LAPORAN PRAKTIKUM ETIKA
LINGKUNGAN
Disusun Oleh
Bayu
Gusti Saputra 111510501152
Kelas
: D
Komoditi
: Padi Varietas Pandan Wangi
Lokasi Lahan
: Desa Patemon Kecamatan
Pakusari
Luas Lahan
: 80m2
Nama Petani
: Bapak Sally
Tanggal wawancara : 11 Juni 2012
FAKULTAS
PERTANIAN PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS JEMBER
2012
BAB 1. TEKNIK BUDIDAYA PADI VARIETAS
PANDAN WANGI DI DESA PATEMON KECAMATAN PAKUSARI
1.1
Pengolahan Lahan
Di dalam usaha
pertanian, pengolahan lahan
dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisi yang lebih baik sampai
kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Di samping itu
pengolahan tanah bertujuan pula untuk membunuh gulma dan tanaman yang tidak
diinginkan, menempatkan seresah atau sisa-sisa
tanaman pada tempat yang sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik, meratakan tanah untuk
memudahkan pekerjaan, serta
mempersiapkan tanah untuk mempermudah dalam pengaturan air.
Menurut Bapak Sally “Kegiatan
pengolahan tanah sawah di desa
Patemon khususnya dalam budidaya padi dibedakan
menjadi dua macam, yaitu pengolahan tanah pertama atau awal dan pengolahan
tanah kedua”. Dalam
pengolahan tanah pertama, tanah dipotong kemudian diangkat terus dibalik agar
sisa-sisa tanaman yang ada dipermukaan tanah dapat terbenam di dalam tanah.
Kedalaman pemotongan dan pembalikan umumnya di atas 15 cm. Pada umumnya hasil
pengolahan tanah masih berupa bongkah-bongkah. tanah yang cukup besar, karena
pada tahap pengolahan tanah ini penggemburan tanah belum dapat dilakukan dengan
efektif. Dalam pengolahan tanah kedua, bongkah-bongkah tanah dan sisa-sisa
tanaman yang telah terpotong pada pengolahan tanah pertama akan dihancurkan
menjadi lebih halus dan sekaligus mencampurnya dengan tanah.
Pengolahan
lahan pertanian yang digunakan untuk budidaya tanaman padi di Desa Patemon,
Kecamatan Pakusari, telah
menggunakan cara modern
yaitu mengolah tanah dengan handtraktor. Hal
tersebut telah dilakukan oleh para petani sekitar mulai tahun 2000 hingga
sekarang. Menurut Bapak Sally “Pengolahan lahan dengan menggunakan handtraktor
lebih maksimal dan merata pada tiap bagian sawah, namun bagi petani yang tidak
memiliki alat tersebut hal ini menyebabkan naiknya biaya opersional dala
budidaya padi”. Berdasarkan informasi yang diperoleh, untuk menyewa traktor
petani harus mengeluarkan biaya Rp 70.000,00 setiap 100m2. Biaya
pengolahan lahan tersebut cukup memberatkan bagi petani yang memiliki luas
sawah seperti Bapak Sally, karena beliau hanya memiliki sawah dengan luas 80m2
namun harus membayar sama dengan petani yang memiliki luas sawah 100m2,
yaitu Rp 70.000,00. Hal tersebutlah yang memicu para petani di wilayah Patemon melakukan
beberapa upaya untuk mendapatkan hasil pertanian maksimal tanpa memperhatikan
keadaan lingkungan, diantaranya upaya petani tersebut adalah penyemprotan
pestisida yang berlebihan agar tanaman mereka terhindar dari OPT dan dapat
berproduksi maksimal.
