Featured Products

Vestibulum urna ipsum

product

Price: $180

Detail | Add to cart

Aliquam sollicitudin

product

Price: $240

Detail | Add to cart

Pellentesque habitant

product

Price: $120

Detail | Add to cart

Perakitan Klon Unggul Baru Untuk Meningkatkan Produksi Tanaman

Bayu Gusti Saputra 

 


Perakitan Klon Unggul Baru Untuk Meningkatkan Produksi Tanaman
Sampai hari ini, diketahui sudah cukup banyak DNA tumbuhan yang sudah dikloning. Tujuan utama dari pembentukan klon adalah diperoleh anakan yang minimal memiliki sifat yang sama dengan induknya, namun diharapkan anakan tersebut dapat memiliki sifat yang lebih baik dari induknya, atau yang sering disebut Klon Unggul. Perakitan klon dapat diperoleh dari berbagai macam cara baik pembiakan vegetatif maupun generatif, namun memiliki tujuan yang sama yaitu menemukan jenis baru yang bersifat lebih baik dari induknya.
Perakitan klon unggul memiliki beberapa tujuan, diantaranya yang paling utama adalah meningkatkan produksi tanaman, umur genjah, meningkatkan kualitas (rasa, warna maupun ukuran) dan menciptakan klon tanaman yang tahan terhadap pengganggu (biotik  dan abiotik). Di Indonesia banyak peneliti yang telah menemukan klon-klon unggul berproduksi tinggi, diantaranya yang dilakukan pada tanaman karet. Klon karet yang dianjurkan dapat berupa hasil seleksi klon-klon introduksi atau hasil persilangan sendiri. Kegiatan seleksi klon-klon karet merupakan satu rangkaian dalam kegiatan pemuliaan yang senantiasa berkembang, baik metode maupun materi yang diuji. Klon-klon anjuran tersebut dievaluasi setiap 2 tahun melalui lokakarya pemuliaan tanaman karet, yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Karet. Klon unggul untuk tanaman karet terus dikembangkan oleh pusat penelitian karet
Sebelum kayu karet memiliki nilai ekonomis, lateks merupakan hasil utama yang dimanfaatkan dari tanaman karet. Oleh karena itu, sampai sekarang sasaran utama program pemuliaan tanaman karet adalah menghasilkan klon dengan potensi produksi lateks yang tinggi. Seleksi klonal telah berkembang dengan pesat sejak diperkenalkan teknik okulasi, dan telah menghasilkan sejumlah klon karet unggul dengan potensi produksi lima kali lebih tinggi dari potensi produksi tanaman semaian.
Tindakan pemuliaan karet secara prinsipil tetap berorientasi kepada perolehan produksi lateks yang optimal selama siklus ekonomi karet. Pemuliaan karet yang dijalankan pada saat ini disesuaikan dengan perkembangan industri karet nasional maupun kebutuhan pasar internasional. Sesuai dengan perkembangan agribisnis karet, ternyata sekarang kayu karet menjadi produk yang bernilai ekonomi, maka sasaran produksi optimal harus diselaraskan dengan laju pertumbuhan yang tinggi.
Berdasarkan kepada pola produksi tanaman karet sejak awal penyadapan sampai lanjutan dan kecepatan pertumbuhan batang, baik pada masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) maupun pada masa Tanaman Menghasilkan (TM), maka perakitan klon unggul baru berproduksi optimal memiliki 3 tipe yaitu :
1. Klon penghasil lateks, dengan ciri rata-rata produksi awal tinggi (>1500 kg/ha/th), kemudian meningkat secara perlahan pada tahun berikutnya dan memiliki pertumbuhan batang yang kurang jagur (pertambahan lilit batang pada masa TBM. Klon Penghasil Latek diantarnya adalah  BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 217, PB 260, PR 261, PR 255, PR 300, RRIM 600.
2. Klon penghasil lateks dan kayu, dengan ciri rata-rata produksi awal sedang (1.000 – 1.500 kg/ha/th), kemudian meningkat secara cepat pada tahun berikutnya dan memiliki pertumbuhan batang yang sedang (pertambahan lilit batang pada masa TBM 11 - 13 cm dan pada masa TM 4 - 5 cm). Klon penghasil lateks dan kayu diantaranya adalah  IRR, HP, AVROS 2037, BPM 1, PB 330, RRIC 100, TM 2 dan TMN 6
