kenikir
|
Wangi pandan
& kenikir
|
Wangi kenikir,
dll
|
3.
|
Cara 3
|
Cuka dan tetes
|
Cuka dan tetes
|
Cuka dan tetes
|
Cuka dan tetes
|
4.
|
Cara 4
|
Serai
|
Serai
|
Serai
|
Serai
|
No
|
Pestisida Nabati Fermentasi
|
Endapan
|
|||
Hari ke-
|
|||||
1
|
3
|
7
|
14
|
||
1.
|
Cara 1
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Ada
|
Ada
|
2.
|
Cara 2
|
Ada, tapi
sedikit
|
Ada, tapi
sedikit
|
Ada
|
Ada
|
3.
|
Cara 3
|
Belum ada
|
Belum ada
|
Belum ada
|
Belum ada
|
4.
|
Cara 4
|
Belum ada
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
4.2 Pembahasan
Pestisida alami dapat dibuat atau diperoleh dari bahan rempah dan limbah
ternak yang kemudian
difermentasikan. Sebagai pemusnah hama yang terbuat dari bahan-bahan alami,
kelebihan lain dari pestisida nabati hasil fermentasi adalah ramah lingkungan
dan dapat dibuat dengan biaya yang murah. Fermentasi pada dasarnya
adalah proses produksi energi dalam
keadaan anaerobik (tanpa oksigen).
Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan
tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi
sebagai respirasi dalam
lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Melalui
fermentasi maka bahan aktif dari bahan-bahan yang digunakan akan semakin kuat
peranannya. Proses fermentasi berlangsung jika tempat atau wadah telah tertutup
rapat dan dipastikan tidak ada celah untuk keluar masuknya udara. Pada
praktikum ini digunakan wadah yang tertutup rapat, yaitu jerigen. Sehingga
dapat dipastikan larutan pestisida akan mengalami fermentasi anaerob secara
maksimal. Beberapa organisme yang melakukan fermentasi diantaranya adalah
bakteri dan protista yang kemudian juga berperan sebagai starter untuk pengurai
dan penyubur tanah. Pada praktikum ini digunakan pula bakteri tersebut yaitu
bakteri dalam produk EM 4 Pertanian.
Produk
EM-4 Pertanian merupakan Bakteri fermentasi bahan organik tanah menyuburkan
tanaman dan menyehatkan tanah. Terbuat dari hasil seleksi alami mikroorganisme
fermentasi dan sintetik di dalam tanah yang dikemas dalam medium cair. EM-4
pertanian dalam kemasan berada dalam kondisi istirahat (dorman). Sewaktu
diinokulasikan dengan cara menyemprotkannya ke dalam bahan organik dan tanah
atau pada batang tanaman, EM-4 pertanian akan aktif dan memfermentasi bahan organik
(sisa-sisa tanaman, pupuk hijau, pupuk kandang, dll) yang terdapat dalam tanah.
Hasil fermentasi bahan organik tersebut adalah berupa senyawa organik yang
mudah diserap langsung oleh perakaran tanaman misalnya gula, alcohol, asam
amino, protein, karbohidrat, vitamin dan senyawa organik lainnya. Selain
mendekomposisi bahan organik di dalam tanah, EM-4 Pertanian juga merangsang
perkembangan mikroorganisme lainnya yang menguntungkan untuk pertumbuhan
tanaman, misalnya bakteri pengikat nitrogen, bakteri pelarut fosfat dan
mikoriza. Mikoriza membantu tumbuhan menyerap fosfat di sekilingnya. Ion fosfat
dalam tanah yang sulit bergerak menyebabkan tanah kekurangan fosfat. Dengan
EM-4 Pertanian hife mikoriza dapat meluas dari misellium dan memindahkan fosfat
secara langsung kepada inang dan mikroorganisme yang bersifat antagonis
terhadap tanaman. EM-4 Pertanian juga melindungi tanaman dari serangan penyakit
karena sifat antagonisnya terhadap pathogen yang dapat menekan jumlah pathogen
di dalam tanah atau pada tubuh tanaman. Berikut adalah manfaat EM-4 bagi tanah dan tanaman:
1.
Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
2.
Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan
produksi.
3.
Memfermentasi dan mendekomposisi bahan organik tanah
dengan cepat (Bokashi).
4.
Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
5.
Meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di
dalam tanah.
Jika
dibandingkan energi yang diperoleh dari fermentasi aerob dengan energi dari
fermentasi anaerob, maka fermentasi anaerob dalam praktikum ini menghasilkan
energi yang rendah. ATP yang dihasilkan respirasi aerob adalah 36 ATp untuk
oksidasi satu molekul glukosa. Sebaliknya, dengan fermentasi hanya akan
diperoleh total energi sebesar 2 ATP. Jadi energi respirasi aerob adalah 18
kali lipat lebih tinggi dibandingkan energi fermentasi. Salah satu alasan
mengapa hal tersebut terjadi , karena respirasi aerob merupakan katabolis
sempurna yang menghasilkan CO2 dan H2O. Oleh karena itu
untuk menambahkan energi dalam proses fermentasi dalam praktikum ini
ditambahkan molase atau tetes tebu sebanyak 100cc. Tetes
tebu atau istilah ilmiahnya molasses adalah produk sisa pada proses pembuatan
gula. Tetes diperoleh dari hasil pemisahan sirop low grade dimana gula dalam
sirop tersebut tidak dapat dikristalkan lagi karena mengandung glukosa
dan fruktosa. Pada sebuah pemrosesan gula, tetes tebu yang dihasilkan sekitar 5
– 6 %. Walaupun masih mengandung gula, tetes sangat tidak layak untuk
dikonsumsi karena mengandung kotoran-kotoran bukan gula, yang membahayakan
kesehatan. Namun tetes bisa dimanfaatkan untuk memberikan unsur tenaga dalam
proses fermentasi pembuatan pestisida nabati.
Selain
memiliki senyawa aktif utama dalam ekstrak tumbuhan juga terdapat senyawa lain
yang kurang aktif, namun keberadaannya dapat meningkatkan aktivitas ekstrak
secara keseluruhan (sinergi). Senyawa aktif dalam tumbuhan tersebut harus
melewati masa fermetasi agar siap digunakan. Pada umumnya pestisida sintetik
dapat membunuh langsung organisme sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda dengan
pestisida nabati, sebagai contoh insektisida nabati yang umumnya tidak dapat
mematikan langsung serangga, biasanya berfungsi seperti berikut: Refelen, yaitu menolak kehadiran
serangga terutama disebabkan baunya yang menyengat, Antifidan menyebabkan serangga tidak menyukai tanaman, misalnya
disebabkan rasa yang pahit, Attraktan sebagai
pemikat kehadiran serangga yang dapat digunakan sebagai perangkap, mencegah
serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur, pestisida
nabati bersifat racun syaraf dan mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh
serangga.
Pada praktikum ini bahan alami yang digunakan sebagai bahan baku
pestisida nabati adalah nimba, lengkuas, serai, daun sirsak, dan daun tembakau.
Bahan-bahan tersebut memiliki kandungan kimia yang berbeda, sehingga sasaran
hama yang ditujupun juga berbeda. Berikut keterangan dari bahan-bahan baku
tersebut
1. Air cucian beras (air leri)
Kandungan air cucian beras, memiliki nutrisi yang
berpengaruh positif pada pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu, air leri biasa
digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos, pupuk hayati, npupuk organik cair, maupun cara buat Mol. Tanpa disertai
penjelasan pasti tentang kandungan zat ampuhnya, tanaman bisa tumbuh baik jika
disiram air leri. Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman adalah air
cucian beras, Kenapa air cucian beras bisa menaikkan performa tanaman? Adapun
penjelas logis dan ilmiah mengenai hal ini adalah karena air cucian beras mempunyai
kandungan karbohidrat yang tinggi. Karbohidrat bisa jadi perantara terbentuknya
hormon auksin dan giberelin.Dua jenis bahan yang banyak digunakan dalam zat
perangsang tumbuh (ZPT) buatan.