1.2
Penanaman
Berdasarkan
hasil wawancara dengan Bapak Sally salah satu petani di Desa Patemon Kecamatan
Pakusari, rata-rata benih yang digunakan dalam budidaya padi di wilayah
tersebut adalah benih padi varietas Pandanwangi
dan IR 64. Berdasrkan hasil panen
dan pengalaman para petani kedua jenis varietas ini dinilai lebih baik
dibanding varietas lain. Menurut Bapak Sally “ Varietas ini mempunyai beberapa
keunggulan masing-masing, namun dalam hal pengolahan dan penanamannya hampir
memiliki perlakuan yang sama”. Berikut adalah deskripsi varietas padi varietas
padi Pandanwangi dan IR 64.
|
Varietas
Pandanwangi
|
Varietas IR 64
|
||
Bentuk
tanaman
|
Kompak
|
Tegak
|
||
Tinggi tanaman
|
85 cm
|
95-100 cm
|
||
Anakan produktif
|
15-18 batang
|
Banyak
|
||
Warna
kaki
|
Hijau
|
Hijau
|
||
Warna batang
|
Hijau
|
Hijau
|
||
Warna telinga
daun
|
Tidak berwarna
|
Hijau pucat
|
||
Warna
lidah daun
|
Tidak berwarna
|
Hijau pucat
|
||
Warna
helai daun
|
Hijau
|
Hijau
|
||
Muka
daun
|
Kasar
|
Kasar
|
||
Posisi daun
|
Tegak
|
Tegak
|
||
Daun
bendera
|
Tegak
|
Tegak
|
||
Bentuk
gabah
|
Bulat
|
Panjang,
ramping
|
||
Warna
gabah
|
Kuning mas
|
Kuning bersih
|
||
kerontokan
|
Tahan
|
Tahan
|
||
kerebahan
|
Kurang tahan
|
Tahan
|
||
tekstur
nasi
|
Pulen
|
|
||
Potensi hasil
Ketahanan OPT
|
7,4 ton GKG/ha
Rentan terhadap
hama
|
Lebih tahan
|
||
wereng, belalang,
walang sangit dan tungro
|
terhadap hama wereng coklat dan tungro
|
|||
|
|
|||
Harga
|
Rp9.000,00 /
kg
|
Rp9.000,00/kg
|
||
|
|
Sebelum benih padi ditanam maka terlebih dahulu benih padi ( gabah )
dipilih terlebih dahulu. Menurut Bapak Sally ada beberapa tahap yang digunakan
untuk memilih benih padi yang baik, diantarnya:
- Umur padi calon bibit di ambil yang betul-betul sudah matang dan tua.
- Masukkan air kedalam bak dan kemudian baru masukkan benih kedalam air tersebut.
- Beberapa diantara bibit akan mengapung, kemudian yang mengapung tersebut tidak dipakai (dibuang) dan bibit yang tenggelam saja yang diambil.
Benih hasil
seleksi tersebut kemudian siap disemaikan pada lahan sawah. Setelah umur
sekitar satu bulan maka tanaman bibit padi siap untuk di tanam. Sambil
menunggu tanaman padi yang disemai maka tanah yang akan ditanami dipacul
terlebih dahulu dengan dibuat bedengan-bedengan, serta tidak lupa diberi pupuk
kandang atau daun-daunan untuk pupuk alami. Meskipun sebelumnya telah dilakukan pengolahan tanah dengan traktor,
para petani di desa Patemon masih meratakan tanah dengan pacul serta
memperbaiki pematang sawah mereka agar dapat mempetahankan air.
Bila semuanya
sudah siap maka tanah yang akan ditanami dialiri dengan air kemudian tanahnya
dipaculi kemali agar gembur serta bila ada tanaman penggangggu dicabuti. Bibit
padi dari persemaian dicabuti dan dibersihkan akar-akarnya dari tanah yang
menempel kemudian diikat dengan tali. Tali bisa dari tutus bambu, daun kelapa
ataupun damen (tanaman padi). Bila bibit sudah siap dan lahan sudah dialiri
dengan air maka bibit padi mulai ditanam di petak-petak sawah secara mudur agar
penanam tidak menginjak bibit padi yang sudah ditanam.
