Featured Products

Vestibulum urna ipsum

product

Price: $180

Detail | Add to cart

Aliquam sollicitudin

product

Price: $240

Detail | Add to cart

Pellentesque habitant

product

Price: $120

Detail | Add to cart

IDENTIFIKASI GEJALA DEFISIENSI DAN KELEBIHAN UNSUR HARA MIKRO PADA TANAMAN



UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM

NAMA                                               : BAYU GUSTI SAPUTRA
NIM                                                    : 111510501152
GOL/KELOMPOK                          : KAMIS/4
ANGGOTA                                       : 1. M. NUR YASIN             111510501121
                                                              2. FAISHAL IRFANDI      111510501147
                                                              3. NOVIA  AYU S              111510501151
                                                              4. BAYU GUSTI S             111510501152
                                                              5. ANGGI RAHAY U W   111510501153
                                                              6. YULI ARISTA               111510501154
JUDUL ACARA                                : IDENTIFIKASI GEJALA DEFISIENSI DAN KELEBIHAN UNSUR HARA MIKRO PADA TANAMAN
TANGGAL PRAKTIKUM               : 12 APRIL 2013
TANGGAL PENYERAHAN            : 14 ARIL 2013

ASISTEN                                           : 1. MOH. AMINNUDDIN
                                                              2.  ASRI RINA H
                                                              3. FAJAR FIRMANSYAH
                                                              4. FAKHRUSY ZAKARIYYA
                                                              5. KHUSNUL KHOTIMAH
                                                              6. NORMA LAILATUN NIKMAH




BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Tanaman dalam pertumbuhannya selalu membutuhkan unsur hara baik bersumber dari dalam tanah, udara maupun hara yang dengan sengaja ditambahkan oleh manusia. Berdasarkan kebutuhan bagi tanaman, hara dapat dibedakan menjadi hara mikro dan hara makro. Hara mikro menurut beberapa referensi meliputi kation logam (Cu, Fe, Mn, Zn) dan anion (B, Cl, Mo), sedangkan hara makro meliputi N, P, K, Ca, Mg, S. Hara mikro memang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang relatif sedikit, namun hara ini memegang peran penting bagi proses fisiologi dan pertumbuhan tanaman. Secara lebih spesifik, hara mikro berfungsi sebagai komponen enzim, komponen pembawa elektron saat reaksi oksidasi reduksi, komponen dinding sel dan merupakan bagian pengatur osmosis serta sistem keseimbanagan muatan. Sehingga berdasarkan keterangan tersebut, pengaruh hara mikro tidak kalah penting dibandingkan dengan hara makro.
   Pada faktanya petani memang tidak begitu memperhatikan betapa pentingnya hara mikro. Petani hanya akan beranggapan jika tanaman budidaya terlihat kurang sehat, maka hara N, P dan K perlu ditambahkan dan tidak terlintas bahwa ada unsur lain yang saat itu dibutuhkan atau berlebihan. Memang pada dasarnya hara mikro tidak dapat memberikan perubahan yang tampak secara cepat jika dibandingkan pengaruh pupuk N pada warna daun. Namun, hara mikro justru berpengaruh mengaktifkan enzim yang merangsang peningkatan warna hijau daun akibat datangnya unsur N. Kekurangan hara mikro atau yang sering disebut dengan defisiensi hara mikro pada umumnya akan mengakibatkan gejala terhambatnya pertumbuhan tanaman (saat fase vegetatif) dan menurunnya tingkat produksi (fase generatif). Sedangkan kelebihan hara mikro juga berdampak tidak baik untuk tanaman itu sendiri karena bisa menyebabkan keracunan pada tanaman. Keracunan tersebut dapat terlihat berbeda-beda sesuai dengan tipe keracunan hara mikro. Namun pada umumnya keracunan hara mikro berdampak pada munculnya gejala klorosis, nekrosis dan layu.
Hara mikro yang sering menimbulkan masalah keracunan adalah seperti Fe, Mn, Zn, B, Cu, dan Cl. Setiap hara ini dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang relatif sedikit sedangkan saat ketersediaannya lebih banyak daripada yang dibutuhkan oleh tanaman, maka yang terjadi adalah keracunan hara mikro tersebut. Gejala kelebihan dan kekurangan hara mikro memang tidak bisa langsung dibenarkan sebelum melewati beberapa tahap identifikasi yang lebih lanjut.
Gejala yang terjadi pada tanaman memang dapat digunakan indikator posisi tanaman kekurangan atau justru kelebihan hara mikro. Melalui tahap identifikasi gejala pada tanaman dengan berbagai perlakuan maka secara spesifik dapat diketahui perlakuan yang menimbulkan tanaman kekurangan hara mikro, tanaman kelebihan hara mikro ataupun unsur hara mikro telah diberi dengan dosis yang tepat. Sebelum melakukan pemahaman hal tersebut, langkah sebelumnya adalah menentukan spesies tanaman yang akan diuji responnya terhadap berbagai dosis pemberian unsur hara mikro.
Spesies tanaman yang akan digunakan dalam percobaan dianggap sebagai spesies tanaman yang respon terhadap pemupukan unsur hara mikro. Tanaman tersebut dengan mudah dapat dibedakan antara kekurangan atau kelebihan hara mikro. Karakteristik tanaman satu dengan yang lain akan kebutuhan hara mikro juga tidak akan sama. Oleh karena itu diperlukan pemahaman terlebih dahulu bagaimana karakteristik pemupukan pada tanaman tersebut. Selain tanaman maka
media tumbuh tanaman merupakan komponen yang harus diperhatikan. Media tumbuh tanaman dari awal harus tidak mengandung unsur hara atau dalam keadaan steril, sehingga tanaman benar-benar hanya menunjukkan keadaan sesuai perlakuan.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui gejala defisiensi dan kelebihan unsur hara tertentu pada tanaman.


