Featured Products

Vestibulum urna ipsum

product

Price: $180

Detail | Add to cart

Aliquam sollicitudin

product

Price: $240

Detail | Add to cart

Pellentesque habitant

product

Price: $120

Detail | Add to cart

Peranan teknologi dalam penegelolaan lingkungan dan Apakah pengelolaan lingkungan yang beretika mempunyai nilai ekonomi



1.             Jelaskan ! Peranan teknologi dalam penegelolaan lingkungan ?
Menurut undang-undang tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab 1 Pasal 1, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan dengan semua benda, daya, keadaan , dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Teknologi diciptakan manusia untuk mempermudah dalam mengolah alam, mempermudah kegiatan, dan segala yang terikat dengan kebutuhan manusia, teknologi merupakan cara dan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan untuk mesejahterakan kehidupan manusia. Pemanfaatan teknologi telah menjadi bagian yang penting dalam pengelolaan lingkungan. Melalui teknologi, manusia tidak hanya memenuhi kebutuhan, akan tetapi juga menjaga dan melestarikan kualitas lingkungan, teknologi juga berfungsi untuk mengelola lingkungan, agar tetap serasi dan selaras dengan kehidupan manusia. Kemajuan teknologi telah membawa perubahan dari perilaku manusia dalam aktivitasnya sehari-hari. Banyak hal dari kegiatan manusia memanfaatkan teknologi baik itu mekanik hingga elektronik. Penggunaan dalam kegiatan lingkungan bisa dengan memanfaatkan bantuan makhluk hidup (mikroba) atau yang disebut dengan proses bioteknologi.
2.             Jelaskan ! Apakah pengelolaan lingkungan yang beretika mempunyai nilai ekonomi ?
Pengelolaan lingkungan sering dihubungkan dengan pemanfaatan barang sisa olahan atau limbah. Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestic (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Selama ini sebagian besar masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end of pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah (TPA). Hal ini berpotensi besar melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global.
            Menurut Dale Jamieson (2008) dalam bukunya Ethics and the Environment “Sebuah sungai sering digunakan sebagai tempat  pembuangan limbah pabrik. Keadaan tersebut hampir sama ketika saya mengendarai mobil ke supermarket, knalpot kendaraan mengeluarkan nitrogenoksida, karbon monoksida, karbon dioksida dan bahan kimia lainnya. Beberapa masalah lingkungan yang paling serius terjadi ketika sumber daya alam digunakan baik sebagai tempat pembuangan sampah. Masyarakat yang melakukan hal seperti itu umumnya adalah masyarakat ekonomi rendah. Pertanyaan mendasar tentang hal ini adalah bagaimana solusi dan penemuan yang dapat merubah limbah menjadi sesuatu yang berharga dan memiliki nilai ekonomi.”
Sementara, pengelolaan sampah di Swedia selalu mengedepankan bahwa sampah merupakan salah satu resources yang dapat digunakan sebagai sumber energi. dasar pengelolaan sampah diletakkan pada minimasi sampah dan pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Keberhasilan penanganan sampah itu didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat yang sudah sangat tinggi. Landasan kebijakan Swedia, senyawa beracun yang terkandung dalam sampah harus dikurangi sejak pada tingkat produksi. Minimasi jumlah sampah dan daur ulang ditingkatkan dan pembuangan sampah yang masih memiliki nilai energi dikurangi secara signifikan.
Di negara Swedia, pengelolaan sampah yang mempunyai nilai ekonomi tertinggi adalah pengelolaan sampah elektronik. Selain merupakan pengelolaan lingkungan yang beretika, sampah elektronik tersebut menyumbang pendapatan devisa negara dan masyarkat menengah melalui hasil olahan limbah elektronik. Prosesnya adalah seperti berikut, limbah elektronik yang masuk ke pelabuhan melalui peti kemas kemudian dikumpulkan ke penampungan barang elektronik bekas. Sampah-sampah elektronik tersebut kemudian dipilah-pilah dan diambil suku cadangnya yang masih bisa digunakan. Para pekerja yang kebanyakan dari golongan ekonomi menengah kebawah bekerja melebur timah, mengambil komponen dari sirkuit-sirkuit dari barang elektronik tanpa menggunakan pelindung khusus. Dari kumpulan suku cadang bekas tersebut, kemudian dirubah menjadi barang elektronik kembali dengan nilai jual yang tinggi. Hasil olahan limbah elektronik tersebut dapat diproduksi di dalam negri bahkan diekspor keluar negri.
Di Indonesia, paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi, misalnya dimanfaatkan sebagai sumber energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industry dan bidang lain. Menurut Sianipar, Penelitian telah dilakukan dengan metode Survey Perkebunan kelapa sawit milik negara pada PN.P3 dan PN.P4 di tiga kabupaten (Labuhan Batu, Simalungun dan Asahan) Propinsi Sumatera Utara, yang meliputi sampel kebun sebagai penghasil limbah sawit dan Pabrik kelapa sawit sebagai sumber produksi hasil ikutan dan limbah industri minyak sawit. Selain data hasil observasi juga diambil data sekunder statitik perkebunan dan ternak di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi limbah Perkebunan kelapa sawit secara fisik cukup Potensial sebagai sumber pakan ternak (pelepah 486 ton/ha, daun sawit 17,1 ton/ha, Solid 840 ton/ha, bungkil inti sawit 567 ton/ha) dan dikaitkan dengan populasi ternak kambing di Indonesia sekarang ini (13.065.700 ekor) dapat ditingkatkan kapasitas tampung pakan sebesar 33,1 kali lipat dari populasi yang ada sekarang. Namun perlu dicermati bahwa jenis limbah pelepah dan daun sawit secara teknis dalam pemanfaatannya tidak efisien karena kandungan proteinnya relatif rendah serta harus terlebih dahulu mengalami perlakuan (merubah bentuk fisik) dan tidak dapat diberikan secara tunggal sebagai pakan ternak. Meski demikian dari data tersebut dapat diketahui bahwa hasil olahan dari limbah kelapa sawit telah membuktikan bahwa pengelolaan lingkungan, khususnya penanganan limbah memilki nilai ekonomi yang patut untuk diperhatikan.

No Response to "Peranan teknologi dalam penegelolaan lingkungan dan Apakah pengelolaan lingkungan yang beretika mempunyai nilai ekonomi"

Posting Komentar