UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS
PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA
PERTANIAN
LABORATORIUM
PRODUKSI TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA :
BAYU GUSTI SAPUTRA
NIM :
111510501152
GOLONGAN/KEL : SENIN / 6
ANGGOTA :
1. FRANSISKA ADE (091510601069)
2. TEGUH BAGUS (091510601074)
3. KHARISMA AGRI (091510601081)
4. PUTRI SEPTIANI (111510501016)
5. DAWUD LUTAMA (111510501065)
6. NISA ATIN (111510501071)
JUDUL ACARA : TEKNIK
PRODUKSI TANAMAN KEDELAI
(Glicine max)
TANGGAL PRAKTIKUM : 8 OKTOBER 2012
TANGGAL PENYERAHAN : 27 NOVEMBER 2012
ASISTEN :
1. DEDI EKO S.
2. MEIDA WULANDARI
3. NOVITA
FIRDA S.
4. IFTITAH
FIKA F
5. HAIKAL
WAHONO
6. AHMAD NUR
H.G.A
7. ULIL
ABROR P.Y
8. ADI
RACHMAT
9. ANSAUL
AZIZAH S
10. SHOLIFA
11. LUSIANA
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan tanaman pangan
berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis,
merupakan kedelai yang menurunkan kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine
max). Kedelai termasuk dalam tanaman musim, yang bisa dipanen beberapa kali
dalam satu tahun. Taksonomi tanaman kedelai adalah sebagai berikut Familia:
Leguminosae, Subfamili: Papilionoidae, Genus: Glycine, Species: Glycine max L. Tanaman kedelai sangat
cocok untuk hidup di daerah sub tropis,
namun masih mamu beradaptasi dengan baik didaerah tropis. Tanaman kedelai mampu
tumbuh secara optimal dengan curah hujan diatas 500 mm setahun, suhu optimal
25º-30º C dengan penyinaran penuh minimal 10 jam perhari, kelembaban rata-rata
65%. Penanaman dengan ketinggian lebih dari 750 m dpl (meter dari pemukaan laut
pertumbuhan akan terhambat dan masih dapat berproduksi dengan baik pada
ketinggian 110 m dpl. Sehingga akan lebih baik dan lebih tepat jika tanaman
kedelai sebaiknya dibudidayakan pada ketinggian 110-750 m di atas permukaan
laut.
Ada
beberapa varietas kedelai yang biasa digunakan, antara lain Dasar-dasar
penentuan varietas kedelai adalah menurut: umur, warna biji dan tipe batang.
Varietas kedelai yang dianjurkan yaitu: Otan, No. 27, No.29, Ringgit 317,
Sumbing 452, Merapi 520, Shakti
945, Davros, Economic Garden, Taichung 1290. Penggunaan varietas yang unggul
akan sengat berpengaruh terhadap produksi tanaman kedelai, selain juga pengaruh
lingkungan yang akan digunakan sebagai wilayah budidaya tanaman kedelai. Dengan
lingkungan yang sesuai dan varietas yang unggul akan mampu mengembangkan
produktivitas tanaman kedelai, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas hasil
produksinya
Tanaman
kedelai juga cukup banyak dibutuhkan selain padoi dan jagung. Kedelai bisasanya
digunakan sebagai bahan makanan olahan, namun bisa juga sebagai bahan konsumsi
langsung. Selain sebagai bahan makanan, kedelai juga digunakan sebagai bahan
baku industri, seperti: kertas, cat cair, tinta cetak dan tekstil. Produktivitas
kedelai di Indonseia sendiri juga msih kurang baik, permintaan pasar yang besar
tidak berimbang dengan besarnya produksi tanaman kedelai sehingga sangat
diperlukan pengembangan produksi tanaman kedelai.
Ketergantungan
terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, karena seharusnya kita mampu
mencukupinya sendiri. Ini karena produktivitas rendah dan semakin meningkatnya
kebutuhan kedelai. Kedelai merupakan tanaman penting karena peranannya sebagai
sumber protein nabati dan dapat juga digunakan sebaga bahan baku industri.
Kedelai sebagai sumber protein nabati, di Indonesia hasinya masih rendah
sehingga perlu impor setiap tahun. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional,
Indonesia harus impor kedelai sehingga menyebabkan biaya untuk impor kedelai
jumlahnya besar. Kedelai yang ditanam saat musim kemarau dengan diberi
pengairan yang tinggi memebrikan hasil yang lebih tinggi daripada kedelai yang
ditanam pada musim hujan meskipun pada lokasi yang sama. Perbedaan ini
disebabkan oleh perbedaan unsur iklim, terutama radiasi matahari. Hal tersebut
dikarenakan kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek.
Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong.
Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering. Pada praktikum ini
akan dilakukan penanaman kedelai dengan menggunakan beberapa perlakuan
pemupukan, kemudian setelah dilakukan pengematan selama beberapa waktu maka
diharapkan diketahui perlakuan terbaik
yang dapat meningkatkan produksi kedelai.
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman kedelai.
2. Untuk
mengetahui teknik budidaya tanaman kedelai yang baik dan sesuai dengan kondisi
tanah.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) adalah tanaman penting sumber pangan berkualitas tinggi yang murah dengan
mengandung protein dan minyak. Kacang
kedelai berisi protein sekitar 41% dan 21% minyak. Sekitar 95% dari Minyak kedelai digunakan sebagai minyak goreng dalam salad
atau memasak, margarin juga
dibuat dari Minyak kedelai yang kaya akan asam lemak
esensial dan tidak mengandung kolesterol. Tempe, merupakan produk kedelai, selain itu manfat kedelai digunakan
sebagai pakan ternak tinggi protein.
Seperti kacang dan biji-bijian lainnya, kedelai memainkan peranan penting dalam fiksasi nitrogen biologis dan termasuk dalam sistem tanam memperbaiki kesuburan tanah. Beberapa ahli mencatat bahwa bakteri pengikat nitrogen tidak berfungsi secara efektif di bawah kondisi pH tanah rendah dari 4,2 dan dibawah dan direkomendasikan pH 6 - 6,5 untuk pertumbuhan kedelai secara optimal (Okpara et al., 2007).
Seperti kacang dan biji-bijian lainnya, kedelai memainkan peranan penting dalam fiksasi nitrogen biologis dan termasuk dalam sistem tanam memperbaiki kesuburan tanah. Beberapa ahli mencatat bahwa bakteri pengikat nitrogen tidak berfungsi secara efektif di bawah kondisi pH tanah rendah dari 4,2 dan dibawah dan direkomendasikan pH 6 - 6,5 untuk pertumbuhan kedelai secara optimal (Okpara et al., 2007).