BAB. 2 TINJUAN PUSTAKA
Menurut M. Afrousheh dkk (2010) Terdapat unsur yang telah diklasifikasikan menjadi hara yang dibutuhkan tanaman. Unsur tersebut dibedakan menjadi hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan hara mikro (Fe, Mn, Cl, B, Cu, Zn, Ni dan Mo). Memanfaatkan tanaman pistachio (Pistacia vera) maka dapat dilakukan pengamatan secara visual gejala defisiensi hara mikro, defisiensi hara makro, bahkan gejala yang ditimbulkan akibat defisiensi kedua nmacam hara tersebut. Gejala akibat sekaligus kekurangan hara mikro dan makro sering disebut sebagai Gejala Multi-Defisiensi (Afrousheh et al.,2010)
          Salah satu bentuk pupuk yang sering digunakan oleh petani adalah pupuk majemuk. Pupuk ini dianggap petani telah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan petani. Berdasarkan beberapa penelitian unsur yang ada didalam pupuk majemuk berupa hara mikro dan hara makro dengan kandungan yang sesuai dengan kebanyakan tanaman. Pupuk ini dapat diperoleh dengan mudah dan telah terdiri dari berbagai unsur, sehingga di Bondowoso pemakaian pupuk majemuk kerap digunakan dalam budidaya tembakau virginia (Djajadi, 2008).
Menurut Suparwoto dkk (2012) Tanaman sayuran memiliki berbagai faktor penting yang perlu diperhatikan agar dapat meningkatakan produksi dan kualitas sayuran. Salah satu faktor penting dalam budidaya tanaman sayuran adalah pupuk sebagai pemenuhan unsur hara tanaman sayuran. Unsur hara makro berupa N, P, K, Ca, Mg dan S dan unsur hara mikro Zn, Fe, Mn, Co dan Mo dibutuhkan tanaman dalam dosis yang benar-benar seimbang. Untuk lebih memaksimalkan pemupukan baik makro maupun mikro maka perlu diberikan inovasi berupa teknolgi, seperti pemupukan lewat daun (Suparwoto et all.,2012).
Defisiensi atau kekurangan unsur hara mikro pada umumnya terjadi akibat hara Fe, Mo, Mn, B dan Zn. Sedangkan Sulfur (S) juga dibutuhkan tanaman dalam bentuk ion sulfat. Unsur S dapat dipengaruhi bahkan dibentuk oleh unsur-unsur lain, seperti Mg, K, Mn dan Zinc. Gejala yang akan timbul berdasarkan hasil penelitian akibat defisiensi hara mikro adalah klorosis dan nekrotik pada varietas Nerica 1 dan Nerica 2 (Jerome et al.,2011).
          Menurut Julianti, S (2008) Unsur hara mikro yang terkandung didalam tanah kondisi dan jumlahnya selalu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi kandungan hara mikro didalam tanah diantaranya adalah peningkatan produksi panen, kehilangan saat pencucian, sedimentasi dan meningkatnya kandungan pupuk kimia. Saat tanaman telah kekurangan unsur hara mikro maka oproduksi dari tanaman tersebut menurun. Salah satu contoh unsur hara mikro yang dapat berubah menjadi racun adalah Zn, keracunan unsur hara Zn diakibatkan oleh pemupukan dosis tinggi dan penggunaan benih unggul. Zn adalah unsur mikro yang penting bagi tanaman, namun saat posisinya berubah menjadi meracuni maka proses fisiologi tanaman akan terganggu dan menimbulkan gejala penyakit. Gejala tersebut diantaranya adalah klorosis, pemendekan batang, dan penyempitan bentuk daun  (Juliati, S. 2008).
          Pupuk merupakan kebutuhan utama petani untuk meningkatkan tingkat kesuburan tanamannya. Oleh karena itu petani selalu mengutamakan pembelian pupuk pada rencana awal budidaya. Hal tersebut diprediksikan akan terjadi pula pada pertanian masa depan.  Pupuk buatan dapat diperoleh petani dalam berbagai dosis, jumlah dan harga. Kecenderungan petani terus menggunakan pupuk buatan akan selalu meningkat, melihat kandungan hara makro dan mikro tanah alami yang selalu menurun. Selain itu terlihat bahwa pupuk buatan menimbulkan efek yang cepat pada tanaman, membuat para petani enggan lepas dari pupuk buatan. Padahal efisiensi dari pupuk buatan ini lebih rendah dari pada yang diharapkan, Pupuk buatan ini dapat mengganggu kehidupan dan keseimbanagan dalam tanah karena akan meningkatkan dekomposisi  bahan organik yang selanjutnya akan mengakibatkan degradasi pada struktur tanah, penuruan hara mikro tanah dan akan tanaman lebih rentan terhadap hama dan penyakit. Kandungan hara mikro tanah jelas berkurang saat tidak adanya pemberian hara mikro kedalam tanah, melainkan pupuk buatan berbasis hara makro yang selalu diberikan (Reijntjes C dkk. 1992).
         
