LAPORAN
PRAKTIKUM
PEMBUATAN
EKSTRAK PESTISIDA NABATI
NAMA : BAYU
GUSTI SAPUTRA
NIM :
111510501125
KELOMPOK/GOLONGAN : 03/RABU PAGI
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2012
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Residu sejumlah bahan kimia yang ditinggalkan pestisida sintetik
melalui berbagai siklus secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi
manusia. Namun kenyataan bahwa pestisida atau bahan pembasmi serangga kini
digunakan secara luas oleh masyarakat petani. Pestisida, selain merupakan alat
pembasmi serangga, dirasa sebagai kebutuhan pokok masyarakat dalam usaha
budidaya pertanian. Masyarakat juga belum mengerti pengetahuan akan pemakaian
pestisida kimia secara tepat sesuai dengan peraturan ambang ekonomi. Oleh
karena itu diperlukan solusi agar masyarakat mengurangi ketergantungannya
terhadap pestisida kima. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah
mengalihkan penggunaan pestisida kimia menjadi pestisida nabati.
Pestisida nabati adalah
pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang
atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan
mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan
cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan
digunakan sebagai pestisida. Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan.
Keunggulan pestisida nabati adalah murah
dan mudah dibuat sendiri oleh petani, relatif aman terhadap lingkungan, tidak
menyebabkan keracunan pada tanaman, sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama,
kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain, menghasilkan produk
pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
Pestisida dari bahan
nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama
tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan secara
tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai bahan yang
tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun
40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai
pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama
belalang dan penggerek batang padi.
Namun setelah
ditemukannya pestisida sintetik pada awal abad ke-20, pestisida dari bahan
tumbuhan atau bahan alami lainnya tidak digunakan lagi. Selain memiliki
senyawa aktif utama dalam ekstrak
tumbuhan juga terdapat senyawa lain yang
kurang aktif, namun keberadaannya dapat meningkatkan aktivitas ekstrak secara
keseluruhan (sinergi). Serangga tidak mudah menjadi resisten terhadap ekstrak
tumbuhan dengan beberapa bahan aktif, karena kemampuan serangga untuk membentuk
sistem pertahanan terhadap beberapa senyawa yang berbeda sekaligus lebih kecil
daripada terhadap senyawa insektisida tunggal. Selain itu cara kerja
senyawa dari bahan nabati berbeda
dengan bahan sintetik sehingga kecil kemungkinannya terjadi resistensi silang.
Pada umumnya pestisida sintetik dapat
membunuh langsung organisme sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda dengan
pestisida nabati, insektisida nabati
tidak dapat mematikan langsung serangga, namun bersifat Refelen, artinya yaitu
menolak kehadiran serangga terutama disebabkan baunya yang menyengat. Selain
itu pestisida nabati bersifat Antifidan atau menyebabkan serangga tidak
menyukai tanaman, misalnya
disebabkan rasa yang pahit.
1.2 Tujuan
Mengetahui
cara pembuatan pestisida nabati beserta karakter (aroma, warna, dan endapan)
pada berbagai jenis bahan pestisida nabati.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan pestisida sintetik merupakan metode umum dalam
upaya pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman pertanian. Kebanyakan pestisida sintetik
memiliki sifat non spesifik, yaitu
tak hanya membunuh jasad sasaran tetapi
juga membunuh organisme lain. Pestisida sintetik dianggap sebagai bahan pengendali hama penyakit yang
paling praktis, mudah diperoleh, mudah dikerjakan dan hasilnya cepat terlihat. Padahal penggunaannya sering menimbulkan masalah
seperti pencemaran lingkungan, keracunan
terhadap manusia dan hewan peliharaan dan dapat mengakibatkan resistensi
serta resurgensi bagi hama (M.Thamrin
et al.,2005).
Ekstrak mimba dan
cengkeh telah banyak dapat menghambat pertumbuhan jamur patogenik tanaman
ekstrak atau eugenol asal daun, bunga dan gagang cengkeh telah dibuktikan
toksik terhadap F. oxysporum, F. solani,
R. lignosis, P. capsici, S. Roflsii dan R. solani. Kombinasi penggunaan
produk cengkeh dan kompos limbah
tanaman telah terbukti dalam
mengendaliakan penyakitbusuk batang panili
(BBP) an-tara 75 –85% (Tombe Mesak, 2008).