Selesai
penanaman maka petak-petak sawah tanah yang sudah ditanami diusahakan terisi air
agar tanah tidak kering dan pertumbuhan tanaman padi dapat maksimal. Jarak sekitar
satu minggu diberi pupuk buatan Urea dan ZA untuk merangsang pertumbuhan padi
tersebut. Selain itu pestisida dan insektisida mulai dipersiapkan untuk
mencegah adanya OPT yang menyerang tanaman padi para petani. Menurut Bapak
Sally dalam proses penanaman, petani membutuhkan beberapa bantuan dari petani
lain. Namun untuk penanaman sendiri, petani harus menyewa jasa tanam oleh para
ibu-ibu petani dengan biaya Rp 40.000,00 untuk 2 orang dengan luas lahan sawah
yang hanya 80m2.
Dalam tahap ini
petani membutuhkan air dalam jumlah yang banyak, terkadang para petani di desa
Patemon harus saling berebutan mempertahankan air mereka, hal tersebut
diungkapkan oleh Bapak Sally. Memang dalam masa awal pertumbuhannya tanaman
padi membutuhkan suplai air yang cukup, oleh karena itu terkadang jika para
petani kekurangan air, mereka akan menyewa pompa air untuk megalirkan air dari
parit atau sungai ke sawah-sawah mereka. Tentu saja hal tersebut akan menambah
biaya operasional yang sebelumnya bersumber dari benih dan jasa tanam.
1.3 Pemupukan
Pemupukan
menurut pengertian khusus ialah pemberian bahan yang dimaksudkan untuk
menyediakan hara bagi tanaman. Umumnya pupuk diberikan dalam bentuk padat atau
cair melalui tanah dan diserap oleh akar tanaman. Namun pupuk dapat juga
diberikan lewat permukaan tanaman, terutama daun. Untuk mendapatkan hasil pemupukan
yang memuaskan, tidak hanya penting memakai dosis pupuk yang tepat saja tetapi
juga penting diketahui cara pengunaan pupuknya. Dengan berkembangnya teknologi
pertanian dan industri, telah melahirkan berbagai produk yang cara pemberiannya
lain dari biasanya.
Tujuan utama pemupukan adalah menjamin ketersediaan hara
secara optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga diperoleh
peningkatan hasil panen. Penggunaan pupuk yang efisien pada dasarnya adalah
memberikan pupuk bentuk dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, dengan
cara yang tepat dan pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman dapat menggunakan pupuk hanya pada
perakaran aktif, tetapi sukar menyerap hara dari lapisan tanah yang kering atau
mampat. Efisiensi pemupukan dapat ditaksir berdasarkan kenaikan bobot kering
atau serapan hara terhadap satuan hara yang ditambahkan dalam pupuk tersebut.
Faktor yang berpengaruh terhadap
pemupukan:
1. Tanah: kondisi fisik (kelerengan,
jeluk mempan perakaran, retensi lengas dan aerasi), kondisi kimiawi (retensi
hara tersedia, reaksi tanah, bahan organik tanah, sematan hara, status dan
imbangan hara), kondisi biologis (pathogen, gulma).
2. Tanaman: jenis, umur dan hasil panen
yang diharapkan.
3. Pupuk: sifat, mutu, ketersediaan
dan harga.
4. Iklim: temperatur, curah hujan,
panjang penyinaran dan angin.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Sally petani di Desa Patemon, Kecamatan
Pakusari lahan dengan luas 80m2 beliau menggunakan 1 kwintal pupuk
Urea dan 1 kwintal ZA dari awal penanaman hingga waktu
panen. Pemberian pupuk pertama kali diberikan pada 15 hari setelah tanam (hst).
Kemudian pemupukan kedua diberikan saat padi berumur satu bulan. Pengaplikasian
pupuk dengan cara disebar langsung pada lahan yang ditanami padi dan tidak ada cara khusus dalam
pengerjaannya. Menurut Bapak Sally petani harus bisa memperkirakan sebaran pupuknya
merata disetiap sisi sawah, agar semua tanaman tercukupi nutrisi dan haranya.
Pemupukan yang dilakukan oleh petani bertujuan untuk menyuburkan tanaman
mereka, namun berdasarkan beberapa referensi pemupukan yang berlebihan justru
berdampak buruk terhadap tanah dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu dalam
hal pemupukan perlu memperhatikan takaran atau dosis yang tepat.
