UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS
PERTANIAN
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA : BAYU GUSTI SAPUTRA
NIM : 111510501152
GOLONGAN/KELOMPOK : SENIN/3
ANGGOTA : 1. SITI NURHIDAYATI 111510501023
2. BUDI REZQY N 111510501128
3. FAISHAL IRFANDI 111510501147
4. DWI HARTATIK 111510501150 5. ANGGI RAHAYU W 111510501153
6. YULI ARISTA 111510501154
JUDUL ACARA
: HAMBATAN
PERKECAMBAHAN BENIH AKIBAT DORMANSI DAN UPAYA PEMECAHANNYA
TANGGAL PRAKTIKUM : 26 MARET 2012
TANGGAL PENYERAHAN :
ASISTEN : 1. DEDY
EKO S
2. FRENGKY HERMAWAN
3. MEIDA WULANDARI
4. NOVITA FRIDA SAFATA
5.
HAIKAL WAHONO
6.
IFTITAH FIKA F
7.
AHMAD NUR H G A
8. AHMAD
TAUFIQUL H
9.
DIYAH AYU S
10. FIKA
AYU S
11. HERLINA
PUTRI
12. RAAF LUQMAN SYAH
13. KIKI ULFANIAH
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Benih merupakan bahan tanam sangat diperlukan untuk
mendapatkan hasil panen yang tinggi. Bahan tanam merupakan suatu awal
keberhasilan suatu proses produksi. Tidak ada gunanya kita memupuk, menyiangi
dan menyiram apabila bahan tanamannya tidak bermutu dan bisa diperkirakan
tidak akan dapat diperoleh hasil panen yang maksimum. Benih yang berkualitas
adalah yang mempunyai sifat-sifat antara lain tingkat kemurnian genetik dan
fisik yang tinggi, sehat dan kadar air aman dalam penyimpanan.Usaha memperbanyak tanaman dengan benih atau biji
sering mengalami banyak hambatan, walaupun benih dikecambahkan pada kondisi
lingkungan yang sesuai. Benih tersebut sebenarnya hidup karena dapat dipacu
untuk berkecambah dengan berbagai perlakuan-perlakuan khusus. Benih tersebut
dikatakan mengalami dormansi, pengertian dormansi adalah keadaan dimana benih
hidup, tapi gagal untuk berkecambah dalam keadaan lingkungan (kelembaban, suhu,
cahaya) yang sesuai untuk pertumbuhannya.
Benih
dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi
persyaratan bagi suatu perkecambahan, Dormansi pada benih dapat berlangsung
selama beberapa hari, semusim bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada
jenis tanaman dan dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih
belum melalui masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus
terhadap benih tersebut.
Dormansi
dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih dalam
mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik
musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi. Sehingga secara tidak
langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari kemusnahan alam. Dormansi pada
benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji ataupun keadaan fisiologis
dari embrio atau kombinasi dari kedua kedaan tersebut. Sebagai contoh kulit
biji yang impermeabel terhadap air dan gas sering dijumpai pada benih-benih
dari famili Leguminosae.
Faktor-faktor
yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat bervariasi tergantung
pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara lain yaitu: karena
temperatur yang sangat rendah di musim dingin, perubahan temperatur yang silih
berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan untuk menghasilkan zat-zat
penghambat perkecambahan, adanya kegiatan dari mikroorganisme. Tipe-tipe
dormansi antara lain Dormansi fisik yang disebabkan oleh impermiabilitas kulit biji
terhadap air, resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio,
permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas. Dormansi fisiologis
yang disebabkan oleh immaturity embrio, after ripening, dormansi sekunder,
dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio.
Perendaman benih dalam air adalah cara sederhana yang sering digunakan
untuk menghilangkan senyawa penghambat perkecambahan benih. Selain itu terdapat
bahan kimia yang telah lama dikenal dan sering digunakan mematahkan dormansi,
bahan kimia tersebut adalah Kalium Nitrat (KNO3). Bahan kimia ini
dapat meningkatkan hormon giberellin dalam perkecambahan benih, sedangkan
hormon giberellin berpenting dalam mempercepat berkembangnya sel pada
perkecambahan benih tanaman.
