1.
Jelaskan ! Peranan teknologi
dalam penegelolaan lingkungan ?
Menurut undang-undang tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab 1 Pasal 1, lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan dengan semua benda, daya, keadaan , dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Teknologi diciptakan manusia untuk mempermudah dalam mengolah alam, mempermudah
kegiatan, dan segala yang terikat dengan kebutuhan manusia, teknologi merupakan
cara dan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan untuk
mesejahterakan kehidupan manusia. Pemanfaatan teknologi telah menjadi bagian
yang penting dalam pengelolaan lingkungan. Melalui teknologi, manusia tidak
hanya memenuhi kebutuhan, akan tetapi juga menjaga dan melestarikan kualitas
lingkungan, teknologi juga berfungsi untuk mengelola lingkungan, agar tetap
serasi dan selaras dengan kehidupan manusia. Kemajuan teknologi telah membawa
perubahan dari perilaku manusia dalam aktivitasnya sehari-hari. Banyak hal dari
kegiatan manusia memanfaatkan teknologi baik itu mekanik hingga elektronik.
Penggunaan dalam kegiatan lingkungan bisa dengan memanfaatkan bantuan makhluk
hidup (mikroba) atau yang disebut dengan proses bioteknologi.
2.
Jelaskan ! Apakah
pengelolaan lingkungan yang beretika mempunyai nilai ekonomi ?
Pengelolaan lingkungan sering
dihubungkan dengan pemanfaatan barang sisa olahan atau limbah. Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun domestic (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah,
yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga
perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Selama
ini sebagian besar masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada
pendekatan akhir (end of pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang
ke tempat pemrosesan akhir sampah (TPA). Hal ini berpotensi besar melepas gas
metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan
kontribusi terhadap pemanasan global.
Menurut
Dale Jamieson (2008) dalam bukunya Ethics and the Environment “Sebuah sungai sering digunakan sebagai tempat pembuangan limbah pabrik. Keadaan tersebut
hampir sama ketika saya mengendarai mobil ke supermarket, knalpot kendaraan
mengeluarkan nitrogenoksida, karbon monoksida, karbon dioksida dan bahan kimia
lainnya. Beberapa masalah lingkungan yang paling serius terjadi ketika sumber
daya alam digunakan baik sebagai tempat pembuangan sampah. Masyarakat yang
melakukan hal seperti itu umumnya adalah masyarakat ekonomi rendah. Pertanyaan
mendasar tentang hal ini adalah bagaimana solusi dan penemuan yang dapat
merubah limbah menjadi sesuatu yang berharga dan memiliki nilai ekonomi.”
Sementara, pengelolaan sampah di Swedia selalu mengedepankan bahwa
sampah merupakan salah satu resources yang dapat digunakan sebagai sumber
energi. dasar pengelolaan sampah diletakkan pada minimasi sampah dan
pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Keberhasilan penanganan sampah itu
didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat yang sudah sangat tinggi. Landasan
kebijakan Swedia, senyawa beracun yang terkandung dalam sampah harus dikurangi
sejak pada tingkat produksi. Minimasi jumlah sampah dan daur ulang ditingkatkan dan pembuangan sampah yang masih memiliki nilai energi dikurangi secara
signifikan.
Di negara Swedia, pengelolaan sampah yang
mempunyai nilai ekonomi tertinggi adalah pengelolaan sampah elektronik. Selain
merupakan pengelolaan lingkungan yang beretika, sampah elektronik tersebut
menyumbang pendapatan devisa negara dan masyarkat menengah melalui hasil olahan
limbah elektronik. Prosesnya adalah seperti berikut, limbah elektronik yang masuk ke pelabuhan melalui peti kemas kemudian
dikumpulkan ke penampungan barang elektronik bekas. Sampah-sampah elektronik
tersebut kemudian dipilah-pilah dan diambil suku cadangnya yang masih bisa
digunakan. Para pekerja yang kebanyakan dari golongan ekonomi menengah kebawah
bekerja melebur timah, mengambil komponen dari sirkuit-sirkuit dari barang
elektronik tanpa menggunakan pelindung khusus. Dari kumpulan suku cadang bekas
tersebut, kemudian dirubah menjadi barang elektronik kembali dengan nilai jual
yang tinggi. Hasil olahan limbah elektronik tersebut dapat diproduksi di dalam negri
bahkan diekspor keluar negri.
Di Indonesia, paradigma baru memandang sampah
sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi, misalnya dimanfaatkan sebagai sumber energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industry dan bidang lain. Menurut Sianipar, Penelitian telah dilakukan
dengan metode Survey Perkebunan kelapa sawit milik negara pada PN.P3 dan PN.P4
di tiga kabupaten (Labuhan Batu, Simalungun dan Asahan) Propinsi Sumatera
Utara, yang meliputi sampel kebun sebagai penghasil limbah sawit dan Pabrik
kelapa sawit sebagai sumber produksi hasil ikutan dan limbah industri minyak
sawit. Selain data hasil observasi juga diambil data sekunder statitik
perkebunan dan ternak di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi
limbah Perkebunan kelapa sawit secara fisik cukup Potensial sebagai sumber
pakan ternak (pelepah 486 ton/ha, daun sawit 17,1 ton/ha, Solid 840 ton/ha,
bungkil inti sawit 567 ton/ha) dan dikaitkan dengan populasi ternak kambing di
Indonesia sekarang ini (13.065.700 ekor) dapat ditingkatkan kapasitas tampung
pakan sebesar 33,1 kali lipat dari populasi yang ada sekarang. Namun perlu dicermati
bahwa jenis limbah pelepah dan daun sawit secara teknis dalam pemanfaatannya
tidak efisien karena kandungan proteinnya relatif rendah serta harus terlebih
dahulu mengalami perlakuan (merubah bentuk fisik) dan tidak dapat diberikan
secara tunggal sebagai pakan ternak. Meski demikian dari data tersebut dapat
diketahui bahwa hasil olahan dari limbah kelapa sawit telah membuktikan bahwa
pengelolaan lingkungan, khususnya penanganan limbah memilki nilai ekonomi yang
patut untuk diperhatikan.
No Response to "Peranan teknologi dalam penegelolaan lingkungan dan Apakah pengelolaan lingkungan yang beretika mempunyai nilai ekonomi"
Posting Komentar