1.4 Pengendalian Hama Penyakit
Pembangunan
pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil dalam
usaha pertanian untuk membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus
mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan
dan melestarikan sumberdaya alam (Reijtjes, 1992). Salah satu konsep pengendalian
hama yang memperhatikan konsep lingkungan adalah Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) yang merupakan
bagian dari pembangunan berkelanjutan. Pengertian tentang PHT adalah perpaduan
beberapa teknik pengendalian hama, dan juga dalam penerapannya. PHT timbul
karena karena manusia cenderung untuk menghabiskan makhluk-makhluk yang
dirasakan sangat merugikan (misal belalang, tikus, walang sangit, tikus dan
lain-lain) dengan menggunakan racun-racun yang membahayakan semua kehidupan
Pengendalian
terhadap hama penyakit sangat penting karena hama, penyakit tanaman dan gulma
merupakan faktor pembatas dalam usaha produksi pertanian. Agar usaha produksi
pertanian memberikan hasil yang memuaskan maka tanaman harus bebas dari
serangan hama dan penyakit. oleh sebab itu apabila hidup tanaman terganggu oleh
serangan hama dan penyakit perlu dilakukan tindakan pemberantasan, hal ini
untuk menjamin agar tidak terjadi kerusakan yang mengakibatkan kerugian.
Pemberantasan hama, penyakit tanaman dan gulma adalah usaha untuk membatasi
kerugian karena hilangnya hasil tanaman baik kualitatif maupun kuantatif di
lapangan dan setelah hasil dipungut.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan Bapak Sally salah seorang petani di desa Patemon
Pakusari, hama yang banyak menyerang tanaman padi mereka adalah walang sangit (L. oratorius
L), Keong Mas (Pomacea canaliculata),
Wereng
Coklat (Nilaparvata lugens). Apabila
hama tersebut tidak dikendalikan secara tepat maka dikhawatirkan akan
mengganggu dan mengurangi produksi padi. Berikut
adalah deskripsi dari beberapa referensi dan salah seorang petani tentang hama
yang menyerang tanaman padi mereka.
1. Hama
Keong Mas (Pomacea canaliculata)
Keong mas
merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya,
menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman. Waktu kritis untuk
mengendalikan serangan keong mas adalah pada saat 10 hst atau 21 hari setelah
sebar benih (benih basah). Bila
di sawah diketahui terdapat telur berwarna merah muda dan keong mas dengan
berbagai ukuran serta warna, perlu dilakukan pengaturan air, keong mas
menyenangi tempat-tempat yang digenangi air.
Jika petani
petani menanam dengan sistem tanam pindah maka pada 15 hari setelah tanam
pindah, perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian (flash
flood = intermitten irrigation). Bila petani menanam dengan sistem tabela
(tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah sebar benih sawah perlu
dikeringkan kemudian digenangi secara bergantian.
Keberadaan keong
mas di lapang ditandai oleh adanya telur berwarna merah-muda dan keong mas
dengan berbagai ukuran dan warna. Keong mas merupakan salah satu hama penting
yang menyerang padi muda terutama di sawah yang ditanam dengan sistem tabela.
Untuk mengatasi perkembangan hama keong mas ini secara luas perlu dilakukan
pengendalian yang tepat dan efektif, sehingga perkembangan keong mas dapat
ditekan sampai berada dibawah ambang ekonomi. Beberapa teknologi pengendalian
yang dapat dilakukan yaitu pengendalian secara mekanik, pengendalian secara
biologi dan pengendalian secara kimia.
Berdasarkan
hasil wawanara dalam mengendalikan hama keong pada
tanaman padi, narasumber mengendalikan secara kimia yaitu dengan menggunakan
hampir semua jenis pestisida, terutama yang berbahan aktif niclos amida dan
pestisida botani seperti Lerax, Decis, dan Saponine. Aplikasi pestisida
dapat dilakukan di sawah yang tergenang di caren atau di cekungan-cekungan yang
ada airnya tempat keong mas berkumpul. Bila diperlukan, aplikasi pestisida
berbahan aktif niclos amida dan moluska botani dapat dilakukan di sawah yang
tergenang, di caren atau cekungan-cekungan yang ada airnya tempat keong mas
berkumpul.