Menurut Kartosapoetra dalam jurnal Suswati dkk (2008) Pupuk kandang ternyata memberi banyak dampak positif terhadap tanah dan tanaman. Manfaat pupuk kandang tersebut diantaranya adalah meningkatkan tingkat kesuburan tanah, meningkatkan kandungan humus, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, mendukung kehidupan mikrobia tanah dan bermanfaat penting bagi tanaman yaitu pupuk kandang merupakan sumber hara mikro yang sangat dibutuhkan tanaman. Berdasarkan keterangan tersebut maka unsur hara mikro dapat diperoleh petani melalui pemupukan menggunakan pupuk kandang (Suswati et all.,2008).
       Pada faktanya didalam tubuh tanaman terdapat beraneka ragam unsur hara yang dapat ditemukan. Ada unsur yang memang sangat dibutuhkan tanman, ada pula unsur yang tidak begitu dibutuhkan tanaman, bahkan dapat mengganggu proses fisiologis tumbuhan. Berdasarkan penelitian unsur yang sering ditemukan beradadi dalam tubuh tumbuhan dan dapat mengganggu metabolisme atau bersifat meracuni tumbuhan, yaitu beberapa jenis unsur mikro dari golongan logam berat seperti Al, Cd, Ag, dan Pb (Benyamin Lakitan, 2012).
Menurut Hasan B Jumin (2010) dalam bukunya Dasar-Dasar Agronomi, beliau mengungkapkan bahwa jenis hara mikro dan hara makro dapat diperoleh dari pupuk yang termasu kdalam pupuk alami seperi pupuk hijau, pupuk kandang dan kompos. Sedangkan untuk mendapatkan hara makro melalui jenis pupuk buatan yaitu meliputi urea, ZA, nitrolin, nitrat, kiserit dan lain – lain. Menurut unsur yang dikandungnya disebut pupuk nitrogen terkandung dalam urea dan ZA, pupuk fosfor terkandung dalam DS dan TS pupuk kalium ada pada ZK, pupuk hara mikro terdapat dalam pupuk majemuk dan pupuk daun (Hasan B Jumin,2010).
            Berdasarkan pernyataan Saifudin Sarief (1986) dalam bukunya Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian, gejala kekurangan unsur hara mikro satu dengan unsur hara yang lain tidak sama, lebih spesifiknya yaitu sebagai berikut :
1.        Kekurangan Cu
       Defisiensi Cu menyebabkan mati ranting pada pohon citrus, apel, pear dan lain-lain. Mulanya daun berwarna hijau gelap lalu mati dann berukuran besar, ranting berwarna coklat, lalu mati dari pucuk ke bawah. Buah berukuran kecil, berwarna coklat dengan kantong-kantong gum di dalam sudut-sudut dari segmen-segmen bagian dalam buah.
2.        Kekurangan Fe
       Gejala defisiensi hara Fe menyebabkan klorosis, gejala bervarasi dari yang ringan sampai yang parah yaitu klorosis ringan, klorosis sedang dan klorosis parah.
3.        Kekurangan Mn
       Akibat defisiensi Mn menimbulkan gejala mirip dengan kekurangan Fe tetapi bedanya yaitu tulang daun yang paling kecil pun tetap berwarna hijau.
4.        Kekurangan Zn
       Defisiensi Zn menimbulkan gejala daunnya kecil-kecil yang mengalami slah bentuk, memucat, dan membentuk rosette pada pucuk cabang pohon apel, anggur, peach dan lainnya.
5.        Kekurangan Bo
       Kekurangan Bo dapat menyebabkan kerdil dan bercak-bercak hitam pada akar umbi-umbian. Pada pohon buah-buahan gejalanya yaitu timbul bercak-bercak bergabus diluar dan di dalam jaringan, mati ranting, kerdil, dan retak batang.
6.        Kekurangan Si
       Akibat kekurangan Si tanaman akan layu dan daun tidak tampak sehat
7.        Kekurangan Cl
       Gejala defisiensi Cl yaitu daun tidak normal pada berbagai tanaman sayur mayur.
8.        Kekurangan Na
       Gejala kekurangan unsur ini belum jelas begitu jelas. Namun salah satu pengaruh yang jelas yaitu meningkatnya kandungan air dalam tanaman sehingga tahan terhadap kekeringan (Saifudin Sarief, 1986).




BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum acara “Identifikasi gejala defisiensi dan kelebihan unsur hara mikro pada tanaman” dilaksanakan pada hari Kamis 11 April 2013 pukul 07:30 sampai selesai, praktikum bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Dasar, Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.    Bak atau ember
2.    Saringan pasir
3.    Polibag
3.2.2 Bahan
1.    Pasir steril
2.    Bibit terung
3.    Pupuk unsur hara mikro

3.3 Cara Kerja
1.        Menyiapkan polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya, kemudian isi dengan pasir steril.
2.        Menyiapkan bibit tanaman dan mencuci akarnya sampai kotoran hilang, menanam bibit yang telah disiapkan ke dalam polibag.
3.        Memberian larutan nutrisi dengan menyiram pada media pasir
4.        Melakukan pemeliharaan dan pemberantasan hama penyakit yang mungkin menyerang.