Materi pemuliaan untuk merakit klon lateks-kayu yaitu dengan memanfaatkan sumber genetik plasma nutfah hasil ekspedisi IRRDB 1981. Persilangan yang progresif antara klon penghasil lateks tinggi dengan genotipe terpilih plasma nutfah IRRDB 1981 yang memiliki pertumbuhan tegap, serta karakteristik lain yang menguntungkan telah dimulai tahun 1991. Disamping itu seleksi terhadap genotipe hasil persilangan dengan material Wikcham menghasilkan beberapa klon IRR seri – 00 dan seri – 100 yang memiliki pertumbuhan tegap.
Klon harapan IRR seri – 00 yang memperlihatkan produksi terbaik rata-rata 5 tahun sadap dengan volume kayu yang tinggi adalah IRR 5, IRR 21, IRR 30, IRR 32, IRR 39, IRR 42 dan IRR 54. Potensi produksi berkisar antara 1258 – 1714 kg/ha dengan volume kayu bebas cabang antara 0,65 – 1,41 m3/pokok. Klon IRR seri – 100 yang diseleksi dengan produksi karet kering (rata-rata tiga tahun sadap pertama), dan memiliki pertumbuhan yang jagur pada masa TBM. Klon IRR seri – 100 yang terpilih tersebut, secara umum dapat disadap pada umur kurang dari 4 tahun. Dari HP 90, telah diseleksi lima klon IRR seri – 200 yaitu IRR 205, IRR 206, IRR 208, IRR 211 dan IRR 220 yang memperlihatkan potensi produksi lateks tinggi pada tahap awal dan pertumbuhan yang jagur pada masa TBM.
3. Klon penghasil kayu, yaitu klon dengan ciri rata-rata produksi awal rendah. Sebanyak 10 klon penghasil kayu yang terdiri dari IRR 70, IRR 71, IRR 72 IRR 73, IRR 74, IRR 75, IRR 76, IRR 77, IRR 78, IRR 79 telah diseleksi dari populasi plasma nutfah IRRDB 1981. Genotipe yang terpilih memiliki pertumbuhan yang sangat jagur dengan batang utama yang lurus dan tinggi sehingga menghasilkan volume kayu bebas cabang yang besar, tetapi produksi lateksnya sangat rendah. Genotipe penghasil kayu ini, akan dikembangkan sebagai tanaman pola integrasi karet-karet yaitu suatu model penanaman bersama antara klon penghasil kayu dan klon penghasil lateks. Produksi kayunya dapat dipanen secara bertahap mulai umur 5 tahun, 15 tahun dan 20 tahun sehingga dapat memenuhi kebutuhan mulai dari industri MDF (Medium Density Fibre) sampai pabrik kayu prabot. Kajian kearah ini sedang berjalan melalui penelitian pengembangan perbaikan sistem penanaman. Rata-rata produksi kayu genotipe terpilih mencapai > 1 m³/pohon pada umur 16 tahun. Beberapa genotipe bahkan memperlihatkan produksi kayu yang sangat tinggi, > 2 m³/pohon seperti terlihat pada.
            Dari data dilapangan sampai dengan akhir 2010, permintaan bibit karet klon unggul, oleh petani perorangan, perusahaan swasta dan pemerintah, masih sangat tinggi, sementara jumlah bibit ditingkat petani penangkar sangat terbatas. Hal ini menimbulkan keinginan petani lain yang bukan penangkar, ikut membuat bibit karet, meskipun bibit yang dihasilkan belum sesuai dengan yang diharapkan.
Oleh karena itu secara teknis sangat diperlukan pembinaan dan pengawasan, oleh instansi terkait, sehingga diharapkan kedepannya para petani bisa menjadi penangkar dan bisa memproduksi bibit karet yang berkualitas sesuai dengan teknologi anjuran. Untuk itu sebagai informasi dan ilmu pengetahuan dilapangan bagi PPL dan penangkar, menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian  (BPTP) Jambi dijelaskan secara ringkas tentang langkah-langkah untuk bisa menghasilkan bibit karet klon unggul yang berkualitas
1. Pembangunan Kebun Entres
- Lahan harus bersih dari sisa tunggul
- Menggunakan Klon anjuran Generasi ke-3 dan ke-4
- Lubang tanam 60 x 60 X 60 cm dengan jarak tanam 1 X 1 m
- Batas blok per klon 2 meter
- Perawatan secara intensif (wiwilan, pemupukan sesuai anjuran dan penyiangan)
- Pemanenan entres setelah 4 payung