Beberapa
Keuntungan dari Pengendalian Hama Keong mas
a. Dapat menghindari kerusakan
tanaman terutama di persemaian, tanaman muda dan anakan produktif.
b. Dapat menghindari kerusakan lingkungan
akibat penggunaan pestisida yang berlebihan.
c. Dapat mengoptimalkan produksi
padi sesuai dengan daya dukung lahan.
2.
Hama Wereng Coklat (Nilaparvata lugens)
Wereng Coklat (Nilaparvata lugens) dapat menyebabkan tanaman padi mati kering dan
tampak seperti terbakar atau puso, serta dapat menularkan beberapa jenis
penyakit. Tanaman padi yang rentan terserang wereng coklat adalah tanaman padi
yang dipupuk dengan unsur N terlalu tinggi dan jarak tanam yang merupakan
kondisi yang disenangi wereng coklat. Hama wereng coklat menyerang tanaman
pada mulai dari pembibitan hingga fase masak susu. Gejala serangan adalah
terdapatnya imago wereng coklat pada tanaman dan menghisap cairan tanaman pada
pangkal batang, kemudian tanaman menjadi menguning dan mengering.
Wereng Coklat masih dianggap hama utama pada tanaman padi.
Kerusakan akibat serangan hama ini cukup luas dan hampir terjadi pada setiap
musim tanam. Secara langsung wereng coklat akan menghisap cairan sel tanaman
padi sehingga tanaman menjadi kering dan akhirnya mati
Sedangkan untuk mengendalikan hama
wereng coklat narasumber cenderung menggunaan Insektisida.
Adapun langkah yang dilakukan antara lain :
- Keringkan pertanaman padi sebelum aplikasi insektisida baik yang disemprot atau butiran.
- Aplikasi insektisida dilakukan saat air embun tidak ada, yaitu antara pukul 08.00 pagi sampai pukul 11.00, dilanjutkan sore hari. Insektisida harus sampai pada batang pagi.
- Tepat dosis dan jenis. Para petani di desa Patemon biasanya menggunakan tutup botol untuk menentukan takaran dosis pestisida dan insektisida.
3. Hama Walang Sangit (L. oratorius
L)
Walang sangit merupakan hama yang menghisap
cairan bulir pada fase masak susu. Kerusakan yang ditimbulkan walang sangit
menyebabkan beras berubah warna, mengapur serta hampa. Hal ini dikarenakan
walang sangit menghisap cairan dalam bulir padi. Fase tanaman padi yang rentan
terserang hama walang sangit adalah saat tanaman padi mulai keluar malai sampai
fase masak susu. Walang sangit (L. oratorius L) adalah hama yang
menyerang tanaman padi setelah berbunga dengan cara menghisap cairan bulir padi
menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna.
Penyebaran hama ini cukup luas. Di Indonesia
walang sangit merupakan hama potensial yang pada waktu-waktu tertentu menjadi
hama penting dan dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 50%. Diduga bahwa
populasi 100.000 ekor per hektar dapat menurunkan hasil sampai 25%. Hasil
penelitian menunjukkan populasi walang sangit 5 ekor per 9 rumpun padi akan
menurunkan hasil 15%. Hubungan antara kepadatan populasi walang sangit dengan
penurunan hasil menunjukkan bahwa serangan satu ekor walang sangit per
malai dalam satu minggu dapat menurunkan hasil 27%. Kualitas gabah (beras)
sangat dipengaruhi serangan walang sangit. Diantaranya menyebabkan meningkatnya
Grain dis-coloration. Sehingga serangan walang sangit disamping secara
langsung menurunkan hasil, secara tidak langsung juga sangat menurunkan
kualitas gabah.
Dalam upaya mengendalikan hama tersebut,
narasumber melakukan pengendalian secara kimiawi. Pengendalian kimiawi
dilakukan pada padi setelah berbunga sampai masak susu. Banyak insektisida yang
cukup efektif terutama yang berbentuk cair atau tepung sedangkan yang berbentuk
granula tidak dapat dianjurkan untuk mengendalikan walang sangit. Berdasarkan data tersebut, jika setiap hama para
petani harus melakukan penyemprotan dengan pestisida ataupun insektisida dan
terdapat beberapa hama yang menyerang tanaman mereka, maka mereka akan
membutuhkan banyak sekali insektisida dan pestisida.