Pestisida nabati adalah
pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan berkhasiat
mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida nabati tidak meninggalkan
residu berbahaya pada tanaman maupun lingkungan serta dapat dibuat dengan mudah
menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang seerhana. Berikut beberapa
jenis tumbuhan yang berkhasiat mengendalikan hama pada tanaman Mimba (Azadirachta indica). Daun dan biji dari
tanaman mimba dapat digunakan untuk mengendalikan ulat, kumbang, serta kutu
daun yang selalu menyerang tanaman pangan dan hortikultura. Zat yang terkandung
dalam mimba mampu menghambat pertumbuhan serangga hama. Tanaman mimba
mengandung zat azadirachtan, triol,
salanin, dan nimbin. Selain
mimba, tembakau (Niocotiana tabacum L.)
juga berpotensi digunakan sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan hama.
Bagian tanaman tembakau yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati
untuk mengendalikan daunnyaa, karena mengandung zat beracun berupa nikotin (Raharjo.,
et al, 2010).
Pengendalian penyakit
dengan fungisida dan bakterisida sintetis oleh para petani kentang selama ini
tidak efektif dalam mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh kapang patogen,
banyak masalah yang merugikan bagi kehidupan manusia secara langsung atau tidak
langsung diantaranya menimbulkan residu yang melekat pada hasil tanaman yang
akan mengganggu kesehatan konsumen, pencemaran lingkungan serta membunuh
organisme lainnya yang bukan sasaran.
Penggunaan agen hayati berbahan baku biofungisida sehingga menjadi alternatif
yang tepat untuk mengendalikan mikroba patogen penyebab penyakit pada tanaman
budidaya (Purwantisari,2008).
Pengendalian hama
dengan menggunakan pestisida alami dapat dijadikan pilihan paling tepat, murah
dan lestari. Pestisida organik bersifat mudah terurai menjadi bahan tidak
berbahaya dan juga dapat pula dipergunakan sebagai bahan pengusir atau repelen
terhadap serangga hama tertentu, menjadikannya alternatif dalam pengenalian
hama lestari yang ramah lingkungan (Octavia Dona.,et al, 2008).
Pembuatan insektisida
hayati dari bahan tumbuhan dapat diambil dari ekstrak biji mimba dan ekstrak
biji lada. Penggunaan insektisida dari ekstrak tumbuhan bersifat aman bagi
manusia dan ternak. Biji mimba dipilih sebagai bahan dasar pembuatan
insektisida non hayati karena sangat pahit da beracun. Sedang biji lada dipilih
karena rasa pedas dan panas yang ditimbulkan. Kedua estrak ini dihaapkan
efektif dan mempunyai daya bunuh terhadap dua jenis ulat Plutella xylostella dan Crocidolomia
binotalis (Santosa dan Sumarmi, 2008).
Pestisida nabati adalah
pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman. Ekstrak biji mimba dapat
berperan sebagai larvisida dan ovisida, menghambat perkembangan larva,
memperpendek umur imago, dan mengurangi fekunditas. Pemanfaatan biji mimba
sebagai pestisida nabati dapat dibuat dengan dua cara, yaitu serbuk dan
ekstrak. Cara pertama adalah cara sederhana, dibuat serbuk. Biji mimba dibuat
serbuk sampai halus, direndam dalam air, disaring dan disemprotkan. Cara kedua
adalah ekstrak, yaitu biji mimba dibuat dengan cara melarutkan serbuk biji
mimba dalam pelarut organik (Subiyakto, 2009).