2. Pembangunan Batang Bawah
- Benih berasal dari kebun induk klon anjuran
- Pembuatan bedengan menggunakan pasir 10 cm
- Pendederan, biji disusun tengkurap dengan jarak 1 cm
- Penyiraman dilakukan 1 hari sekali
- Pemindahan ke lapangan pada stadium jarum 7 hari s/d 21 hari
- Pemupukan dilakukan sesuai anjuran
- Pengendalian hama dan penyakit serta gulma
- Lakukan pemotongan batang bawah 1 – 2 minggu sebelum pencabutan stum










3. Okulasi
- Lilit batang 5-7 cm atau umur 6 bulan (okulasi hijau)
- Batang bawah sehat dan daun pucuk sudah tua, menggunakan mata prima
- Matang okulasi minimal 1 bulan
- Lakukan pemotongan batang bawah 1 – 2 minggu sebelum pencabutan stum

4. Penaman bibit
- Bibit prima, minimal tinggi tunas 20 cm, lingkar tunas 0,3 cm
- Umur 3 bulan atau 1 payung daun pucuk tua siap ditanam dilapangan .

            Usaha peningkatan produktivitas tanaman karet baik pada tingkat perusahaan swasta maupun secara nasional, dapat dilaksanakan dengan menanam klon-klon unggulan terbaru. Sekarang karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas. Oleh karena itu penemuan klon-klon karet unggul dengan tingkat produksi lebih sangatlah bermanfaat, dan diharapkan akan muncul lagi penemuan klon-klon unggul dari tanaman lain yang dapat meningkatkan hasil produksi.


Daftar Pustaka

Alqamari, Muhammad. 2010. Budidaya Karet Dengan Pola Tanam Ganda Untuk Meningkatkan Hasil Produksi Karet (Hevia brasiliensis muel Arg). Hasil Laporan PKL. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

BinaUKM.2012. Klon Unggul Tanaman Karet Dalam Budidaya Tanaman Karet (blog online),(http://binaukm.com/2010/04/klon-unggul-tanaman-karet-dalam-budidaya-tanaman-karet.htm, diakses pada 26 September 2012).


Diranto, Raul. 2012. Pemuliaan Tanaman - Metode Pemuliaan Tanaman Karet (blog online), (http://wwwraultobing.blogspot.com/2012_07_01 _archive.html, diakses tanggal 26 September 2012).

Istyhafid.2010. Kloning, Aplikasi dari Teknologi DNA Rekombinan (blog online),(http://greatminds2.wordpress.com/2010/04/17/kloning-aplikasi-dari-teknologi-dna-rekombinan/htm, diakses pada 26 September 2012).

Joko Supriyanto. 2010. Teknologi Pembibitan Okulasi Karet  Klon Unggul. Jambi : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi.







No Response to "Perakitan Klon Unggul Baru Untuk Meningkatkan Produksi Tanaman"

Posting Komentar