Tanaman kedelai merupakan sumber protein nabati yang sangat penting untuk
meningkatkan gizi masyarakat, dengan demikian tanaman
ini per1u diusahakan. Produksi kedelai di Indonrsia masih tergolong rendah, hal ini diperkirakan
karena
pengolahan tanah kurang cepat, pemupukan yang
kurang sempurna, kekeringan, serangan hama penyakit dan gulma serta tumbth
benih yang kurang baik (Syawal,2007).
Kebutuhan akan kedelai
setiap tahunnya meningkat terus dan sebagian besar masih diimpor dari luar
negeri. Ketergantungan terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan karena
seharusnya kita mampu mencukupinya sendiri. Ini karena produktifitas rendah dan
teknik budidaya yang masih belum memadai sehingga usaha tani kedelai seringkali
tidak menguntungkan. Penggunaan teknologi merupakan salah satu solusi untuk
meningkatkan pendapatan usahatani kedelai.Biasanya tanaman kedelai mulai tumbuh
pada umur 5-7 hari, benih yang tidak tumbuh diganti atau disulam dengan benih
baru yang akan lebih baik jika dicampur legin dan penyulaman sebaiknya
dilakukan saat sore hari. Untuk melakukan penyiangan pertama umur 2-3 minggu,
ke-2 pada saat tanaman selesai berbunga (sekitar 6 minggu setelah tanam)
kemudian penyiangan ke-2 ini sebaiknya dilakukan brsamaan dengan pemupukan ke-2
(Tombe dan Hendra, 2010).
Kedelai merupakan bahan
baku makanan yang bergizi seperti tahu dan tempe. Hampir semua lapisan
masyarakat menyukai makanan yang terbuat dari kedelai. Bagi petani, tanaman ini
penting untuk menambah pendapatan karena dapat segera dijual dan harganya
tinggi. Tanaman ini dapat diusahakan di lahan pasang surut. Hasilnya cukup
memadai, namun cara mengusahakannya berbeda daripada di lahan sawah irigasi dan
lahan kering. Tanaman ini tidak tahan genangan. Oleh sebab itu, tidak
dianjurkan menanam kedelai di lahan pasang surut yang bertipe luapan air A yang
selalu terluapi baik saat pasang besar maupun pasang kecil (Harahap, 1999)..
Ledgard
(2001), mencatat
bahwa tumpangsari menjanjikan produksi
tanaman yang berkelanjutan. Beberapa
ahli menyarankan agar memilih dan mengintegrasikan kacang-kacangan
seperti kedelai kedalam sistem polatanam tumpangsari. Berbagai cara seharusnya dilakukan untuk
mempertahankan mineral dan harai bagi tanaman yang sebelumnya
hilang melalui siklus tanaman yang telah dilepas selama sebelumnya
tanam. Tujuan dari usaha tersebut
adalah untuk memilih varietas kedelai yang paling menguntungkan
untuk ditumpangsarikan dengan singkong dan menentukan gabungan
efek dari pupuk terapan (NdanK) dan kedelai fiksasi nitrogen pada NdanK
dari sistem tumpangsari tersebut (Umeh,S.I and Mbah,B.N,2010).
Kondisi tanah yang baik
untuk tanaman kedelai adalah tanah yang lembab. Oleh karena itu, diperlukan
pengairan yang teratur untuk menjaga kelembaban tanah tersebut. Kekeringan pada
masa pertumbuhan vegetatif (masa belum berbunga) mengakibatkan tanaman kerdil.
Bila kekeringan terjadi pada saat bebunga atau pengisian polong, maka hasil
dapat menurun. Jadi, secara umum tanaman kedelai harus diberi pengairan/disiram
sebanyak 3-4 kali selama priode pertumbuhannya,yaitu sebelum berbunga, saat
berbunga, dan saat pengisian polong. Pengairan hendaknya diberikan sampai ke
daerah perakaran tanaman. Lamanya penggenangan cukup 10-13 menit. Setelah itu,
air dikeluarkan kembalu dari petakan (istiyastuti dan triyono, 1996).
Kedelai dipupuk dengan
cara sebagai berikut : 100Kg TSP diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Lantas
menyusul Urea 75 Kg yang diberikn dua kali, yakni pertama 35 Kg diberikan
bersamaan dengan waktu tanam. Sisanya diberikan setelah masa penyiangan kedua
(sebelum berbunga) atau setelah 25 hari. Dan bisa pula setelah tanaman berbunga
yakni ketika berusia 40 hari (Lingga, 1992).
Kedelai
adalah sumber terkaya unsur protein nabati yang dikonumsi manusia. Kedelai juga produk sumber protein termurah dan paling siap
tersedia, terutama di negara-negara berkembang. Oleh karena itu sangat penting
dalam memenuhi kebutuhan protein yang sangat umum terutama di daerah pedesaan. Beberapa ahli mencatat kedelai memiliki kapasitas untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki nitrogen dalam tanah melalui nitrifikasi yang dilakukan oleh bakteri pengikat nitrogen yang berada dalam bintil akar kedelai. Kedelai juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan status gizi rumah tangga, meningkatkan pendapatan, meningkatkan produktivitas tanaman lainnya (Idrisa et al.,2010).
dalam memenuhi kebutuhan protein yang sangat umum terutama di daerah pedesaan. Beberapa ahli mencatat kedelai memiliki kapasitas untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki nitrogen dalam tanah melalui nitrifikasi yang dilakukan oleh bakteri pengikat nitrogen yang berada dalam bintil akar kedelai. Kedelai juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan status gizi rumah tangga, meningkatkan pendapatan, meningkatkan produktivitas tanaman lainnya (Idrisa et al.,2010).
Menurut Kastono (2008), salah satu usaha untuk
meningkatkan produksi kedelai adalah dengan pemupukan dan pengendalian hama
kedelai. Sebagai tanaman semusim, kedelai menyerap N, P, dan K dalam jumlah
relatif besar. Untuk mendapatkan tingkat hasil kedelai yang tinggi diperlukan
hara mineral dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Untuk mencukupi kebutuhan
hara tanaman, selain pemberian pupuk anorganik juga diperlukan tambahan pupuk
organik. Salah satu alternatif sebagai sumber bahan organik yang potensial
adalah gulma siam (Chromolaena odorata). Kegagalan pengendalian sering
terjadi yang umumnya petani mengartikan pengendalian hama sama dengan penggunaan
pestisida. Bila tanaman kedelai diserang hama, petani akan langsung menggunakan
pestisida untuk mengendalikannya. Sering terjadi pula bila di lahannya terdapat
banyak serangga, langsung disemprot tanpa diketahui apakah serangga tersebut
merugikan atau menguntungkan. Hal ini banyak dilakukan karena khawatir akan
timbul serangan hama yang lebih besar yang dapat menggagalkan panen. Bila hal
ini terjadi terus menerus akan mengakibatkan ketahanan hama terhadap penyakit,
timbulnya resurjensi hama, dan letusan hama kedua(Kastono,2008).