BAB 4.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat diperoleh hasil berupa tabel sebagai berikut
Tabel 1.Tinggi Tanaman
Perlakuan
Ul
Hari Ke-
0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
Kontrol
1
2,57
3,77
4,6
4,73
5,53
5,8
6,23
6,5
7,67
7,83
2
2,93
5,73
7,67
7,87
8,3
8,97
9,17
9,3
9,5
9,67
+ Fe
1
2,07
2,87
3,83
4
5,2
5,3
5,53
5,7
6,7
6,8
2
2,93
4,73
8
8,2
8,4
8,87
9,5
9,8
10,5
10,9
- Fe
1
2,3
3,5
4,5
4,5
5,5
6,2
6,9
7,3
7,5
7,5
2
2,8
4,9
4,9
7,7
8,8
9,2
9,7
10,2
10,7
10,8

Tabel 2. Jumlah Daun
Perlakuan
Ul
Hari Ke -
0
7
14
21
28
Control
1
3
3
3
3
4
2
1
2
2
3
3
+ Fe
1
3
4
4
4
5
2
2
2
3
3
3
- Fe
1
3
3
3
4
4
2
2
3
4
4
4

Tabel 3. Panjang Daun
Perlakuan
Ul
Hari ke -
0
7
14
21
28
Kontrol
1
1,9
3,0
4,0
5,5
5,6

2
3,9
5
5,4
6,2
5,7
+ Fe
1
1,5
2,3
3,1
3,5
4,5

2
3,6
4
4,4
4,8
5,0
- Fe
1
1,8
3,1
3,6
4,0
4,5

2
3,3
4,3
3,9
4,3
4,7

Tabel 4. Lebar Daun
Perlakuan
Ul
Hari ke -
0
7
14
21
28
Kontrol
1
1,4
2
2,7
3,5
4

2
2,6
3,6
4
4,6
4,1
+ Fe
1
1,6
1,8
2,3
2,9
3,9

2
2,6
2,7
3,6
4,3
4,6
- Fe
1
1,6
2,2
2,5
3
3,3

2
3
3,2
3,3
3,6
3,7

Tabel 5. Gejala Morfologi Tanaman
Perlakuan
Ul
Gejala Morfologi Tanaman
Kontrol
1
Tanaman terserang kutu kebul, terdapat embun jelaga
2
Tanaman terserang kutu kebul, terdapat embun jelaga, pucuk daun putih, daun besar, bercak kuning
+Fe
1
Tanaman terserang kutu kebul, terdapat embun jelaga
2
Tanaman terserang kutu kebul, terdapat embun jelaga, pucuk daun putih, daun besar, bercak kuning
-Fe
1
Tanaman terserang kutu kebul, terdapat embun jelaga
2
Tanaman terserang kutu kebul, terdapat embun jelaga, pucuk daun putih, daun besar, bercak kuning