BAB
3. METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum acara “Pembuatan Ekstrak
Pestisida Nabati” ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 21 November 2012 pukul
07.00 – selesai, bertempat di Laboratorium Hama Tumbuhan, Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.2
Alat
-
Penumbuk/ penghalus
-
Jirigen 5 liter
-
Cutter
3.2.3
Bahan
1. Ekstrak Nimba
-
Air 1 liter
-
Alkohol 70% 1 cc
-
Biji nimba 50 gram
2. Ekstrak Sirsak
-
50 lembar daun sirsak
-
Satu genggam (100 gram) rimpang jeringau
-
Satu siung bawang putih
-
Sabun colek 20 gram
-
Air 2 liter
3. Ekstrak Sirtem (Sirih dan Tembakau)
-
50 lembar daun sirih
-
50 lembar daun tembakau atau satu genggam tembakau
-
Air 2 liter
-
Sabun colek 20 gram
4. Ekstrak Balengse (Nimba, Lengkuas dan
Serai)
-
Daun nimba 400 gram
-
Lengkuas 300 gram
-
Serai 300 gram
-
Sabun colek 20 gram/detergen
-
Air 2 liter
3.3
Cara Kerja
1. Ekstrak Nimba
-
Menumbuk daun nimba dengan halus dan mengaduk dengan alkohol
-
Mengencerkan dengan 1 liter air
-
Melarutkan denga mengendapkan semalam lalu menyaringnya
-
Mengaplikasikan larutan ke tanaman
-
Serangga mati setelah 2-3 hari
2. Ekstrak Sirsak
-
Menghaluskan daun sirsak, jeringo, dan bawang putih
-
Mencampur seluruh bahan dan merendam dengan air selama 2 hari
-
Menyaring larutan
-
Untuk aplikasi 1 liter larutan mencampur dengan 10-15 liter air
-
Mengaplikasikan larutan
3. Ekstrak Sirtem (Sirih dan Tembakau)
-
Menumbuk halus daun sirih dan daun tembakau
-
Mencampur bahan dengan air dan mengaduk hingga rata
-
Mendiamkan bahan selama satu malam
-
Menyaring larutan kemudian mengencerkan (menambah dengan 50-60 air)
-
Menggunakan larutan yang sudah siap
4. Ekstrak Balengse (Nimba, Lengkuas,
Serai)
-
Menghaluskan daun nimba, lengkuas dan serai
-
Melarutkan bahan yang telah halus ke dalam 2 liter air
-
Mendiamkan selama satu malam
-
Menyaring larutan dan mengencerkan dengan 60 liter air
-
Mengaplikasikan larutan yang sudah siap untuk 1 ha lahan.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel
1. Tabel Pengamatan Pestisida Nabati Parameter Warna Pestisida
No.
|
Jenis
Pestisida
Nabati
|
Warna
|
||
Hari
ke-1
|
Hari
ke-2
|
Hari
ke-3
|
||
1.
|
Ekstrak
Daun Mimba
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
2.
|
Ekstrak
Daun Sirsak
|
Hijau tua
|
Hijau tua
(Lumut)
|
Hijau kehitaman
|
3.
|
Ekstrak
Daun Sirtem
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau kekuningan
|
4.
|
Ekstrak
Daun Balengse
|
Hijau
|
Hijau kekuningan
|
Kuning kehijauan
|
Tabel 2. Tabel Pengamatan Pestisida
Nabati Parameter Aroma Pestisida
No.
|
Jenis
Pestisida
Nabati
|
Aroma
|
||
Hari
ke-1
|
Hari
ke-2
|
Hari
ke-3
|
||
1.
|
Ekstrak
Daun Mimba
|
Daun mimba
|
Bawang putih
|
Bawang putih
|
2.
|
Ekstrak
Daun Sirsak
|
Daun sirsak
|
Sabun colek, Bau wangi tapi
menyengat
|
Sabun colek, Bau menyengat, Daun
sirsak
|
3.
|
Ekstrak
Daun Sirtem
|
Daun sirih
|
Daun sirih dengan bau menyengat
|
Bau serai menyengat
|
4.
|
Ekstrak
Daun Balengse
|
Daun serai (dominan)
|
Bau serai menyengat
|
Bau serai menyengat
|
Tabel
3. Tabel Pengamatan Pestisida Nabati Parameter Endapan Pestisida
No.
|
Jenis
Pestisida
Nabati
|
Endapan
|
||
Hari
ke-1
|
Hari
ke-2
|
Hari
ke-3
|
||
1.
|
Ekstrak
Daun Mimba
|
Ada
|
Ada
|
Ada
|
2.