Kebutuhan kedelai terus meningkat maningkatkan karena pertambahan penduduk,
juga meningkatkan konsumsi perkapita terutama dalam bentuk olahan dan tumbhnya
industri pakan ternak. Permintaan kedelai perkapita seja periode 1970 sampai
1990 telah meningkat 160%. Sedangka pada periode 1990-an sampai tahun 2010
diperkirakan tumbuh 2,92% pertahun. Penigkatan konsumsi kedelai begitu pesat
dan tidak diimbangi oleh peningkatan produksi kedelai dalam negeri. Kesenjangan
itu ditutup dengan kedelai impor yang banyak menyita devisa. Pada bulan agustus
2004 telah dicanangkan gebrakan baru dengan PROGRAM BANGKIT KEDELAI yang
diharapkan akan mampu mewujudkan kecukupan pemenuhan kedelai dalam negeri
dengan menaikkan produksi dari l.l juta sekarangm menjadi 2 .5 juta ton pada
tahun 2007 (Darsono,2009).
Melanogromyza
(Agromyza) sojae dan Ophiomyia (Agromyza) phaseoli dikenal dengan nama lalat
bibit kedelai merupakan hama kedelai yang penting di Indonesia, Asia,
Australia, dan Daratan Pasifik. Selain menyerang kedelai, hama ini juga
menyerang kacang hijau, kacang tungak, kacang panjang, Crotalaria, dan Buncis.
Lalat bibit/lalat kacang betina meletakkan telur di daun pertama atau kedua,
kemudian larvanya menggorok daun dan mengerek batang. Tanaman menjadi kerdil,
merana, layu dan mati. Pada pangkal batang tanaman bila dikupas akan ditemukan
pupa (Tjahjadi, 1989).
BAB
3. METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
Produksi Tanaman dengan judul acara “Teknik Produksi Tanaman Kedelai” ini
dilakukan pada hari Senin, 08 Oktober 2012 pada pukul 13.45-selesai, bertempat di
lahan Agroklimatologi, Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1
Bahan
1. Benih kedelai
2. Tanah
3. Pupuk (urea, SP-36, KCl)
4. Tanah kering angin diayak.
3.2.2
Alat
1. Cangkul
2. Tugal
3. Roll meter
4. Tali rafia
5. Papan nama
6. Ayakan
7. Timba
8. Polibag ukuran 40x60
3.3
Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan.
2. Menyiapkan media tanam dengan cara
mengayak tanah, dan menjemur sampai kerig angin.
3. Mengambil sampel tanah kemudian
dianalisis sidik cepat untuk mengetahui kondisi tanah melalui pH, C-Organik,
dan sifat fisik tanah.
4. Memasukkan tanah sebanyak 10 kg ke
dalam polibag, untukperlakuan dengan penambahan BO berat tanah disesuaikan,
kemudian menyiram dengan air.
5. Menanam benih kedelai pada
masing-masing perlakuan.
6. Pemupukan SP-36 dan KCl serta
penambahan bahan organik seeseui dengan dosis anjuran sidik cepat sedangkan
untuk pupuk urea sesuai dengan perlakuan
7. Melakukan pengamatan secara rutin.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan
praktikum dan pengamatan maka dapat diperoleh hasil berupa tabel sebagai
berikut :
Perlakuan
(Kel.)
|
Minggu
Ke-
|
Rerata
Tinggi
Tan.
(cm)
|
Rerata
Σ Daun
|
Rerata
Jarak
Antar
Ruas
(cm)
|
Rerata
Panjang
Akar
(cm)
|
Rerata
Σ Akar
|
Rerata
Σ Bintil Akar
|
1
(1 dan 4)
|
1
|
3,6
|
2
|
1,1
|
27,6
|
6,6
|
4,5
|
2
|
8,4
|
5,3
|
5
|
||||
3
|
11,7
|
4,9
|
6,8
|
||||
4
|
10,7
|
4,1
|
8,6
|
||||
5
|
12,8
|
8,6
|
10,1
|
||||
2
(2 dan 5)
|
1
|
3,3
|
2
|
1,4
|
20,3
|
10,8
|
16,6
|
2
|
7,64
|
4,5
|
4
|
||||
3
|
9,05
|
8,8
|
4,8
|
||||
4
|
10,9
|
11,35
|
8,5
|
||||
5
|
12,36
|
13,3
|
8,7
|
||||
3
(3 dan 6)
|
1
|
3
|
1,5
|
0.85
|
13,5
|
11
|
5
|
2
|
7,21
|
6
|
4,4
|
||||
3
|
7,45
|
7,8
|
7,65
|
||||
4
|
10,35
|
13
|
2,37
|
||||
5
|
12,26
|
15
|
2,2
|
Tabel 1. Tabel data
golongan hasil pengamatan tanaman kedelai berbagai perlakuan.
Perlakuan
(Kel.)
|
Formulasi Pupuk Tiap Perlakuan
|
|||
Urea
(Kg/Ha)
|
SP-36
(Kg/Ha)
|
KCl
(Kg/Ha)
|
Bahan Organik
(%)
|
|
1
(1 dan 4)
|
10
|
75
|
50
|
1.5
|
2
(2 dan 5)
|
50
|
75
|
50
|
-
|
3
(3 dan 6)
|
100
|
75
|
50
|
-
|
Tabel
2. Perlakuan Formulasi Pupuk Tiap Kelompok
4.2
Pembahasan
Indonesia merupakan
negara agraris, yang berarti mayoritas penduduknya adalah berprofesi sebagai
seorang petani. Berbagai produk pertanianpun dapat dihasilkan tanpa harus
mendatangkan dari negara lain. Namun apa yang terjadi saat ini, justru berbagai
kebutuhan pokok masyarakat indonesia harus didatangkan dari luar negeri. Salah
satu contohnya adalah pemenuhan kebutuhan kedelai. Menteri Pertanian (Mentan)
Suswono mengakui kebutuhan kedelai di Indonesia masih mengandalkan dari impor
sebesar 60%. Pasalnya produksi dalam negeri yang hanya memasok 800.000 ton dari
kebutuhan hingga 3 juta ton per tahun. Alasan mendasar kenapa Indonesia
mengimpor beras adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kedelai.