4.2 Pembahasan
            Sebagai syarat pertumbuhan dan berbagai proses didalam tubuh, maka tanaman selalu membutuhkan unsur hara baik mikro maupun makro. Unsur hara mikro tidak diartikan sebagai unsur hara yang sangat kecil hingga disebut mikro. Melainkan unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang hanya sedikit. Meskipun sedikit unsur hara mikro memiliki peranan besar dalam proses metabolisme maupun fisiologi tanaman. Unsur yang termasuk hara mikro adalah , adalah Besi (Fe), Natrium (Na),  Klor (Cl), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Molibdenum (Mo), Boron (B), Klor (Cl), Cobalt (Co), dan Silikat (Si). Berikut adalah peran dan fungsi masing-masing hara tersebut.
1. Besi (Fe)
Unsur mikro yang sangat esensiil namun juga sering menimbulkan berbagai masalah, yaitu unsur hara besi (Fe). Besi (Fe) diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero (Fe2+). Didalam tubuh tanaman kandungan Fe sekitar 80% terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma. Mekanisme penyerapan Fe jika dilihat berdasarkan ikatan dan ukuran ion Fe, maka hara ini lebih cepat diserap lewat daun dibandingkan dengan penyerapan lewat akar. Oleh karena itu  pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe pemupukan lewat daun lebih ekonomis dan efisien.
Bagi tanaman kadar Fe sebesar 50 - 250 ppm dinilai cukup bagi seluruh proses metabolisme maupun fisilogis tanaman. Berdasarkan penjelasan diatas walaupun Fe 3+ dapat di absorpsi oleh tanaman, tetapi dalam proses fisiologis dan metabolisme ion Fe 2+ yang aktif diserap tanaman. 
Berperan dalam proses penyusun berbagian bagian terpenting tanaman yaitu klorofil, kloroplas dan protein-protein. Selain itu beberapa enzim seperti Sitokrom merupakan jens enzim yang tersusun atas Fe Porifirin. Manfaat lain Fe adalah komponen pemindah elektron dalam metabolisme, contoh reduksi N2, reduktase sulfat, reduktase nitrat dsb. Meskipun unsur besi dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit, unsur Fe memegang peran pada proses-proses fisiologis tanaman. Proses tersebut adalah pernapasan, selain itu Fe berfungsi juga sebagai bio-aktifator dalam proses biokimia didalam tubuh tanaman, dan terakhir peran Fe adalah pembentuk beberapa enzim.
Kelebihan dan kekurangan unsur hara ini sangat dirasakan oleh tanaman. Kekurangan hara Fe  dapat menyebabakan proses terhambatnya pembentukan klorofil dan kloroplas. Sehingga muncullah gejala klorosis baik ringan (Daun berwarna hijau pucat atau kekuningan pada tulang daun), klorosis sedang (daun baru menguning, tetapi tulang daun normal) dan klorosis berat ( daun berwarna kuning pucat, tulang daun tidak hijau dan daun-daun mulai gugur). Ketika kekurangan beranlanjut pada akhirnya juga penyusunan protein menjadi terganggu. Sedangkan ketika jumlah hara Fe kebutuhan normal tanaman yaitu berkisar 40-250 ppm, maka yang terjadi adalah nekrosis. Nekrosis merupakan rusaknya jaringan tanaman yang ditandai dengan bintik hitam pada daun, batang dan ranting.
Berdasarkan hasil praktikum, dari berbagai perlakuan memang terbukti menunjukkan betapa tanaman membutuhkan akan unsur hara Fe dalam dosis tertentu. Tanaman kontrol terlihat tidak lebih sehat daripada tanaman dengan perlakuan Fe. Diperkirakan terdapat gejala kekurangan Fe pada perlakuan kontrol karena mula-mula terlihat pada daun terung muda tidak sehat bahkan tumbuh tidak semestinya. Hal ini dapat disebbkan karena minimnya jumlah Fe dalam tanah sehingga tidak ditranslokasi dari bagian daun tua ke bagian meristem.
2. Mangan (Mn)
            Unsur hara Mangan diserap tanaman dalam bentuk ion Mn++.  Hara Mn diserap tanaman dalam bentuk kompleks khelat. Mn dalam tanaman bersifat tidak dapat bergerak atau beralih tempat yang sering disebut sebagai hara imobile. Didalam tanah Mn berbentuk senyawa oksida, karbonat dan silikat dengan nama pyrolusit (MnO2), manganit (MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit (MnSiO3).
Kandungan Mn normal dalam tanaman berkisar antara 20-500 ppm. Kasus kekuranga hara Mn terjadi bila kadarnya hanya 15-25 ppm. Hara Mangan diabsorpsi tanaman dalam bentuk ion Mangano, Mn 2 + dan juga dalam bentuk molekul senyawa kompleks organik. Berasarkan ukuran dan sifat ion Mn , maka tanaman lebih sering menyerap hara ini melalui daun.
Berperan sebagai penyusun ribosom, dapat mengaktifkan polimerase, aktivator sintesis protein, dan juga berperan dalam pemecahan karbohidrat. Namun lebih spesifiknya Mangan berperan sebagai activator bagi enzim utama dalam siklus krebs. Siklus rebs merupakan seri reaksi yang terjadi dalam tubuh mitokondria tanaman yang membawa katabolisme residu asetil, kemudian membebaskan ekuivalen ion hidrogen, melalui proses oksidasi menyebabkan pelepasan dan penangkapan ATP sebagai kebutuhan energi jaringan tanaman.  Selain itu Mn juga dibutuhkan tanaman untuk memperlancar fungsi fotosintetik didalam kloroplas.
Kekahatan dan defisiensi unsur Mn juga sangat dirasakan oleh tanaman. Defisiensi unsur Mn mirip dengan akibat Fe yaitu klorosis pada daun muda. Pembeda antara gejala akibat Fe dan Mn, jika diakibatkan Mn klorosis lebih banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua, bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda.
3.Seng (Zn)
Hara Zn akan diabsorbsi oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Mekanisme penyerapa Zn diserap dalam bentuk kompleks khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsure mikro lain, Zn dapat diserap lewat daun.
Kadar Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam tanaman hanya berkisar antara 20-70 ppm. Sedangkan mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan ZnSiO4).
            Hara selanjutnya paling banyak berperan sebagai bioaktivator enzim, yaitu Zn. Berikut peran unsur Zn yaitu, pengaktif enzim anolase, enzim aldolase, asam oksalat dekarboksilase, enzim lesitimase, enzim sistein desulfihidrase, enzim histidin deaminase, enzim super okside demutase (SOD), enzim dehidrogenase, karbon anhidrase, enzimproteinase dan peptidase. Juga berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel dan ruas batang. Berdasarkan peran tersebut tidak salah peran utama Zn adalah bioaktivator enzim dalam tubuh tanaman. Dalam jumlah sangat sedikit hara Zn dapat berperan dalam mendorong perkembangan pertumbuhan. Selain itu Zn secara tampak berperan dalam pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan biji atau buah.
Adapun gejala kelebihan dan defisiensi Zn antara lain , tanaman tumbuh kerdil, ruas-ruas batang memendek, daun mengecil dan mengumpul (resetting) kemudian klorosis dan nekrosis pada daun-daun muda.
4. Tembaga (Cu)
Hara Cu akan diserap tanaman dalam bentuk ion Cu++ dan juga diserap dalam bentuk senyawa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate acid).  Dalam tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4), luvigit (Cu3AsS4), tetrahidrit [(Cu,Fe)12SO4S3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit [Cu2(OH)2CO3], adirit [(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4].
            Pada umumnya kadar Ketersediaan Cu didalam tanah yang normal adalah 0,1-4 ppm dan sedangkan kebutuhan normal tanaman berkisar antara 5-20 ppm. Gejala defisiensi muncul bila kadarnya menjadi lebih kecil dari 4 ppm. Mekanisme penyerpanan yaitu Tembaga yang diambil tanaman dalam bentuk ion kupri Cu2+, dan dalam bentuk molekul kompleks organik yang lain. Berdasarkan sifat dan bentuk ionnya hara ini akan lebih efektif jika disemprotkan di daun tanaman.
Unsur hara mikro selanjutnya adalah tembaga (Cu). Fungsi hara ini adalah mengaktifkan enzim dalam proses generatif tanaman yaitu sitokromoksidase, askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Cu juga berperan dalam metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin. Selain itu penelitian terbaru Cu dapat digunakan tanaman sebagai senyawa antibody (dalam bentuk Cu(OH)2 yang berguna menangkal dan mematikan penyakit yang masuk dan menetralisir senyawa NH3 yang berlebih dalam tubuh tanaman.
            Untuk gejala defisiensi dan kekahatan Cu antara lain: proses generatif pembungaan dan pembuahan terganggu, warna daun muda berubah kuning dan kerdil, daun-daun lemah dan layu, pucuk atau tajuk klorosis, batang dan tangkai daun lemah akhirnya dapat terjadi mati pucuk tanaman (die back).
5. Molibdenum (Mo)
Hara Molibdenum akan diserap oleh tanaman dalam bentuk ion MoO4-. Pada umumnya tanah jenis mineral cukup mengandung  Mo. Contoh mineral lempung yang terdapat di dalam tanah yaitu molibderit (MoS), powellit (CaMo)3.8H2O. Sedangkan pada tanah gambut atau tanah organik sering terlihat adanya gejala defisiensi Mo. Kasus tanah yang disawahkan akan menyebabkan kenaikan ketersediaan Mo dalam tanah, karena dilepaskannya akan Mo dari ikatan Fe (III) oksida menjadi Fe (II) oksida hidrat. Kadar normal dalam Mo bagi tanamantanaman adalah kurang dari 1 ppm, tetapi kurang dari 0.2 ppm tanaman akan mengalami kekurangan Mo. 
            Fungsi dan peran Mo yang utama adalah Mo mampu mengikat (fiksasi) N oleh mikroba pada leguminosa. Sedangkan untuk tanaman non-legum maka Mo menjadi katalisator dalam mereduksi N. Lebih spesifiknya Mo dalam tubuh tanaman mampu mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan xantine oksidase.
Karena Molibdenum berhubungan dengan Nitogen, gejala yang timbul karena kekurangan Mo hampir menyerupai kekurangan N. Kekurangan Mo dapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun berubah menjadi pucat dan mati dan pembentukan bunga sebagai proses generatif terlambat. Gejala awal defisiensi Mo dimulai dari daun bagian tengah dan daun bawah. Daun awalnya menjadi kering kelayuan, tepi daun  menggulung dan daun umumnya sempit. Bila defisiensi berat, maka lamina daun hanya terbentuk sedikit sehingga kelihatan tulang-tulang daun lebih dominan.
6. Boron (B)
            Unsur hara selanjutnya adalah Boron, unsur ini diambil oleh tanaman dalam bentuk anion borat. Bentuk ion Boron dalam tanah adalah asam borat (H2BO3) dengan kadarnya berkisar antara 7-80 ppm. Namun boron yang tersedia bagi tanaman hanya 5% dari kadar total boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari tanah ke akar tanaman hingga bagian atas tanaman melalui proses aliran masa dan difusi.  Kada Borom dalam tanaman berbeda antar mono dan dikotil. Kalau monokotil berkisar antara 6 - 18 ppm dan sedangkan dikotil antara 20 - 60 ppm. 
Pada prinsipnya tanaman tidak membutuhkan hara boron dalam jumlah besar, namun keberadaan unsur ini sangat penting karena boron dapat mengatur penyerapan makanan dan membantu tanaman untuk membuat jaringan baru. Oleh karena itu fungsi boron adalah sangat esensial untuk perkembangan tunas dan buah. Lebih spesifiknya boron ada dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol ketika pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel-sel baru.
            Untuk akibat dari kelebihan dan defisiensi hara mikro ini antara lain: pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), pada tanaman umbi maka umbi-umbi kerdil, percabangan berlebihan,  mobilitas rendah, mudah terserang penyakit dan akhirnya nekrosis.
7. Klor (Cl)
            Nutrisi atau hara Cl diambil oleh tanaman dalam bentuk anion klorida. Anion klorida terdapat dalam jumlah cukup pada. Kadar Cl dalam tanaman biasanya berkisar antara 0,2 - 2%. Chlor diabsorpsi atau diserap tanaman dalam bentuk Cl .
            Hara ini merupakan hara esensial mikro yang mempunyai fungsi cukup penting bagi pertumbuhan dan fisiologi tanaman.  Klor dapat  berfungsi sebagai sarana pemindah hara tanaman, meningkatkan proses osmosis pada sel dan mencegah plasmolisis. Dalam proses fisiologi tanaman Cl berperan dalam fotosistem II dari proses fotosintesis, khususnya dalam evolusi oksigen. Meskipun unsur Cl begitu penting dalam fisiologis, belum banyak penelitian tentang unsur yang ini, disamping kurangnya literatur yang menulis tentang Cl ini secara mendetail dan jelas.
Adapun gejala kelebihan dan defisiensi klor pada intinya pertumbuhan daun yang tidak normal. Hal ini diawali pola percabangan akar abnormal, terganggunya serapan hara, daun lemah dan layu dan warna daun berubah keemasan (bronzing).