2. Mimba (Azadirachta
indica)
Daun
dan biji dari tanaman mimba dapat digunakan untuk mengendalikan ulat, kumbang,
serta kutu daun yang selalu menyerang tanaman pangan dan hortikultura. Zat yang
terkandung dalam mimba mampu menghambat pertumbuhan serangga hama. Tanaman mimba
mengandung zat azadirachtan, triol,
salanin, dan nimbin. Tanaman ini
dapat mengendalikan OPT seperti : Helopeltis
sp,; Empoasca sp.; Tungau jingga
(Erevipalpis phoenicis), ulat jengkal
(Hyposidra talaca), Aphis gossypii, Epilachna varivestis, Fusarium oxyporum,
Pestalotia, sp.; Phytophthora sp.; Heliothis armigera, pratylenchus sp.;
Nilaparvata lugens.
3. Tembakau (Niocotiana
tabacum L.)
Selain
mimba, tembakau juga berpotensi digunakan sebagai insektisida nabati untuk
mengendalikan ham. Bagian tanaman tembakau yang dapat dimanfaatkan sebagai
insektisida nabati untuk mengendalikan hama. Bagian tanaman tembakau yang dapat
dimanfaatkan sebagai insektisida nabati adalah batang dan daunnya. Tembakau
mengandung zat beracun berupa nikotin.
4. Lengkuas (Alpinia galanga SW.)
Daun lengkuas memiliki bahan aktif berupa
tanin, saponin, alkaloid, terpenoid dan flavanoid yang dapat digunakan untuk
mengendalikan serangga.
5. Sirih (Piper
betle)
Kandungan
kimia daun sirih adalah minyak atsiri 0,8 - 1,8 % (terdiri atas chavikol, chavibetol (betel
phenol), allylprocatechol (hydroxychavikol), allypyrocatechol-mono dan
diacetate, karvakrol, eugenol, p.cymene, cineole, caryophyllene, cadinene,
esragol, terpenena, seskuiterpena, fenil propane, tannin, diastase, karoten, tiamin,
riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, gula, pati dan asam amino. Chavikol yang menyebabkan sirih berbau khas
dan memiliki khasiat antibakteri (daya bunuh bakteri lima kali lebih kuat
daripada fenol biasa).
Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap.
Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap.
6. Serai (Andropogon nardus L.)
Daun
serai wangi (Andropogon nardus L.).
Serai wangi memiliki kandungan kimia yang terdiri dari saponin, flavonoid,
polifenol, alkaloid dan minyak atsiri. Minyak atsiri serai wangi terdiri dari
sitral, sitronelal, geraniol, mirsena, nerol, farsenol, metilheptenon,
dipentena, eugenol metil eter, kadinen, kadinol dan limonene. Senyawa geraniol
dan sitronellal dilaporkan dapat berfungsi sebagai fungisida nabati. Eugenol
yang terkandung dalam serai wangi mempunyai pengaruh dalam menghambat
pertumbuhan dan perkembangan jamur patogen.
Tanaman ini dapat mengendalikan Tribolium
sp,; Sitophilus sp.; Callosobruchus sp.; Meloidogyne sp.; dan Pseudomonas sp,
7. Sirsak (Annona
muricata L.)
Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida
nabati daun sirsak efektif untuk mengendalikan hama trip. Jika ditambahkan daun
tembakau dan sirsak akan efektif mengendalikan hama belalang dan ulat.
Sedangkan jika ditambahkan jeringau dan bawang putih akan efektif mengendalikan
hama wereng coklat. OPT sasaran : wereng batang coklat. Bahan lain seperti
kenikir, kemangi, cabe rawit adalah rempah yang memang berpotensi untuk
dijadikan bahan baku pestisida nabati karena aroma dan rasanya yang khas.