|
Ekstrak
Daun Sirsak
|
Belum ada
|
Ada
|
Ada
|
3.
|
Ekstrak
Daun Sirtem
|
Belum ada
|
Belum ada
|
Belum ada
|
4.
|
Ekstrak
Daun Balengse
|
Belum ada
|
Ada
|
Ada
|
4.2
Pembahasan
Pestisida merupakan
campuran dari berbaga senyawa-senyawa kimia yang mampu membasmi berbagai
organisme pengganggu tanaman. Ada beberapa jenis pestisida, yaitu insektisida
untuk mengendalikan hama (serangga pengganggu), herbisida (untuk mengendalikan
gulma), nematisida (untuk mengendalikan nematoda), dan bakterisida untuk
mengandalikan batkeri penyebab penyakit. Berdasarkan sumber bahannya pestisida
ada dua, yaitu pestisida sintetik dan pestisida nabati. Pestisida sintetik
dibuat dari bahan-bahan kimia (non alami) biasa diproduksi di pabrikan,
sedangkan pestisida nabati dibuat dari bahan-bahan nabati (alami), dari
tumbuh-tumbuhan atanu tanaman yang mengandung senyawa-senyawa yang bisa
mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Berhubung penggunanaan pestisida
sintetik mulai dirasakan dampak negatifnya, maka mulai diadakan konversi
penggunaan pestisida yang berasal dari bahan-bahan alami (pestisida nabati).
Pestisida nabati ini
tidak menimbulkan efek racun sebagaimana jika menggunakan pestisida sintetik
yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Hal inilah yang menjadi salah satu
keunggulan dari penggunaan pestisida nabati. Beberapa keunggulan yang lain
yaitu biaya pembuatan pestisida nabati ini sangat terjangkau, sehingga bisa
diterapkan oleh berbagai kelas petani, dari petani yang berekonomi rendah
sampai yang berekonomi tinggi dan tidak meninggalkan residu yang berbahaya,
yang bisa mencemar lingkungan terutama air tanah yang nantinya akan dikonsumsi
manusia yang akibatny bisa keracunan. Oleh karena sifatnya yang ramah ligkungan
da bernilai ekonomi, penggunaan pestisida nabati ini merupakan inovasi yang
cukup baik untuk dikembangkan juga turut mendukung terciptanya sistem pertanian
yang berkelanjutan.
Pestisida nabati yang
saat ini sering digunakan adalah untuk pengendalian hama, jadi dalam hal ini
digunakan sebagai insektisida. Beberapa tumbuhan yang bisa digunakan sebagai
pestisida nabati adalah daun mimba, daun pacar cina, daun sirsat, dan daun
mindi. Beberapa jenis daun dari tumbuh-tumbuhan tersebut mengandung
senyawa-senyawa yang merupakan bahan aktif dalam insektisida, sehingga bisa
digunakan secara langsung sebagai insektisida nabati. Pestisida nabati
diaplikasikan dalam bentuk ekstrak dari tumbuh-tumbuhan tersebut, berupa
larutan cair hasil dari pengekstrakan daun-daun dari beberapa jenis tumbuhan
yang telah disebutkan sebelumnya. Untuk pengaplikasiaannya bisa langsung
disemprotkan pada bagian tanaman yang terserang.
Pestisida berbahan
nabati bersifat sebagai racun perut yang tidak membahayakan terhadap musuh
alami atau serangga bukan sasaran, sehingga penggunaan pestisida berbahan
nabati dapat dikombinasikan dengan musuh alami. Selain memiliki senyawa aktif
utama dalam ekstrak tumbuhan juga terdapat senyawa lain yang kurang aktif,
namun keberadaannya dapat meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan
(sinergi). Serangga tidak mudah menjadi resisten terhadap ekstrak tumbuhan dengan
beberapa bahan aktif, karena kemampuan serangga untuk membentuk sistem
pertahanan terhadap beberapa senyawa yang berbeda sekaligus lebih kecil
daripada terhadap senyawa insektisida tunggal. Selain itu cara kerja senyawa
dari bahan nabati berbeda dengan bahan sintetik sehingga kecil kemungkinannya
terjadi resistensi silang. Pada umumnya
pestisida sintetik dapat membunuh langsung organisme sasaran dengan cepat. Hal
ini berbeda dengan pestisida nabati, sebagai contoh insektisida nabati yang
umumnya tidak dapat mematikan langsung serangga, biasanya berfungsi seperti
berikut: Refelen, yaitu menolak
kehadiran serangga terutama disebabkan baunya yang menyengat, Antifidan menyebabkan serangga tidak
menyukai tanaman, misalnya disebabkan rasa yang pahit, Attraktan sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat digunakan
sebagai perangkap, mencegah serangga meletakkan telur dan menghentikan proses
penetasan telur, pestisida nabati bersifat racun syaraf dan mengacaukan sistem
hormon di dalam tubuh serangga.