8. Cobalt (Co)
            Coblat (Co) merupakan hara yang memang belum banyak diketahui peranannya dalam proses metabolisme dan fisiologis tanaman. Penelitian awal menemukan Co dibutuhkan oleh tanaman tingkat rendah, namun akhir-akhir ini oleh para peneliti menemukan Co dalam tubuh bakteri rhizobium. Di dalam rhizobium Cobalt ternyata merupakan pembentuk vitamin B12 (cyanicibalamine), yang sangat penting untuk pembentukan heamoglobin dan diperlukan untuk fiksasi nitrogen. Oleh karena itu hara ini sangat penting bagi tanaman jenis Leguminoceae. 
9. Natrium (Na)
            Unsur hara mikro selanjutnya adalah Natrium (Na). Hara ini pada dasarnya belum diakui termasuk unsur esensiil, karena  hanya diketahui essensiil bagi tanaman-tanaman dari golongan C 4 saja. Fungsi Natrium dalam proses fisiologi memang belum banyak diketahui, tetapi beberapa yang telah hipotesis menunjukkan adalah Natrium berperan dalam akumulasi asam eksalat, bersama dengan K, bekerja dalam pembukaan stomata, dan mengatur reduktase nitrat.
10. Silikat (Si)
            Selain Co dan Na yang memang belum banyak diketahui peran pentingnya terhadap metabolimse dan fisiologi tanaman, maka terdapat satu hara lagi yang juga demikian yaitu Silikat (Si). Memang fungsi Si dalam proses metabolisme dan fisiologi tanaman belum ditemukan. Namun Si beberpa penelitian terdahulu nampaknya Si berpengaruh dalam menjaga agar daun-daun tidak terkulai, meningkatkan resistensi atau ketahanan terhadap hama, dan meningkatkan daya oksidasi akar sehingga tanaman padi lebih toleran terhadap kelebihan hara Fe.
Jadi hara mikro yang dibutuhkan oleh tanaman berjumlah 10 hara yaitu, Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Molibdenum (Mo), Boron (B), Natrium (Na),  Klor (Cl), Cobalt (Co), dan Silikat (Si). Unsur hara ini sering disebut sebagai unsur hara mikro atau “Mikro Nutrient”. Meskipun hanya dibutuuhkan tanaman dalam jumlah sedikit , tetapi hara yang sangat sedikit ini sangat menunjang keberhasilan proses-proses metabolisme dan fisiologi tanaman.