Secara garis besar dormansi benih
dapat disebabkan oleh adanya beberapa hambatan dari fisiologis benih tersebut
maupun dari lingkungan tumbuh benih atau faktor eksternal. Selain itu dormansi
benih juga dapat disebabkan oleh adanya gabungan dari kedua faktor penyebab
tersebut. Oleh karena itu, akan dibahas mengenai hambatan perkecambahan benih
dan cara untuk mematahkan dormansi.
1.2 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui dan mempelajari hambatan perkecambahan benih akibat dormansi
fisiologis pada benih.
2.
Untuk
mengetahui dan membandingkan beberapa cara pematahan dormansi.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan benih tidak terjadi
walaupun kondisi lingkungan mendukung terjadinya perkecambahan. Dormansi benih
menjadi suatu problema yang sangat penting ditinjau dari segi ekonomi, karena
benih menjadi dorman sewaktu panen, sehingga masalah yang sering dihadapi
petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut.
Salah satu cara mengatasi masalah dormansi pada benih padi adalh dngan
merendamnya didalam larutan KNO3. Dengan adanya perendaman tersebut
dapat meningkatkan masuknya zat yang berguna dan sekaligus menghilangkan masa
dormansi (Anwar, 2009).
Perlakuan KNO3 dilaporkan mampu menstimulasi perkecambahan benih
pepaya. Perkecambahan terbaik diperoleh pada perlakuan perendaman benih dengan
KNO3 1M. Pada penelitian in, uji kontras ortoganal pada a=5%
menunjukkan bahwa secara umum perlakuan perkecambahan dengan KNO3
mampu meningkatkan vigor berbeda nyata terhadap kecepatan perkecambahan. Namun
demikian, pada percobaan ni pemberian KNO3 dengan berbagai metode
sebagai perlakuan pra-perkecambahan belum cukup untuk mematahkan dormansi pada
benih ber-sarcosteta (Sari,2005).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa
perbedaan umur panen sangat menentukan besarnya daya kecambah benih, baik pada
kultivar Sinta Nur, IR-64 maupun Ciherang. Untuk memperoleh daya kecambah benih
yang tinggi pada kultivar Sinta Nur dan Ciherang, perlu dilakukan pemanenan
pada umur 110 hss sampai 115 hss, sedangkan pada kultivar IR-64 waktu pemanenan
dilakukan pada umur 105 hss (Suciaty,2003).
Padi dibudidayakan dengan tujuan
mendapat hasil yang setinggi-tingginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka, tanaman yang akan ditanam
harus sehat dan subur. Benih tanaman padi yang akan digunakan harus dalam kondisi
pertumbuhan dan perkembangannya tidak terhambat, entah oleh kondisi biji atau
kondisi lingkungan (Anwar, 2009).
Dormansi benih dapat
disebabkan antara lainya adanya impermeabilitas kulit benih terhadap air dan
gas (oksigen),embrio yang belum tumbuh secara sempurna,hambatan mekanis kulit
benih terhadap pertumbuhan embrio, belum terbentuknya zat pengatur tumbuh atau
karena ketidakseimbangan antara zat penghambat dengan zat pengatur tumbuh di
dalam embrio (Villlers,1972). Berbagai hasil penelitian memberikan indikasi
kuat bahwa dormansi benih aren dapat dipatahkan bila diberi perlakuan fisik dan
kimia (Saleh, 2002b, dan Saleh, 2003a). Hal yang sama juga dapat dilihat pada
benih yang diberi perlakuan skarifikasi dengan kertas amplas yang daya
berkecambahnya 46,95%, sedangkan
kontrol hanya 31,60%. Perlakuan
ini memungkinkan air masuk kedalam benih untuk memulai berlang-sungnya proses
perkecambahan benih. Sutopo (2002) menjelaskan bahwa tahap pertama suatu
perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air, melunaknya kulit
benih dan hidrasi dari protoplasma (Saleh,2004).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perendaman berpengaruh
terhadap bibit normal dan jumlah daunnya. Hal itu menunjukkan bahwa lamanya
perendaman menyebabkan proses imbibisi berlangsung dengan baik sehingga benih
dapat bernafas atau mengalami respirasi lebih cepat. Peningkatan respirasi akan
mempercepat proses perkecambahan sehingga pematahan dormansi akan lebih cepat
pula (Anwar, 2009).