Kebutuhan kedelai
di Indonesia setiap
tahun selalu meningkat seiring dengan
pertambahan penduduk dan
perbaikan pendapatan perkapita.
Oleh karena itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena
produksi dalam negeri
belum dapat mencukupi
kebutuhan tersebut. Lahan budidaya
kedelai pun diperluas
dan produktivitasnya ditingkatkan. Untuk
pencapaian usaha tersebut,
diperlukan pengenalan mengenai
tanaman kedelai yang lebih mendalam. Tanaman
kedelai umumnya tumbuh
tegak, berbentuk semak,
dan merupakan tanaman semusim.
Morfologi tanaman kedelai
didukung oleh komponen utamanya,
yaitu akar, daun,
batang, polong, dan
biji sehingga pertumbuhannya bisa
optimal.
Taksonomi tanaman
kedelai adalah sebagai berikut Familia: Leguminosae, Subfamili: Papilionoidae,
Genus: Glycine, Species: Glycine max L.
Tanaman kedelai sangat cocok untuk hidup di
daerah sub tropis, namun masih mamu beradaptasi dengan baik didaerah
tropis. Berikut adalah morfologi tanaman kedelai, diantaranya :
1. Akar
Akar kedelai mulai muncul dari
belahan kulit biji
yang muncul di sekitar misofil. Calon
akar tersebut kemudian
tumbuh dengan cepat
ke dalam tanah, sedangkan
kotiledon yang terdiri
dari dua keping
akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang
cepat dari hipokotil. Sistem
perakaran kedelai terdiri
dari dua macam,
yaitu akar tunggang dan
akar sekunder (serabut)
yang tumbuh dari
akar tunggang. Selain
itu kedelai juga seringkali
membentuk akar adventif
yang tumbuh dari
bagian bawah hipokotil. Pada
umumnya, akar adventif
terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah
yang terlalu tinggi.
Perkembangan akar
kedelai sangat dipengaruhi
oleh kondisi fisik
dan kimia tanah, jenis
tanah, cara pengolahan
lahan, kecukupan unsur
hara, serta ketersediaan air
di dalam tanah.
Pertumbuhan akar tunggang
dapat mencapai panjang
sekitar 2 m
atau lebih pada
kondisi yang optimal, namun demikian,
umumnya akar tunggang
hanya tumbuh pada kedalaman lapisan
tanah olahan yang
tidak terlalu dalam,
sekitar 30-50 cm. Sementara
akar serabut dapat
tumbuh pada kedalaman
tanah sekitar 20-30 cm.
Akar serabut ini
mula-mula tumbuh di
dekat ujung akar tunggang, sekitar
3-4 hari setelah
berkecambah dan akan
semakin bertambah banyak dengan pembentukan akar-akar muda yang lain.
2. Batang dan cabang
Bagian
batang kecambah yang
berada diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil. Pertumbuhan batang
kedelai dibedakan menjadi
dua tipe, yaitu
tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang
ini didasarkan atas keberadaan
bunga pada pucuk
batang. Pertumbuhan batang tipe
determinate ditunjukkan dengan
batang yang tidak
tumbuh lagi pada saat
tanaman mulai berbunga.
Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila
pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun,
walaupun tanaman sudah
mulai berbunga. Disamping
itu, ada varietas hasil
persilangan yang mempunyai
tipe batang mirip
keduanya sehingga
dikategorikan sebagai semi-determinate atau
semi-indeterminate. Jumlah
buku pada batang
tanaman dipengaruhi oleh
tipe tumbuh batang dan
periode panjang penyinaran
pada siang hari.
Pada kondisi normal, jumlah
buku berkisar 15-30
buah. Jumlah buku
batang indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan batang
determinate.
3. Daun
Tanaman kedelai
mempunyai dua bentuk
daun yang dominan,
yaitu stadia kotiledon yang
tumbuh saat tanaman
masih berbentuk kecambah dengan dua
helai daun tunggal
dan daun bertangkai
tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa pertumbuhan.
Umumnya, bentuk daun
kedelai ada dua,
yaitu bulat (oval)
dan lancip (lanceolate). Kedua
bentuk daun tersebut
dipengaruhi oleh faktor
genetik. Bentuk daun diperkirakan
mempunyai korelasi yang
sangat erat dengan potensi produksi
biji. Umumnya, daerah
yang mempunyai tingkat kesuburan tanah
tinggi sangat cocok
untuk varietas kedelai
yang mempunyai bentuk daun
lebar. Daun mempunyai
stomata, berjumlah antara 190-320
buah/m Umumnya, daun mempunyai
bulu dengan warna
cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang
bulu bisa mencapai
1 mm dan
lebar 0,0025 mm. Kepadatan
bulu bervariasi, tergantung
varietas, tetapi biasanya
antara 3-20 buah/mm. Jumlah bulu
pada varietas berbulu lebat, dapat mencapai 3-4
kali lipat dari
varietas yang berbulu
normal. Contoh varietas
yang berbulu lebat yaitu
IAC 100, sedangkan
varietas yang berbulu
jarang yaitu Wilis, Dieng,
Anjasmoro, dan Mahameru. Lebat-tipisnya
bulu pada daun
kedelai berkait dengan
tingkat toleransi varietas kedelai
terhadap serangan jenis
hama tertentu. Hama
penggerek polong ternyata sangat
jarang menyerang varietas
kedelai yang berbulu lebat. Oleh
karena itu, para
peneliti pemulia tanaman
kedelai cenderung menekankan pada
pembentukan varietas yang tahan hama
harus mempunyai bulu di daun, polong, maupun batang tanaman kedelai.
4. Bunga
Tanaman kacang-kacangan, termasuk
tanaman kedelai, mempunyai dua
stadia tumbuh, yaitu
stadia vegetatif dan
stadia reproduktif. Stadia vegetatif mulai
dari tanaman berkecambah
sampai saat berbunga, sedangkan stadia
reproduktif mulai dari
pembentukan bunga sampai pemasakan biji.