Praktikum Klinik Tanaman yang dilaksanakan  adalah mengenai analisa dan identifikasi gejala defisiensi dan kelebihan unsur hara mikro pada tanaman. Tanaman yang dijadikan indikator adalah tanaman terong yang ditumbuhkan dalam media pasir steril. Terong tersebut ditanam dalam 6 polyback dan setiap polyback terdapat 2 tanaman. Perlakuan yang diterapkan adalah kontrol, larutan yoshida dengan Fe dan larutan yoshida tanpa Fe. Sedangkkan parameter yang digunakan dalam praktikum ini adalah tinggi tanaman, jumah daun, panjang daun, lebar daun serta gejala yang ditimbulkan akibat perlakuan. Beriku adalah grafik dari berbagai perlakuan tersebut :

Grafik 1. Tinggi Tanaman Terung

            Parameter tinggi tanaman diperoleh berdasarkan pengamatan setiap 3 hari sekali dan pengamatan dilakukan dari h-0 hingga h-27. Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui data tinggi tanaman terbaik adalah tanaman dengan perlakuan larutan Yoshida + Fe pada hari ke 27 pengamatan yaitu 10,9 cm. Sedangkan tinggi tanaman  perlakuan Yoshida – Fe hanya selisih sedikit yaitu 10,8 cm. Untuk perlakuan kontrol selalu menduduki angka tinggi tanaman terendah tiap minggunya bahkan hanya mencapai 9,67 cm di akhir pengamatan.