Penyemprotan pestisida di desa Patemon
menggunakan alat semprot modern. Takaran dosis dari setiap penyemprotan adalah
tutup botol apabila pestisida tersebut dikemas dalam bentuk botolan. Satu atau
dua tutup botol digunakan untuk 1 tangki, tetapi disini petani menggunakan
beberapa pestisida sebagai contoh Lerax, Decis, dan Saponine sehingga dalam 1 tangki bisa terdapat 6 tutup botol
pestisida. Pestisida dalam tangki tersebut kemudian dilarutkan dalam tangki
hingga penuh. Kemudian pestisida tersebut dapat disemprotkan ke padi di sawah
mereka.
Menurut Bapak Sally, para
petani di desa tersebut belum mengetahui ambang batas pemakaian pestisida.
Mereka akan melakukan penyemprotan jika terdapat gejala tanaman mereka
terserang OPT, dan mereka akan berhenti jika hama benar-benar telah mati atau
pergi dari sawah mereka. Para petani menginginkan tanaman mereka dapat
berproduksi maksimal agar dapat menutupi biaya-biaya operasional dan mendapat
keuntungan. Selain pemakaian pestisida justru menambah biaya operasional
mereka, dampak buruk terhadap berlebihannya pemakaian pestisida adalah
tercemarnya lingkungan yang kemudian akan mengancam kelestarian alam dan
kehidupan manusia.
1.5 Pemanenan
Proses
pemanenan merupakan tahapan kegiatan
yang dimulai dari pemotongan padi hingga perontokan gabah.
Dalam sistem panen tersebut
secara garis besar dipengaruhi
oleh mekanisme panen
itu sendiri dan
proses pemanenan. Mekanisme
panen sangat terkait dengan
budaya serta kebiasaan masyarakat setempat. Terdapat tiga
sistem pemanenan padi yang berkembang di masyarakat yaitu sistem ceblokan,
sistem individu atau
keroyokan dan sistem
kelompok. Sistem panen
tersebut sangat terkait dengan faktor
sosial dan budaya
masyarakat setempat yang pada
akhirnya mempengaruhi pada tahapan
selanjutnya berupa kegiatan
perontokan serta faktor
kehilangan hasil. Pemanenan padi
sistem individual atau
keroyokan dengan jumlah
pemanen yang tidak terbatas menyebabkan
banyak gabah tercecer
dan yang tidak
terontok. Pemanenan padi dengan
sistem kelompok atau
beregu mudah terkontrol,
sehingga dapat menekan
tingkat kehilangan hasil panen.
Pada
sistem ceblokan pemanenan
dilakukan dengan jumlah
pemanen yang terbatas. Pemanen ikut dalam proses pemanenan dan merawat tanaman
tanpa mendapatkan upah dari pemilik
sawah. Pada sistem
ceblokan, orang lain
tidak boleh ikut
panen tanpa seijin penceblok. Pada
sistem individu atau
keroyokan, jumlah pemanen
tidak terbatas (150-200 orang per
ha) tanpa ikatan
kerja antara yang
satu dengan lainnya.
Jumlah pemanen cukup banyak
sehingga berebut panen
dan mengumpulkan potongan
padi secepatnya agar
dapat segera pindah ke sawah
yang lain. Akibatnya banyak gabah
yang rontok dan potongan padi yang
tercecer.
Pada panen sistem kelompok jumlah pemanen terbatas
(20-30 orang per ha), bekerja secara beregu, pembagian tugas
jelas dan perontokan menggunakan pedal
threser atau power therser. Pembagian
tugas dalam sistem
kelompok adalah 22
orang bertugas memotong padi, 5 orang mengumpulkan potongan padi dan 3
orang lagi merontok serta memasukkan
gabah kedalam karung. Berdasarkan pola pemanenan padi tersbeut dapat mempengaruhi tingkat
kehilangan hasil pada
saat potong padi
sampai dengan perontokan serta akibat dari keterlambatan
perontokan dalam waktu satu malam.