Tanaman kedelai di
Indonesia yang mempunyai
panjang hari rata-rata sekitar
12 jam dan
suhu udara yang
tinggi (>30° C), sebagian
besar mulai berbunga
pada umur antara
5-7 minggu. Tanaman kedelai termasuk
peka terhadap perbedaan
panjang hari, khususnya
saat pembentukan bunga. Bunga
kedelai menyerupai kupu-kupu. Tangkai
bunga umumnya tumbuh
dari ketiak tangkai
daun yang diberi nama
rasim. Jumlah bunga
pada setiap ketiak
tangkai daun sangat beragam, antara
2-25 bunga, tergantung
kondisi lingkungan tumbuh
dan varietas kedelai. Bunga
pertama yang terbentuk umumnya
pada buku kelima, keenam, atau
pada buku yang lebih tinggi.
5. Polong dan biji
Polong kedelai
pertama kali terbentuk
sekitar 7-10 hari
setelah munculnya bunga pertama.
Panjang polong muda
sekitar 1 cm.
Jumlah polong yang terbentuk
pada setiap ketiak
tangkai daun sangat
beragam, antara 1-10 buah
dalam setiap kelompok.
Pada setiap tanaman,
jumlah polong dapat mencapai
lebih dari 50,
bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong
dan pembesaran biji
akan semakin cepat
setelah proses pembentukan bunga
berhenti. Ukuran dan
bentuk polong menjadi maksimal pada
saat awal periode
pemasakan biji. Hal
ini kemudian diikuti oleh
erubahan warna polong,
dari hijau menjadi
kuning kecoklatan pada saat masak. Biji kedelai
terbagi menjadi dua
bagian utama, yaitu
kulit biji dan
janin (embrio). Pada kulit
biji terdapat bagian
yang disebut pusar
(hilum) yang berwarna coklat,
hitam, atau putih.
Pada ujung hilum
terdapat mikrofil, berupa lubang
kecil yang terbentuk
pada saat proses
pembentukan biji. Warna
kulit biji bervariasi,
mulai dari kuning,
hijau, coklat, hitam,
atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut. Biji kedelai
tidak mengalami masa
dormansi sehingga setelah
proses pembijian selesai, biji
kedelai dapat langsung
ditanam. Namun demikian, biji tersebut harus mempunyai kadar
air berkisar 12-13%.
6. Bintil akar dan Fiksasi Nitrogen
Tanaman kedelai
dapat mengikat nitrogen
(N2) di atmosfer
melalui aktivitas bekteri pengikat
nitrogen, yaitu Rhizobium
japonicum. Bakteri ini terbentuk
di dalam akar
tanaman yang diberi
nama nodul atau
bintil akar. Keberadaan Rhizobium
japonicum di dalam
tanah memang sudah
ada karena tanah tersebut
ditanami kedelai atau
memang sengaja ditambahkan ke
dalam tanah. Nodul
atau bintil akar
tanaman kedelai umumnya dapat
mengikat nitrogen dari
udara pada umur
10 – 12
hari setelah tanam, tergantung kondisi lingkungan tanah dan suhu.
Kelembaban tanah yang
cukup dan suhu
tanah sekitar 25° C
sangat mendukung pertumbuhan bintil
akar tersebut. Perbedaan
warna hijau daun pada
awal pertumbuhan (10
– 15 hst)
merupakan indikasi efektivitas Rhizobium japonicum. Pada saat
itu, terjadi infeksi
pada akar rambut
yang merupakan titik awal
dari proses pembentukan bintil akar. Oleh karena itu, semakin banyak
volume akar yang
terbentuk, semakin besar
pula kemungkinan jumlah bintil akar atau nodul yang terjadi.
Tanaman kedelai
dapat tumbuh di
berbagai agroekosistem dengan jenis
tanah, kesuburan tanah,
iklim, dan pola
tanam yang berbeda sehingga kendala
satu agroekosistem akan
berbeda dengan agroekosistem yang
lain. Hal ini
akan mengindikasikan adanya
spesifikasi cara bertanam kedelai.
Oleh karena itu,
langkah-langkah utama yang harus
diperhatikan dalam bertanam
kedelai yaitu pemilihan
benih, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan.
1) Pemilihan Benih
Kualitas benih
sangat menentukan keberhasilan
usaha tani kedelai. Pada
penanaman kedelai, biji
atau benih ditanam
secara langsung, sehingga apabila
kemampuan tumbuhnya rendah,
jumlah populasi persatuan
luas akan berkurang.
Di samping itu,
kedelai tidak dapat membentuk anakan
sehingga apabila benih
tidak tumbuh, tidak
dapatditutup oleh tanaman
yang ada. Oleh
karena itu, agar
dapat memberikan hasil yang
memuaskan, harus dipilih
varietas kedelai yang
sesuai dengan kebutuhan, mampu
beradaptasi dengan kondisi
lapang, dan memenuhi standar mutu
benih yang baik.
Hal-hal
yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan varietas
yaitu umur panen,
ukuran dan warna
biji, serta tingkat adaptasi terhadap lingkungan tumbuh
yang tinggi. Umur panen, varietas yang akan
ditanam harus mempunyai
umur panen yang cocok
dalam pola tanam
pada agroekosistem yang
ada. Hal ini menjadi
penting untuk menghindari
terjadinya pergeseran waktu tanam setelah kedelai dipanen. Ukuran
dan warna biji, varietas yang ditanam
harus sesuai dengan permintaan pasar
di daerah sekitar
sehingga setelah panen
tidak sulit dalam menjual hasilnya. Bersifat aditif, untuk daerah sentra
pertanaman tertentu, misalnya
di tanah masam, hendaknya
memilih varietas kedelai
unggul yang mempunyai tingkat
adaptasi tinggi terhadap tanah masam sehingga akan diperoleh
hasil optimal, contohnya
varietas Tanggamus.
2) Persiapan Lahan
Tanaman kedelai
biasanya ditanam pada
tanah kering (tegalan)
atau tanah persawahan. Pengolahan
tanah bagi pertanaman
kedelai di lahan kering
sebaiknya dilakukan pada
akhir musim kemarau,
sedangkan pada lahan sawah,
umumnya dilakukan pada musim kemarau. Persiapan
lahan penanaman kedelai
di areal persawahan
dapat dilakukan secara sederhana.
Mula-mula jerami padi
yang tersisa dibersihkan, kemudian
dikumpulkan, dan dibiarkan
mengering. Selanjutnya, dibuat petak-petak
penanaman dengan lebar
3 m- 10 m, yang
panjangnya disesuaikan dengan
kondisi lahan. Diantara
petak penanaman dibuat saluran
drainase selebar 25 cm -
30 cm, dengan kedalaman 30
cm. Setelah didiamkan
selama 7-10 hari,
tanah siap ditanami.