Pada praktikum ini
bahan alami yang digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati adalah nimba,
lengkuas, serai, daun sirsak, dan daun tembakau. Bahan-bahan tersebut memiliki
kandungan kimia yang berbeda, sehingga sasaran hama yang ditujupun juga
berbeda. Berikut keterangan dari bahan-bahan baku tersebut
1. Mimba (Azadirachta
indica)
Daun dan biji dari tanaman
mimba dapat digunakan untuk mengendalikan ulat, kumbang, serta kutu daun yang
selalu menyerang tanaman pangan dan hortikultura. Zat yang terkandung dalam mimba
mampu menghambat pertumbuhan serangga hama. Tanaman mimba mengandung zat azadirachtan, triol, salanin, dan nimbin. Tanaman ini dapat mengendalikan
OPT seperti : Helopeltis sp,; Empoasca sp.;
Tungau jingga (Erevipalpis phoenicis), ulat
jengkal (Hyposidra talaca), Aphis
gossypii, Epilachna varivestis, Fusarium oxyporum, Pestalotia, sp.;
Phytophthora sp.; Heliothis armigera, pratylenchus sp.; Nilaparvata lugens.
2. Tembakau (Niocotiana
tabacum L.)
Selain mimba, tembakau juga
berpotensi digunakan sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan ham. Bagian
tanaman tembakau yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati untuk
mengendalikan hama. Bagian tanaman tembakau yang dapat dimanfaatkan sebagai
insektisida nabati adalah batang dan daunnya. Tembakau mengandung zat beracun
berupa nikotin.
3. Sirsak
(Annona muricata L.)
Daun sirsak mengandung
bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati daun sirsak efektif untuk
mengendalikan hama trip. Jika ditambahkan daun tembakau dan sirsak akan efektif
mengendalikan hama belalang dan ulat. Sedangkan jika ditambahkan jeringau dan
bawang putih akan efektif mengendalikan hama wereng coklat. OPT sasaran :
wereng batang coklat.
4. Lengkuas
(Alpinia galanga SW.)
Daun lengkuas memiliki bahan aktif berupa
tanin, saponin, alkaloid, terpenoid dan flavanoid yang dapat digunakan untuk
mengendalikan serangga.
5. Sirih
(Piper betle)
Kandungan kimia daun sirih
adalah minyak atsiri 0,8 - 1,8 %
(terdiri atas chavikol, chavibetol (betel phenol), allylprocatechol
(hydroxychavikol), allypyrocatechol-mono dan diacetate, karvakrol, eugenol,
p.cymene, cineole, caryophyllene, cadinene, esragol, terpenena, seskuiterpena,
fenil propane, tannin, diastase, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat,
vitamin C, gula, pati dan asam amino.
Chavikol yang menyebabkan sirih berbau khas dan memiliki khasiat
antibakteri (daya bunuh bakteri lima kali lebih kuat daripada fenol
biasa).
Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap.
Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap.
6. Serai
(Andropogon nardus L.)
Daun serai wangi (Andropogon nardus L.). Serai wangi
memiliki kandungan kimia yang terdiri dari saponin, flavonoid, polifenol,
alkaloid dan minyak atsiri. Minyak atsiri serai wangi terdiri dari sitral,
sitronelal, geraniol, mirsena, nerol, farsenol, metilheptenon, dipentena,
eugenol metil eter, kadinen, kadinol dan limonene. Senyawa geraniol dan
sitronellal dilaporkan dapat berfungsi sebagai fungisida nabati. Eugenol yang
terkandung dalam serai wangi mempunyai pengaruh dalam menghambat pertumbuhan
dan perkembangan jamur patogen. Tanaman
ini dapat mengendalikan Tribolium sp,;
Sitophilus sp.; Callosobruchus sp.; Meloidogyne sp.; dan Pseudomonas sp.