Gambar 1. Proses
pemanenan padi oleh petani di Desa Patemon Pakusari.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan Bapak Sally, salah seorang petani di desa Patemon
Pakusari, pemanenan padi pada lahan sawah yang
diamati oleh kelompok kami, narasumber
menggunakan pemanenan
sistem kelompok. Menurut
keterangan beliau dapat diketahui jika
menggunakan sistem pemanenan secara kelompok maka akan menekan tingkat
kehilangan hasil panen pada saat pemotongan,
sehingga dapat mengurangi tingkat kerugian saat pemanenan. Orang-orang
yang bekerja sebagai pemanenpun tidak perlu diupah atau dibayar karena
orang-orang yang bekerja sebagai pemanen tersebut merupakan keluarga dari
pemilik sawah itu sendiri sehingga pemilik sawah tersebut tidak perlu
mengeluarkan uang untuk ongkos pemanenan. Hanya saja pemilik sawah mengeluarkan
uang untuk ongkos penyewaan mesin perontok yang digunakan untuk merontokkan
padi yang ada di desa patemon kecamatan pakusari tersebut.
1.6 Seluruh Biaya Opersional dan
Produksi PerSatuan Luas
Berdasarkan hasil interview dengan Bapak Sally salah seorang petani di
wilayah Patemon, Pakusari dapat diketahui seluruh biaya operasional, produksi
persatuan luas dan keuntungan pada budidaya padi di lahan sawahnya. Dengan luas
lahan 80m2 rata-rata data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel Seluruh Biaya Opersional dan Produksi PerSatuan Luas
Budidaya Padi Di Desa Patemon Kecamatan Pakusari Jember
No
|
|
Jumlah
|
Harga Persatuan
|
Total
|
1
|
BENIH
|
10 Kg
|
Rp 9.000
|
Rp 90.000
|
2
|
PUPUK DASAR dan SUSULAN
|
|||
|
Kompos
UREA
ZA
Pupuk Organik
|
-
100 Kg
100 Kg
-
|
-
Rp 1.400
Rp 1.600
-
|
-
Rp 140.000
Rp 160.000
-
|
3
|
PESTISIDA
|
|||
|
Pestisida Organik
Pestisida Kimia
|
-
1 lt
|
-
Rp 33.000
|
-
Rp 99.000
|
4
|
TENAGA KERJA
|
|||
|
Pengolahan lahan
Penanaman
Penyulaman
Penyiangan
Pemupukan
Penyemprotan
Pemanenan (Sewa mesin
Perontok)
|
|
|
Rp 70.000
Rp 40.000
-
-
-
-
Rp 30.000
|
|
TOTAL MODAL
|
|
|
Rp 629.000
|
|
HASIL
|
500Kg
|
Rp 3.650 (gabah)/kg
|
Rp 1.825.000
|
|
KEUNTUNGAN
|
|
|
Rp 1.196.000
|
*Pemilik sawah :
Bapak Sally
*Luas lahan sawah :
80 m2
Keuntungan yang diperoleh petani tersebut diperoleh saat
budidaya padi dapat berproduksi maksimal, yaitu 5 kwintal. Namun menurut
keterangan narasumber, hal tersebut tidak menentu pada setiap tahunnya. Bahkan
petani dapat dilanda gagal panen dan panen tidak mencapai 1 kwintal. Pada tahun
ini panen pada sawah tersebut hanya menghasilkan 3 kwintal, dan keuntungannya juga
menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut diduga karena padi kekurangan
air dan terdapat banyak hama menyerang tanaman padi mereka.
Berdasarkan data biaya opersional dan produksi persatuan
luas dapat diketahui bahwa perlakuan pemupukan dan pengendalian OPT dilakukan
petani untuk mendapatkan hasil budidaya padi mereka dengan maksimal. Oleh
karena itu biaya operasional untuk perlakuan ini sangatlah tinggi. Diharapkan
dengan pemupukan dan penyemprotan keuntungan dari budidaya padi mereka akan
meningkat meskipun mereka tidak memperhatikan dampak buruk yang terjadi pada
lingkungan dan kelestarian alam.