Dormansi
pada benih menggambarkan keadaan benih yang sudah masak secara fisiologis dan
hidup, tetapi gagal berkecambah dalam kondisi optimum (Seshu, 1986). Dormansi
pada benih padi merupakan mekanisme untuk melindungi gabah berkecambah pada
saat masih di lapang dalam kondisi basah. Dormansi pada benih padi, selain
dipengaruhi oleh sifat genetik tanaman, juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan
seperti kadar air, suplai O2, suhu, cahaya, asam giberelik (GA) dan etilen.
Perbedaan genetik dan faktor lingkungan tersebut akan menyebabkan perbedaan dormansi,
intensitas dan perisistensi dormansi. (Suciaty,2003).
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsentrasi KNO3 berpengaruh terhadap bibit normal
dan tidak berpengaruh terhadap tinggi bibit dan jumlah daun . Hal ini
disebabkan karena senwa kimia yang ada akan membantu mempercepat pemecahan
kulit yang bersifat impermiabel sehingga masa dormansi dapat dipercepat.
Menurut Soejadi dan Nugraha (2001) konsentrasi KNO3 sebesar 3% akan
mematahkan dormansi benih dan meningkatkan daya kecambah benih (Anwar, 2009).
Perkecambahan benih selain dipengaruhi oleh ukuran
benih dan masa dormansi juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan benih. Benih
yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai
viabilitas tinggi, hal ini diduga benih belum memiliki cadangan makanan yang
cukup dan juga pembentukan embrio belum sempurna (Suciaty,2003).
Jika pada kadar air yang tinggi, respirasi benih
berjalan lebih cepat dan selama proses respirasi dihasilkan panas yang akan
meningkatkan temperatur benih, sehingga benih akan cepat mengalami penurunan
baik virgor maupun vialibilitasnya. Di samping itu pada kadar air di atas 19%
jamur akan segera tumbuh dan merusak benih, sehingga akan menyebabkan
persentase discoloured seed yang tinggi, sehingga akan menurunkan mutu benih.
Selanjutnya Hendarto Kuswanto (2003), menyatakan bahwa penurunan kadar air
benih bertujuan untuk menekan laju respirasi benih. Semakin rendah kadar air
benih, laju respirasi akan semakin rendah, dengan laju respirasi yang rendah akan
menyebabkan laju deteriorasi lambat, sehingga benih dapat disimpan lebih lama (Kuswanto,2003).
Selama penyimpanan
benih-benih dalam keadaan dormansi (tidur) dan pelu dilakukan perlakuan sebelum
di kecambahkan. Benih dikatakan dormansi apabila benih itu sebenarnya hidup
(viable) tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan
yang memenuhi syarat bagi perkecambahan dan periode dormansi ini dapat
berlangsung semusim atau tahunan tergantung pada tipe dormansinya. Ada beberapa
tipe dari dormansi dan kadang-kadang lebih dari satu tipe terjadi didalam benih
yang sama. Di alam, dormansi dipatahkan secara perlahan-lahan atau disuatu
kejadian lingkungan yang khas. Tipe dari kejadian lingkungan yang dapat
mematahkan dormansi tergantung pada tipe dormansi (Suparyono,1993).
Perlakuan kimia dengan
bahan-bahan kimia sering dilakukan untuk memecahkandormansi pada benih. Tujuan
utamanya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada
waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dengan konsentrasi
pekat membuat kulit biji menjadi lunak sehingga dapat dilalui air dengan mudah.