7. Rimpang
Jeringau
Rimpang jeringau mengandung
bahan aktif arosone, kalomenol, kalomen, kalameone, metil eugenol yang jika
dikombinasi dengan bahan aktif daun sirsak akan efektif mengendalikan hama
wereng.
Berdasarkan hasil
pengamatan, diketahui bahwa ekstrak daun mimba, ekstrak daun sirsak, ekstrak
daun sirih-tembakau, dan ekstrak belengse dari karakter fisik (warna dan
endapan) sama, secara umum ekstrak yang terbentuk berwarna korelasi hijau dan
semua ekstrak kecuali ekstrak daun sirih-tembakau terdapat endapan yang
merupakan suspensi dari ekstrak yang telah dibuat. Pada saat baru diekstrak
semua perlakuan daun beraroma menyengat daun (aroma bisa dipengaruhi dari
berbagai zat yang terkandung di dalam ekstrak). Hal ini menunjukkan bahwa
senyawa-senyawa yang terkandung di dalam ekstrak, yang berupa senyawa fenol
pada daun bereaksi sehingga menimbulkan aroma pada setiap perlakuan. Selain
berbahan baku ekstrak daun, pembuatan pestisida nabati juga ditambahkan senyawa
pelarut seperti sabun colek dan alkohol. Penambahan sabun colek pada ekstrak
daun-daun tersebut bertujuan agar bisa merekatkan berbagai senyawa yang terdapat
pada larutan ekstrak nabati, yang pada
dasarnya saling terlepas, sehingga dengan adanya penambahan detergen diharapkan
senyawa-senyawa (senyawa yang mengandung bahan aktif untuk mengendalikan hama)
tersebut saling berikatan, sehingga pestisida nabati akan menjadi cukup efektif
dalam mengendalikan hama, juga agar pestisida nabati ini saat disemprotkan bisa
melekat cukup lama pada tanaman.
Setelah disimpan selama
24 jam, terjadi perubahan aroma dan perubahan warna pada ekstrak. Secara umum
aroma ekstrak yang tadinya menyengat dan beraroma sabun colek menjadi lebih meningkat
dan warna ekstraknya pun menjadi lebih kecoklatan dan kekuningan. Pada ekstrak
daun mimba setelah setelah disimpan sehari warnanya cenderung sama yaitu hijau,
namun aroma ekstrak ini berubah menjadi aroma mirip bawang putih. Untuk ekstrak
daun sirsak, warnanya juga tidak terlihat mengalami perubahan yaitu tetap hijau
tua, sedangkan aromanya berubah semakin menyengat. Ekstrak daun sirih-tembakau,
ekstrak ini menggunakan dua bahan yang sama-sama beraroma kuat, namun sejak
pertama hingga hari kedua aroma ekstrak ini lebih kuat beraroma daun sirih,
dibandingkan aroma daun tembakau. Ekstrak balengse juga terbuat dari beberapa
bahan baku, yaitu mimba, lengkuas dan serai. Bahan-bahan tersebut memiliki aroma
kuat dan bisa dibedakan dengan jelas. Namun setelah dari awal pengamatan hingga
hari kedua aroma serai lebih tercium kuat daripada bahan lain, sedangkan warna
ekstrak ini berubah menjadi hijau kekuningan.
Pada pengamatan hari ke-3,atau pengamatan
terakhir secara umum aroma ekstrak yang tadinya menyengat menjadi lebih
meningkat dan warna ekstraknyapun menjadi kekuningan dan kehitaman. Ekstrak
daun mimba diakhir pengamatan diketahui berwarna tetap seperti semula, yaitu
hijau, beraroma bawang putih menyengat, dan terbentuknya endapan. Untuk ekstrak
daun sirih warnanya berubah menjai hijau kehitaman, beraroma menyengat dan
terbentuk endapan. Ekstrak daun sirih-tembakau telah berubah warna menjadi
hijau kekuningan, aroma daun sirih semakin menyengat meskipun sampai akhir
pengamatan tidak ada endapan. Ekstrak balengse telah berubah warnanya menjadi
kuning kehijauan, bau serai semakin menyengat dan endapan putih telah terbentuk.