Jika
areal penanaman kedelai
yang digunakan berupa
lahan kering atau tegalan,
sebaiknya dilakukan pengolahan
tanah terlebih dahulu. Tanah
dicangkul atau dibajak
sedalam 15 cm
– 20 cm.
Di sekeliling lahan dibuat
parit selebar 40 cm dengan
kedalaman 30 cm.
Selanjutnya, dibuat
petakan-petakan dengan panjang
antara 10 cm
– 15 cm,
lebar antara 3 cm
– 10 cm,
dan tinggi 20
cm – 30 cm. Antara
petakan yang satu
dengan yang lain (kanan
dan kiri) dibuat
parit selebar dan
sedalam 25 cm.
Antara petakan satu dengan
petakan di belakangnya
dibuat parit selebar
30 cm dengan kedalaman 25 cm.
Selanjutnya, lahan siap ditanami benih.
3) Penanaman
Cara tanam
yang terbaik untuk
memperoleh produktivitas tinggi
yaitu dengan membuat lubang
tanam memakai tugal dengan
kedalaman antara 1,5– 2
cm. Setiap lubang
tanam diisi sebanyak
3 – 4
biji dan diupayakan 2
biji yang bisa
tumbuh. Observasi di
lapangan dijumpai bahwa
setiap lubang tanam diisi
5 biji, bahkan
ada yang sampai
7 – 9
biji sehingga terjadi pemborosan
benih yang cukup
banyak. Di sisi
lain, pertumbuhan tanaman mengalami
etiolisasisehingga dapat mengakibatkan
tanaman menjadi mudah roboh.
Kebutuhan benih yang
optimal dengan daya tumbuh
lebih dari 90%
yaitu 50 –
60 kg/ha. Penanaman
ini dilakukan dengan jarak
tanam 40 cm
x 10 –
15 cm. Pada
lahan subur, jarak
dalam barisan dapat diperjarang
menjadi 15 –
20 cm. Populasi
tanaman yang optimal berkisar
400.000 – 500.000 tanaman per hektar. Penempatan arah
tanam di daerah
tropik tidak menunjukkan perbedaan antara
ditanam arah timur-barat
dengan utara-selatan. Hal yang terpenting yaitu arah tanam harus
sejajar dengan arah saluran irigasi atau
pematusan sehingga air tidak menggenang dalam petakan.
4) Pemeliharaan
Untuk mengurangi
penguapan tanah pada
lahan, dapat digunakan mulsa berupa
jerami kering. Mulsa
ditebarkan di antara
barisan tempat penanaman benih
dengan ketebalan antara 3 cm – 5 cm. Satu
minggu setelah penanaman,
dilakukan kegiatan penyulaman. Penyulaman bertujuan
untuk mengganti benih
kedelai yang mati
atau tidak tumbuh. Keterlambatan
penyulaman akan mengakibatkan
tingkat pertumbuhan tanaman yang jauh berbeda. Tanaman kedelai
sangat memerlukan air
saat perkecambahan (0
– 5
hari
setelah tanam), stadium
awal vegetatif (15
– 20 hari),
masa pembungaan dan pembentukan
biji (35 –
65 hari). Pengairan
sebaiknya dilakukan pada pagi
atau sore hari.
Pengairan dilakukan dengan menggenangi saluran
drainase selama 15 –
30 menit. Kelebihan
air dibuang melalui saluran
pembuangan. Jangan sampai
terjadi tanah terlalu becek atau bahkan kekeringan. Pada saat
tanaman berumur 20 – 30
hari setelah tanam,
dilakukan kegiatan
penyiangan. Penyiangan pertama
dilakukan bersamaan dengan
kegiatan pemupukan susulan.
Penyiangan kedua dilakukan
setelah tanaman kedelai selesai
berbunga. Penyiangan dilakukan
dengan mencabut gulma yang
tumbuh menggunakan tangan
atau kored.
Selain itu, dilakukan
pula penggemburan tanah. Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak
merusak perakaran tanaman. Pemberian
pupuk susulan dilakukan
saat tanaman berumur
20 – 30 hari
setelah tanam. Pemberian
pupuk susulan hanya
dilakukan pada tanah yang
kurang subur saja.
Pupuk yang digunakan
berupa Urea sebanyak 50
kg/ha. Pupuk diberikan
dalam larikan di
antara barisan tanamn kedelai,
selanjutnya ditutup dengan
tanah. Bagi kedelai
Jepang, pupuk susulan yang
digunakan adalah Urea,
TSP, dan KCl
masing-masing sebanyak 200 kg/ha.
5)
Panen
Panen kedelai
dilakukan apabila sebagian
besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan
hama atau penyakit, lalu gugur, buah
mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau
polong sudah kelihatan
tua, batang berwarna
kuning agak coklat dan
gundul. Panen yang
terlambat akan merugikan,
karena banyak buah yang
sudah tua dan
kering, sehingga kulit
polong retak-retak atau pecah
dan biji lepas
berhamburan. Disamping itu, buah akan
gugur akibat tangkai buah
mengering dan lepas dari cabangnya. Perlu diperhatikan
umur kedelai yang
akan dipanen Perlu diperhatikan, kedelai
yang akan digunakan
sebagai bahan konsumsi dipetik pada
usia 75-100 hari,
sedangkan untuk dijadikan
benih dipetik pada umur
100-110 hari, agar
kemasakan biji betul-betul
sempurna dan merata.
Untuk tahap pemupukan
pada tanaman kedelai, para ahli dan peneliti sendiri masih berbeda pendapat
tentang pemberian pupuk nitrogen terhadap
tanaman kedelai. Ada yang berpendapat
perlu diberikan ada juga yang sebaliknya
tidak perlu. Namun demikian pemupukan nitrogen tergantung kepada ketersediaan nitrogen itu sendiri. Apabila
tanaman memperlihatkan gejala kekurangan, maka perlu diberikan. Rhizobium
adalah bakteri penambat N simbiotik yang dapat
mencukupi hampir seluruh kebutuhan N tanaman kedelai (Shutsrirung et al. 2002). Akan tetapi perlu diketahui untuk
terbentuknya bintil akar diperlukan
nitrogen secukupnya sebagai stater. Menurut Tim Balai Penelitian Tanah Bogor,
pupuk N untuk tanaman kedelai pada tegalan, diperlukan 25 kg urea/ha sebagai
starter pertumbuhan. Kebutuhan N tanaman bisa dipenuhi dari hasil fiksasi N
dari udara oleh bakteri Rhizobium. Untuk meyakinkan proses tersebut terjadi
dengan baik, diperlukan inokulasi Rhizobium dengan dosis 200 g untuk 40 kg
benih. Produk inokulum yang baik adalah inokulum yang juga mengandung bakteri
pelarut fosfat, kalium dan hormon pertumbuhan, selain bakteri pengikat N udara. Pemakaian inokulum yang baik dapat menekan
100% kebutuhan N dan 50% kebutuhan pupuk P dan K.