Larutan asam untuk perlakuan ini adalah asam sulfat pekat (H2SO4) asam ini
menyebabkan kerusakan pada kulit biji dan dapat diterapkan pada legum maupun
non legume (Coppeland, 1980). Tetapi metode ini tidak sesuai untuk benih yang
mudah sekali menjadi permeable, karena asam akan merusak embrio. Lamanya
perlakuan larutan asam harus
memperhatikan 2 hal, yaitu:
1). kulit biji atau pericarp yang
dapat diretakkan untuk memungkinkan imbibisi
2). larutan asam tidak mengenai
embrio (Coppelad, 1980).
BAB
3. METODOLOGI
3.1
Tempat dan Waktu
Praktikum pembiakan tanama 1 dengan judul acara Hambatan Perkecambahan Benih Akibat Dormansi dan Upaya
Pemecahannya dilaksanakan pada hari Senin jam 14:00 WIB tanggal 26 Maret 2012
bertempat di Laboratorium Produksi
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1
Bahan
1. Benih padi yang baru dipanen
2. Benih padi yang lebih 10 minggu setelah dipanen
3. Larutan KNO3 3% atau H2O2
0,5%
4. Kertas Merang
3.2.2
Alat
1. Alat pengecambah
2. Pinset
3. Inkobator
4. Gelas ukur
5. Gelas piala
3.3 Cara
Kerja
1.
Mempersiapkan benih padi yang baru
dipanen (dormansi) dan lebih 10 minggu setelah dipanen (diduga tanpa dormansi),
kemudian pilih benih-benih yang bernas.
2. Membuat larutan KNO3 3% atau H2O2
0,5 % dengan cara pengenceran.
3. Mematahkan dormansi benih dengan perlakuan
a) Benih tanpa perlakuan (kontrol)
b) Benih direndam dalam air selama 24 jam
c) Benih dikeringkan dahulu di dalam inkobator
bersuhu 40°C selama 3-5 hari
d) Benih ditanam diatas substrat kertas merang yang
telah dilembabkan dengan KNO3 3% atau H2O2 0,5
%.
4. Menanam enih yang telah mendapat perlakuan di
atas dengan metode UKDdp dengan cara :
a) Menghamparkan selembar plastik transparan tipis
ukuran 20 x 30 cm
b) Menyiapkan 3-4 lembar kertas merang lembab ukuran
20 x 30 cm dan letakkan terhampar di atas lembar plastik tadi.
c) Menananam 25-50 butir benih pada padi diatas
substrat dengan cara menyusun secara baris dalam bentuk berselangseling (gigi
walang).
d) Menutup substrat yang telah ditanami dengan 2-3
lembar kerta lemba lainnya.
e) Mengulung substrat kertas yang telah ditutupi
(diberi label perlakuan), dan tempatkan hasil gulungan dengan posisi vertikal
dalam alat pengecambah.
5. Menjaga selalu kelembaban substrat setiap
saat.
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar,Saiful. 2009.
Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi KNO3 Terhadap Pemecahan
Dormansi dan Pertumbuhan Benih Padi (Oryza
sativa). Jurnal Ilmiah Ukhuwah.
Vol.4 (3):1-5
Coppelad, 1980. Principles of Seed Science and Technology.
Burgess Publ. Co:Minneapolis,Minnesota.
Hendrarto
Kuswanto. 2003. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyim-panan Benih.
Kanisius, Yogyakarta.
Sari.M,dkk.
2005. Pengaruh Sarcotesta dan Pengeringan Benih serta Perlakuan Pendahuluan
terhadap Viabilitas dan Dormansi Benih Pepaya (Carica papaya). Jurnal Agronomi. Vol.33 (2):23-30.
Saleh, M.S.2004.
Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagai Lama Ekstraksi Buah. Jurnal Agrosains. Vol.6 (2):79-83.
Suciaty,Tety.2003. Pengaruh Umur Panen pada
Tiga Kultivar Padi (oryza sativa l.)
Terhadap
Viabilitas Benih. Jurnal pertanian.
Vol.7 (2):5-9.
Suparyono dan Agus Setyono. 1993. Padi.
Penebar Swadaya, Jakarta
No Response to "(TP) HAMBATAN PERKECAMBAHAN BENIH AKIBAT DORMANSI DAN UPAYA PEMECAHANNYA"
Posting Komentar