Berdasarkan hasil
pengamatan, diketahui bahwa pestisida nabati fermentasi cara 1, cara 2, cara 3
dan cara 4 dari karakter fisik (warna, aroma dan endapan) sama, secara umum pestisida
nabati yang terbentuk berwarna korelasi coklat dan semua ekstrak membentuk
endapan kecuali ekstrak cara 3 yang tidak terbentuk endapan. Pada saat baru
diekstrak semua perlakuan berbagai cara fermentasi pembuatan pestisida beraroma
menyengat daun. Perlakuan cara 1 diketahui beraroma daun sirih, perlakuan cara
2 diketahui beraroma daun pandan dan kenikir, perlakuan cara 3 diketahui
beraroma cuka dan tetes, sedangkan perlakuan cara 4 diketahui beraroma daun
serai. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa-senyawa yang terkandung di dalam
ekstrak, yang berupa senyawa fenol pada daun bereaksi sehingga menimbulkan
aroma pada setiap perlakuan. Untuk warna pada perlakuan cara 1 diketahui
berwarna hijau kecoklatan, perlakuan cara 2 diketahui berwarna hijau tua,
perlakuan cara 3 diketahui berwarna coklat kehitaman dan perlakuan cara 4
diketahui berwarna merah tua. Untuk semua perlakuan berbagai cara fermentasi
belum diketahui adanya endapan kecuali pada perlakuan cara ke-2 yang diketahui
ada sedikit endapan dibawah larutan.
Setelah difermentasi selama 3 x 24 jam, hanya terjadi sedikit perubahan
aroma dan perubahan warna pada semua pestisida nabati berbagai cara. Secara
umum aroma ekstrak yang tadinya menyengat menjadi sedikit meningkat dan warna
ekstraknya pun menjadi lebih gelap. Sedangkan untuk semua perlakuan berbagai
cara fermentasi belum diketahui adanya endapan kecuali pada perlakuan cara ke-2
yang diketahui ada sedikit endapan. Pada pengamatan hari ke-7, atau setelah
pestisida difermentasikan selama 7 hari secara umum aroma pestisida berbagai
cara yang tadinya menyengat menjadi lebih meningkat dan warnanyapun menjadi
lebih kekuningan dan kemerahan. Endapan pada berbagai cara telah diketahui ada
didasar jerigen kecuali perlakuan cara 3. Fermentasi terakhir pembuatan
pestisida nabati dilakukan hingga hari ke-14 sejak awal pembuatan. Setelah
dilakukan pengamatan maka dapat diketahui warna semua pestisida berbagai cara
telah berubah menjadi gelap, aromanyapun telah berubah semakin menyengat.
Sedangkan semua pestisida telah terbentuk endapan kecuali pada perlakuan ke-3.
Setelah dilakukan fermentasi selama 14 hari maka pestisida nabati telah siap
diaplikasikan di lapangan dengan berbagai ketentuan dosis, sasaran, waktu yang
tepat sasaran.
Penyebab pestisida beraroma lebih menyengat membuktikan adanya
fermentasi pada ekstrak tersebut yang kemungkinan besar adanya peran
dekomposisi dari mikrobia yang mungkin
terlarut dalam ekstrak sehingga muncul aroma yang lebih busuk, sebagaimana
sampah-sampah organik yang jika dibiarkan akan semakin beraroma busuk.
Sedangkan terjadi perubahan warna bisa karena terjadi pengendapan (suspensi
yang mengandung warna hijau akibat klorofil terendapkan) sehingga larutan
nampak lebih coklat bisa juga warna hijau yang ditimbulkan klorofil mulai
hilang karena klorofil sudah mulai rusak tidak ada produksi klorofil
sebagaimana dedaunan yang masih melekat pada pohon, sehingga semakin lama
klorofil daun akan rusak dan warna hijaunya mulai terdegradasi menjadi lebih
kecoklatan.