Setelah
dilakukan pengamatan selama 5 minggu maka dapat diperoleh data respon
pertumbuhan tanaman kedelai berbagai perlakuan pemupukan Urea, SP-36, KCl dan Bahan
Organik. Ternyata dari hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa banyak kedelai
yang tidak tumbuh atau telah tumbuh kemudian mati dalam perkembangannya. Hanya
terdapat beberapa kedelai yang dapat tumbuh dengan normal. Faktor utama yang
menjadikan banyak benih tidak tumbuh dan kematian adalah cuaca ekstrim pada
masa awal perkecambahan. Air merupakan
senyawa yang sangat penting bagi tumbuhan. Fungsi air antara lain sebagai media
reaksi enzimatis, berperan dalam foto sintesis, menjaga turgiditas sel dan kelembapan.
Namun apabila, volume air terlalu besar justru menyebabkan cekaman genangan.
Cekaman atau stress yang disebabkan genangan air akan menurunkan pertukaran gas antara tanah dan udara yang
mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi akar, menghambat
pasokan O2 bagi akar dan mikroorganisme (mendorong udara keluar dari
pori tanah maupun menghambat laju difusi).
Pada
dasarnya genangan
mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Struktur tanah
akan rusak, daya
rekat agregat lemah, penurunan potensial redoks, peningkatan pH tanah masam,
penurunan pH tanah basa, perubahan daya hantar dan kekuatan ion, perubahan
keseimbangan hara. Kemudian cekaman akan terjadi pada
tanaman kedelai, terbukti banyak benih tiak tumbuh dan tanaman yang tergenang menunjukkan gejala klorosis
pada daun kedelai gejala kahat N. Kekahatan N terjadi karena penurunan ketersediaan N
maupun penurunan penyerapannya. Selain menurunkan unsur hara,
genangan air menyebabkan banyak virus dan patogen yang menyerang tanaman
kedelai. Akibatnya pangkal-pangkal kedelai banyak ditemukan membusuk dan rebah
akibat serangan patogen. Oleh karena itu banyak tanaman-tanaman kedelai yang
tidak dapat tumbuh maksimal bahkan mati dalam perkembangannnya. Solusi dan
harapan agar praktikum kedepannya lebih mendapatkan data yang valid adalah,
menanam tanaman kedelai pada kondisi yang stabil dan aman yaitu bertempat di
green house. Berikut adalah berbagai perlakuan formulasi pemupukan Urea, SP-36,
KCl dan Bahan Organik
Perlakuan 1 = Urea 10 Kg/Ha, SP-36
75 Kg/Ha, KCl 50 Kg/Ha, Bahan Organik 1,5 (%) ...........(Kelompok 1 dan 4)
Perlakuan 2 = Urea 50 Kg/Ha, SP-36 75 Kg/Ha, KCl50 Kg/Ha
(Kelompok 2 & 5)
Perlakuan 3 = Urea 100
Kg/Ha, SP-36 75 Kg/Ha, KCl 50 Kg/Ha (Kelompok 3
dan 6).
Selama kurun waktu 5 minggu maka dapat diperoleh
grafik rata-rata tinggi tanaman, grafik rerata jumlah daun dan grafik rerata
jarak antar ruas. Berikut akan diterangkan satu-persatu dan pembahasaan dari
masing-masing grafik.
Grafik 1. Grafik rata-rata tinggi tanaman kedelai
Berdasarkan data
tersebut dapat diketahui bahwa tinggi tanaman antar perlakuan tidak menunjukkan
perbedaan yang jauh. Ketiga perlakuan hanya menunjukkan sedikit perbedaan,
sehingga garis-garis grafik terlihat sama dan saling berdekatan. Pada minggu
pertama perlakuan 1 tinggi tanaman hanya 3,6 cm, bibit tersebut kemudian tumbuh
hingga 8,4 cm pada minggu ke-2, 11,7 cm
pada minggu ke-3, 10,7 cm pada minggu
ke-4 dan 12,8 cm pada akhir perlakuan yaitu minggu ke-5. Pada garis grafik
kelompok 1 dapat terlihat adanya fluktuasi tinggi tanaman. Hal tersebut
menunjukkan adanya pengaruh faktor lingkungan (serangan hama, cekaman genangan
air dll ) pada minggu ke-4 yang menyebabkan tinggi tanaman turun. Diantara
tanaman yang telah hidup ternyata pada minggu ke-2 dan ke-3 banyak yang mati
oleh cekaman lingkungan. Cuaca ekstrim dan suhu yang tidak stabil menyebabkan
kedelai tidak dapat tumbuh dengan optimal.
Grafik 2. Grafik rata-rata jumlah daun
Berdasarkan
data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah daun tanaman kedelai tiap perlakuan
mengalami peningkatan. Namun antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang
jauh. Ketiga perlakuan hanya menunjukkan sedikit perbedaan, sehingga
garis-garis grafik perlakuan 2 dan 3 saling berdekatan. Perlakuan terbaik diperoleh
oleh perlakuan 3 (kelompok 3 dan 6) yaitu perkembangan jumlah daunnya adalah
sebagai berikut, minggu pertama ada 1 daun, minggu ke-2 terdapat 6 daun, minggu
ke 3 tumbuh 8 daun, minggu ke-4 tumbuh 13 daun dan minggu terakhir tumbuh 15
daun. Perlakuan 3 menunjukkan data terbaik, dengan 15 daun pada akhir
pengamatan. Jika dihubungkan dengan perlakuan konsentrasi pupuk, maka dapat
diketahui bahwa dosis yanag tepat untuk meningkatkan jumlah daun pada tanaman
kedelai adalah perlakuan 3 atau Urea 100
Kg/Ha, SP-3675 Kg/Ha, KCl 50 Kg/Ha. Sedangkan pemupukan dengan dosis yang
kurang tidak bisa meningkatkan pertumbuhan jumlah daun seperti yang ditunjukkan
oleh perlakuan 1 yaitu Urea 10 Kg/Ha, SP-36 75 Kg/Ha, KCl 50 Kg/Ha, Bahan
Organik 1,5 (%).