Penyebab ekstrak
beraroma lebih menyengat bisa dikarenakan adanya fermentasi pada ekstrak
tersebut yang kemungkinan besar adanya peran dekomposisi dari mikrobia yang
mungkin terlarut dalam ekstrak sehingga muncul aroma yang lebih busuk,
sebagaimana sampah-sampah organik yang jika dibiarkan akan semakin beraroma
busuk. Sedangkan terjadi perubahan warna bisa karena terjadi pengendapan
(suspensi yang mengandung warna hijau akibat klorofil terendapkan) sehingga
larutan nampak lebih coklat bida juga warna hijau yang ditimbulkan klorofil
mulai hilang karena klorofil sudah mulai rusak tidak ada produksi klorofil
sebagaimana dedaunan yang masih melekat pada pohon, sehingga semakin lama
klorofil daun akan rusak dan warna hijaunya mulai terdegradasi menjadi lebih kecoklatan.
Endapan yanng terjadi semakin banyak. Walaupun pestisida nabati banyak
keunggulannya dibandingkan dengan pestisida sintetik, keefektifannya dalam
mengendalikan hama masih lebih efektif jika menggunakan pestisida kimia karena
memang diproduksi dari bahan-bahan beracun, sehingga jika menggunakan pestisida
nabati perlu pengaplikasian yang lebih sering dibandingkan pengaplikasan
pestisida sintetik. Hal tersebut dibuktikan pada pembuatan pestisida nabati
pada praktikum ini yang selalu mengalami perubahan indikator setelah melewati
masa penyimpanan.
BAB
5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
praktikum pembuatan pestisida nabati yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1.
Pestisida nabati adalah pestisida
yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau
bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah.
2.
Pestisida nabati tidak bisa
digunakan secara langsung, namun harus melewati tahap penyimpanan dan
fermentasi. Terbukti melalui pengamatan karakter ekstrak pestisida nabati selau
meningkat setelah masa penyimpanan.
5.2
Saran
Praktikan
diharapkan lebih fokus dan efisien waktu terhadap jalannya proses praktikum.
Praktikan juga diharapkan lebih cermat dalam melakukan pengamatan agar data
yang diperoleh lebih detail. Selain itu alat yang digunakan saat praktikum
hendaknya ditambah, sehingga praktikan lain tidak menunggu lama.
DAFTAR
PUSTAKA
M.Thamrin,
S. Asikin, Mukhlis dan A.Budiman. 2005. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa
Sebagai Pestisida Nabati Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Jurnal
Pertanian. Vol.3(1): 35-54
Octavia
Dona, Dkk .2008. Keaneka ragaman jenis
tumbuhan sebagai pestisida alami di Savana Bekol Taman Nasional Baluran. Jurnal
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol.5(4):355-365.
Raharjo,
Ari, dkk. 2010. Membuat Pestisida Organik.
Jakarta : PT AgroMedia Pustaka.
Santosa,
S.J dan Sumarmi. 2008. Pengendalian Plutella
xylostella dan Crocidolomia binotalis
pada Tanaman Kobis dengan Insektisida Hayati. Jurnal Eksplorasi Vol. XX, No 1 tahun 2008.
Subiyakto.
2009. Ekstrak Biji Mimba Sebagai
Pestisida Nabati: Potensi, Kendala, dan Strategi Pengembangannya. Perspektif Vol. 8 No. 2 / Desember 2009.
Hlm 108 – 116
Tombe,
Mesak. 2008. Pemanfaatan Pestisida Nabati Dan Agensia Hayati Untuk Pengendalian Penyakit Busuk Jamur Akar Putih Pada Jambu Mete. Buletin
Littro. Vol.19(1): 68 -77
1 Response to "LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN EKSTRAK PESTISIDA NABATI"
terimakasih, sangat bermanfaat
Posting Komentar