Jenis pestisida organik mudah terurai (biodegradable) di alam,
sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan
ternak, karena residunya akan terurai dan mudah hilang. Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :Pestisida organik merusak perkembangan telur, larva dan pupa, mengganggu komunikasi serangga, mengurangi nafsu makan dan serangan karena baunya, menghambat reproduksi serangga betina. mengusir serangga serta dapat menghambat perkembangan patogen penyakit.
sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan
ternak, karena residunya akan terurai dan mudah hilang. Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :Pestisida organik merusak perkembangan telur, larva dan pupa, mengganggu komunikasi serangga, mengurangi nafsu makan dan serangan karena baunya, menghambat reproduksi serangga betina. mengusir serangga serta dapat menghambat perkembangan patogen penyakit.
Pestisida
organik/nabati mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Keunggulan pestisida
organik /nabati adalah :
1.
Pestisida organik murah dan mudah dibuat sendiri
oleh petani.
2.
Pestisida organik relatif aman terhadap
lingkungan.
3.
Pestisida organik tidak menyebabkan keracunan
pada tanaman.
4.
Pestisida organik sulit menimbulkan kekebalan
terhadap hama.
5.
Pestisida organik kompatibel digabung dengan cara
pengendalian yang lain.
6.
Pestisida organik menghasilkan produk pertanian
yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
Sementara, kelemahan pestisida organik adalah :
1.
Pestisida organik daya kerjanya relatif lambat.
2.
Pestisida organik tidak membunuh jasad sasaran
secara langsung.
3.
Pestisida organik tidak tahan terhadap sinar
matahari.
4.
Pestisida organik kurang praktis.
5.
Pestisida organik tidak tahan disimpan.
6.
Pestisida organik kadang-kadang harus
diaplikasikan atau disemprotkan berulang-ulang.
7.
Bahan-bahan pembuatan pestisida nabati mulai
jarang ditemukan, semisal mimba dan jeringau.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum pembuatan pestisida nabati yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.
Pestisida nabati
fermentasi adalah pestisida dengan bahan aktifnya yang berasal dari tumbuhan
seperti akar, daun, batang atau buah dan air.
2.
Pestisida nabati
tidak bisa digunakan secara langsung, namun harus melewati tahap penyimpanan
dan fermentasi. Terbukti melalui pengamatan karakter ekstrak pestisida nabati
selau meningkat setelah masa penyimpanan.
5.2 Saran
Praktikan diharapkan lebih fokus dan
efisien waktu terhadap jalannya proses praktikum. Praktikan juga diharapkan
lebih cermat dalam melakukan pengamatan agar data yang diperoleh lebih detail.
Selain itu alat yang digunakan saat praktikum hendaknya ditambah, sehingga
praktikan lain tidak menunggu lama.
DAFTAR PUSTAKA
M.Thamrin, DKK. 2005. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa
Sebagai Pestisida Nabati Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Jurnal Pertanian. Vol.3(1): 35-54
Octavia, Dona, DKK
.2008. Keaneka ragaman jenis tumbuhan sebagai pestisida alami di Savana
Bekol Taman Nasional Baluran. Jurnal
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol.5(4):355-365.
Raharjo, Ari, DKK. 2010. Membuat Pestisida Organik. Jakarta : PT AgroMedia Pustaka.
Santosa, S.J dan Sumarmi. 2008. Kembali Pada Pengendalian Hama Secara Alami. Surabaya : Erlangga.
Subiyakto. 2009.
Ekstrak Biji Mimba Sebagai Pestisida Nabati: Potensi, Kendala, dan Strategi
Pengembangannya. Jurnal Perspektif.
Vol.8(2):08 – 116.
Tombe, Mesak. 2008. Pemanfaatan Pestisida Nabati Dan
Agensia Hayati Untuk Pengendalian
Penyakit Busuk Jamur Akar Putih Pada
Jambu Mete. Buletin Littro.
Vol.19(1): 68 -77.
No Response to "Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati"
Posting Komentar