Grafik 3. Grafik rerata jarak antar ruas tanaman
kedelai
Berdasarkan data
tersebut dapat diketahui bahwa rerata jarak antar ruas selalu mengalami
perubahan baik meningkat ataupun justrun turun. Pada garis grafik perlakuan 1
dapa diketahui jarak antar ruas selalu mangalami peningkatan meskipun sedikit
dan secara bertahap. Sedangkan garis perlakuan 2 menunjukkan adanya peningkatan
jarak antar ruas yang cukup signifikan, yaitu pada minggu ke-3 menuju ke-4 dari
4,8 cm menjadi 8,5 cm. Untuk perlakuan ke-3 menunjukkan garis grafik yang fluktuatis. Terjadi peningkatan yang
signifikan pada minggu ke-2 menuju ke-3 dari 4,4 cm menjadi 7,65 cm. Namun
setelah meningkat minggu berikutnya justru turun hingga 2,37 cm dan 2,2 cm. Hal
tersebut menunjukkan terjadinya cekaman yang cukup tinggi hingga membuat
tanaman kedelai sulit tumbuh.
Selain parameter tiap
minggunya, pada akhir pengamatan juga terdapat parameter pengamatan tanaman
kedelai. Parameter tersebut diperoleh setelah akhir pengamatan dengan mencabut
kedelai dan mengamati akar tanaman kedelai. Parameter tersebut meliputi rerata
panjang akar, rerata jumlah akar dan rerata jumlah bintil akar. Pada rerata
panjang akar diketahui perlakuan 1 adalah 27,6 m , perlakuan ke-2 adalah 20,3
cm , perlakuan ke-3 adalah 13,5 cm. Data tersebut menunjukkan komposisi media
pada perlakuan 1 berpengaruh terhada jumlah akar tanaman kedelai. Pada
perlakuan kelompok 1 ditambahkan bahan organik 1,5 % , ternyata dari penambahan
tersebut langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.
Selain rerata panjang
akar, parameter yang diamati pada akhir pengamatan adalah rerata jumlah akar.
Pada parameter rerata jumlah akar dapat diketahui rerata jumlah akar perlakuan
1 adalah 6,6 akar, rerata jumlah akar perlakuan 2 adalah 10,8 akar dan rerata
jumlah akar perlakuan 3 adalah 11 akar. Perlakuan yang terbaik ditinjukkan oleh
perlakuan ke-3 yaitu perlakuan dengan dosis Urea 100 Kg/Ha, SP-3675 Kg/Ha, KCl
50 Kg/Ha (Kelompok 3 dan 6). Perlakuan ini memberi dosis yang tepat untuk
pertumbuhan jumlah akar sehingga dibandingkan data lain, perlakuan 3 menunjukkan
data jumlah akar terbanyak.
Parameter yang terakhir diamati adalah rerata jumlah
bintil akar dari kedelai setiap perlakuan. Setelah dilakukan pengamatan, maka
dapat diketahui rerata jumlah bintil pada perlakuan 1 adalah 9,5 bintil, rerata
jumlah bintil pada perlakuan 2 adalah 16,6 bintil dan rerata jumlah bintil pada
perlakuan 3 hanya 5 bintil. Berdasarkan data tersebut perlakuan ke-2 (Urea 50
Kg/Ha, SP-36 75 Kg/Ha, KCl50 Kg/Ha (Kelompok 2 dan 5)) adalah perlakuan terbaik
dengan jumlah bintil akar terbanyak yaitu 16 bintil akar. Bintil akar merupakan tonjolan kecil
di akar
(kebanyakan adalah anggota Fabaceae) yang terbentuk akibat infeksi bakteri
pengikat nitrogen yang bersimbiosis
secara mutualistik dengan tumbuhan. Kerja sama ini memungkinkan tersedianya nitrogen
bagi tumbuhan simbion, khususnya pada keadaan kurangnya ketersediaan nitrogen
larut di tanah.
Jadi semakin banyak jumlah akar dalam akar tanaman, maka kebutuhan N tanaman
akan semakin mudah tercukupi, berdasarkan dosis pemupukan yang paling baik
untuk meningkatkan jumlah bintil akar adalah Urea 50 Kg/Ha, SP-36 75 Kg/Ha,
KCl50 Kg/Ha.
BAB 5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan data hasil praktikum dan pengamatan
tersebut, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
- Perlakuan berbagai komposisi dan konsentrasi pupuk sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
- Tanaman kedelai tidak membutuhkan pemupukan N dosis tinggi.
- Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.
5.2
Saran
Saran
yang diberikan untuk perbaikan kedepannya adalah meningkatkan koordinasi dan
komunikasi antar praktikan dan asisten, karena kebrhasilan praktikum ini
membutuhkan komunikasi yang lancar antar sesama
praktikan dan dengan para asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Darsono. 2009. Analisis Dampak Pengenalan Tarif Impor Kedelai Bagi
Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal llmu-ilmu Pertanian. Vol. 5(1):1-8.
Harahap, Idham
S. 1999. Seri PHT Hama Palawija. Jakarta : Penebar Swadaya.
Idrisa, dkk. 2010. Influence Of Farmers’ Socio-Economic And Technological
Characteristics On Soybean Seeds Technology Adoption In Southern Borno State,
Nigeria. Journal of Agro-Science.Vol.9(3):209-214.
Istiyastuti
dan Triyono Yanuarso. 1996. Berbudi Daya Aneka Tanaman Pangan. Bandung Trigenda
Karya.
Kastono,
Dody. 2008. Tanggapan Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Hitam Terhaap Penggunaan
Pupuk Organik dan Biopestisida Gulma Siam (Chromolaena odorata). Jurnal Ilmu
Pertanian. Vol.12(2):103-106.
Linga,
P. 1992. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar Swadaya.
Okpara, dkk.
2007. Influence Of Liming On The
Performance Of High-Yielding Soybean Varieties In Southeastern Nigeria. Jurnal
Agro-Science. Vol.6(2):115-123.
Syawal,Yernelis. 2007. Efek Mulsa Alang-Alang, Pupuk dan Pengolahan
Tanah pada Tanaman Kedelai dan Gulma. Jurnal Agrivigor. Vol.6(2): 16l-168.
Tjahjadi,
Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman.
Yogyakarta : Kanisius.
Tombe,
Mesak. dan Hendra S. 2010. Bertani Orgnik dengan Teknologi BioFOB. Yogyakarta :
Lily Publisher.
Umeh, dkk. 2010. Soybean Contribution To Nutrient
Balance In A Cassava (Manihot Esculenta Crantz) Based Cropping System.
Journal of Agro-Science. Vol.9(3):147-153.
No Response to "TEKNIK PRODUKSI TANAMAN KEDELAI"
Posting Komentar