BAB 2. EVALUASI TERKAIT ASPEK ETIKA LINGKUNGAN PADA BUDIDAYA
PADI DI DESA PATEMON PAKUSARI
Berdasarkan
wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa teknik budidaya tanaman
padi di desa Patemon, Kecamatan Pakusari, Jember dengan narasumber Bapak Sally
belum sepenuhnya sesuai dengan etika lingkungan. Hal ini terbukti dari cara
pengendalian hama penyakit yang lebih menekankan penggunaan pestisida kimiawi
tanpa mempedulikan dampak negatif
terhadap lingkungan. Sedangkan telah lama
diketahui bahwa penggunaan bahan-bahan kimia
pertanian seperti pestisida tersebut dapat membahayakan kehidupan manusia, dimana residu pestisida
terakumulasi pada produk-produk pertanian. Pestisida merupakan sumber pencemar
utama lingkungan dalam kegiatan pertanian, baik terhadap kualitas tanah maupun
air tanah. Kesalahan dalam pemakaian dan penggunaan
pestisida akan menyebabkan pembuangan residu pestisida yang tinggi pada
lingkungan pertanian sehingga akan menganggu keseimbangan lingkungan dan
mungkin organisme yang akan dikendalikan menjadi resisten dan bertambah jumlah
populasinya.
Ada beberapa pengaruh negatif
lainnya pemakaian pestisida sintetis secara tidak sesuai. Pertama, pencemaran
air dan tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap manusia dan makhluk
lainnya dalam bentuk makanan dan minuman yang tercemar. Kedua, matinya musuh
alami dari hama maupun patogen dan akan menimbulkan resurgensi, yaitu serangan hama
yang jauh lebih berat dari sebelumnya. Ketiga, kemungkinan terjadinya serangan
hama sekunder. Keempat, kematian serangga berguna dan menguntungkan seperti
lebah yang sangat serbaguna untuk penyerbukan. Kelima, timbulnya
kekebalan/resistensi hama maupun patogen terhadap pestisida sintetis.
Di
samping itu, apabila ditinjau dari segi pemupukan. Penggunaan pupuk yang terus
menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, akibatnya kesuburan tanah
berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah
semakin berkurang. Penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama tanaman
tetapi juga mikroorganisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah
tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain itu penggunaan pestisida
yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida
tersebut.
Etika
lingkungan adalah kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan
lingkungannya. Etika
lingkungan bertujuan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan
dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan hidup tetap
terjaga. Usaha
manusia untuk memahami & menerapkan prinsip ekologi & etika lingkungan
dalam mengahadapi masalah yang berasal dari perbuatan yang berkaitan dengan
lingkungan disebut tindakan sadar lingkungan. Prioritas memperoleh keuntungan dalam budidaya-budidaya pertanian memang
penting, namun jika hal tersebut justru berdampak buruk terhadap lingkungan
maka perlu dicari solusi atas permasalahan tersebut. Diharapkan para petani di
Desa Patemon Kecamatan Pakusari lebih memperhatikan lingkungan dalam budidaya
pertanian. Salah satu solusi hal ini adalah konsep Pengendalian Hama Terpadu
(PHT). Pengendalian hama dengan memperhatikan ambang batas pemakaian pestisida
dan memanfaatkan musuh alami merupakan beberapa konsep pertanian yang
memperhatikan lingkungan dan kelestarian alam.
Lampiran
Dokumentasi Kegiatan Interview dengan Petani Di Desa Patemon Kecamatan Pakusari
Jember
Gambar 1. Padi
di Desa Patemon Kecamatan Pakusari
Gambar 2. Kegiatan interview dengan petani
Gambar 3.
Gangguan yang dialami padi rebah oleh angin (kiri) dan OPT (kanan)
Gambar 4. Panen padi oleh petani di desa Patemon Pakusari
1 Response to "LAPORAN PRAKTIKUM ETIKA LINGKUNGAN TEKNIK BUDIDAYA PADI"
thanks
Posting Komentar