 Grafik 2. Jumlah Daun


Grafik 3. Panjang Daun






Grafik 4. Lebar Daun

            Garfik jumlah daun, panjang daun dan lebar daun merupakan grafik dari data pengamatan yang diperoleh pada pengamatan 1 minggu sekali. Berdasarkan Grafik Jumlah Daun, setelah dilakukan pengamatan hingga 28-hst dapat diketahui panjang daun terbaik adalah tanaman terong dengan perlakuan larutan Yoshida + Fe yaitu 5 daun. Sedangkan perlakuan kontrol dan Yoshida –Fe hanya bisa menumbuhkan rata-rata 4 daun hingga 28-hst.  Untuk Grafik Panjang Daun data panjang daun yang terbaik justru pada tanaman kontrol ulangan ke-2 yaitu 5,7 cm. Sedangkan perlakuan Yoshida + Fe hanya mempunyai daun dengan panjang 5 cm dan perlakuan Yoshida - Fe hanya mempunyai daun dengan panjang 4,7 cm. Data terakhir adalah Grafik Lebar Daun, yang sekali lagi menunjukkan keterangan terbaik pada perlakuan Yoshida + Fe. Pada perlakuak Yoshida + Fe setelah 28-hst daun tanaman terung pada ulangan ke-2 mencapai lebar 4,6 cm. Sedangkan perlakuan kontrol memiliki tanaman dengan rata-rata lebar 4 cm lebih baik dari pada perlakuanYoshida – Fe hanya memiliki tanaman dengan rata-rata lebar daun 3 cm.

Untuk meningkatkan tingkat akurasi data maka pada pengamatan terakhir dilakukan pula identifikasi gejala morfologi tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan maka rata-rata semua tanaman terung terserang kutu kebul hingga mengakibatkan embun jelaga. Namun yang membedakan adalah pada perlakuan Yoshida – Fe tanaman terung terlihat memiliki gejala tambahan berupa pucuk daun putih dan daun bercak kuning. Gejala tersebut kemungkinan besar diakibatkan oleh kurangya unsur hara Fe sehingga menyebabkan kurang sehatnya daun dan mudahnya daun terjangkit oleh penyakit tanaman.
Berdasarkan data grafik tinggi tanaman terung,  grafik jumlah daun, grafik panjang daun dan grafik lebar daun dan ditegaskan oleh gejala morologi tanaman maka perlakuan Yoshida + Fe adalah perlakuan terbaik diantara perlakuan lain. Hal ini benar-benar menunjukkan bahwa Fe adalah unsur mikro esensiil bagi tanaman dan keberadaanya sangat dibutuhkan tanaman.  Kekurangan unsur hara Fe memang sangat dirasakan oleh tanaman karena salah satu dampak menyebabakan proses terhambatnya pembentukan klorofil dan kloroplas (Salisbury dan Ross, 1995). Oleh karena itu jika data terung perlakuan Yoshida
 – Fe tanaman tidak bisa menumbuhkan daun secara maksimal, memang wajar karena Fe berperan penting dalam bagian daun tanaman.
            Rekomendasi yang dapat diberikan adalah selalu mengusahakan menggunakan pupuk mikro lengkap yang mengandung Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Molibdenum (Mo), Boron (B), Natrium (Na),  Klor (Cl), Cobalt (Co), dan Silikat (Si) tentunya dalam dosis yang tepat budidaya tanaman. Khususnya dalam budidaya tanaman terung telah dibuktikan dengan data hasil praktikum.







BAB 5 PENUTUP.

5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan praktikum “Defisiensi dan Kelebihan Unsur Hara Tertentu Pada Tanaman” maka dapat diatrik kesimpulan sebagai berikut :
1.Unsur hara mikro sangat dibutuhkan tanaman meskipun dalam jumlah yang sedikit.
2. Setiap unsur hara mikro memiliki karakteristik (bentuk yang dapat diabsorpsi tanaman, peran, gejala kelebihan dan kekurangan).

5.2 Saran
            Untuk perbaikan kedepannya asisten diharapkan memperbaiki beberapa sistem praktikum agar praktikan dan asisten tidak mengalami berbagai kendala ketika berlangsungnya praktikum.

















DAFTAR PUSTAKA
Afrousheh dkk. 2010. Visual Deficiency And Multi-Deficiency Symptoms Of Macro And Micro Nutrients Element In Pistachio Seedling (Pistacia vera).   Agriculture College Tehran University, 1(5):37-52.

Djajadi. 2008.  Pengaruh Pupuk Majemuk Terhadap Hasil Dan Mutu Tembakau Virginia Di Bondowoso, Jawa Timur. Littri ISSN 0853 – 8212, 14(3):95-100

Jerome J dkk. 2011. Nutrient Deficiences And Their Sympromps In Upland Rice. ISSASS, 7(1):59-67

Juliati, S.  2008. Pengaruh Pemberian Zn dan P terhadap Pertumbuhan Bibit Jeruk Varietas Japanese citroen pada Tanah lnseptisol. Hortikultura, 18(4):409-412

Jumin, Hasan Basri. 2010. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Lakitan, Benyamin. 2012. Dasar – dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Reijntjes C dkk. 1992. Pertanian Masa Depan. Yogjakarta: Ileia Kanisius Press

Sarief, Saifuddin. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana

Suparwoto dan Waluyo. 2012. Peningkatan Pendapatan Petani Cabe Merah Melalui Perbaikan Teknologi Usahatani Di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Pembangunan Manusia, 6(1):  1-11

Suswati dkk. 2012. Pertumbuhan Dan Produksi  Rumput Benggala (Panicum maximum) Pada Berbagai Upaya Perbaikan Tanah Salin. Animal Agricultural, 1(1): 297–306.


No Response to "IDENTIFIKASI GEJALA DEFISIENSI DAN KELEBIHAN UNSUR HARA MIKRO PADA TANAMAN"

Posting Komentar