Bayu Gusti
Saputra
|
Perakitan Klon
Unggul Baru Untuk Meningkatkan
Produksi Tanaman
Sampai
hari ini, diketahui sudah cukup banyak DNA tumbuhan yang sudah dikloning. Tujuan
utama dari pembentukan klon adalah diperoleh anakan yang minimal memiliki sifat
yang sama dengan induknya, namun diharapkan anakan tersebut dapat memiliki
sifat yang lebih baik dari induknya, atau yang sering disebut Klon Unggul. Perakitan klon dapat
diperoleh dari berbagai macam cara baik pembiakan vegetatif maupun generatif,
namun memiliki tujuan yang sama yaitu menemukan jenis baru yang bersifat lebih
baik dari induknya.
Perakitan klon unggul memiliki beberapa tujuan, diantaranya
yang paling utama adalah meningkatkan produksi tanaman, umur genjah, meningkatkan kualitas (rasa, warna maupun ukuran)
dan menciptakan klon tanaman yang tahan
terhadap pengganggu (biotik dan abiotik). Di Indonesia banyak
peneliti yang telah menemukan klon-klon unggul berproduksi tinggi, diantaranya yang
dilakukan pada tanaman karet. Klon karet yang dianjurkan dapat berupa hasil
seleksi klon-klon introduksi atau hasil persilangan sendiri. Kegiatan seleksi
klon-klon karet merupakan satu rangkaian dalam kegiatan pemuliaan yang
senantiasa berkembang, baik metode maupun materi yang diuji. Klon-klon anjuran
tersebut dievaluasi setiap 2 tahun melalui lokakarya pemuliaan tanaman karet,
yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
Karet. Klon unggul untuk tanaman karet terus dikembangkan oleh pusat
penelitian karet
Sebelum
kayu karet memiliki nilai ekonomis, lateks merupakan hasil utama yang
dimanfaatkan dari tanaman karet. Oleh karena itu, sampai sekarang sasaran
utama program pemuliaan tanaman karet adalah menghasilkan klon dengan potensi
produksi lateks yang tinggi. Seleksi klonal telah berkembang dengan pesat
sejak diperkenalkan teknik okulasi, dan telah menghasilkan sejumlah klon karet
unggul dengan potensi produksi lima kali lebih tinggi dari potensi produksi
tanaman semaian.
Tindakan
pemuliaan karet secara prinsipil tetap berorientasi kepada perolehan produksi
lateks yang optimal selama siklus ekonomi karet. Pemuliaan karet yang
dijalankan pada saat ini disesuaikan dengan perkembangan industri karet
nasional maupun kebutuhan pasar internasional. Sesuai dengan perkembangan
agribisnis karet, ternyata sekarang kayu karet menjadi produk yang bernilai
ekonomi, maka sasaran produksi optimal harus diselaraskan dengan laju
pertumbuhan yang tinggi.
Berdasarkan
kepada pola produksi tanaman karet sejak awal penyadapan sampai lanjutan dan
kecepatan pertumbuhan batang, baik pada masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
maupun pada masa Tanaman Menghasilkan (TM), maka perakitan klon unggul baru
berproduksi optimal memiliki 3 tipe yaitu :
1. Klon penghasil lateks, dengan ciri rata-rata produksi awal tinggi (>1500
kg/ha/th), kemudian meningkat secara perlahan pada tahun berikutnya dan
memiliki pertumbuhan batang yang kurang jagur (pertambahan lilit batang pada
masa TBM. Klon Penghasil Latek diantarnya adalah BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 217, PB 260, PR
261, PR 255, PR 300, RRIM 600.
2. Klon penghasil lateks dan kayu, dengan ciri rata-rata produksi awal sedang (1.000 – 1.500
kg/ha/th), kemudian meningkat secara cepat pada tahun berikutnya dan memiliki
pertumbuhan batang yang sedang (pertambahan lilit batang pada masa TBM 11 - 13
cm dan pada masa TM 4 - 5 cm). Klon penghasil lateks dan kayu diantaranya
adalah IRR, HP, AVROS
2037, BPM 1, PB 330, RRIC 100, TM 2 dan TMN 6
Materi
pemuliaan untuk merakit klon lateks-kayu yaitu dengan memanfaatkan sumber
genetik plasma nutfah hasil ekspedisi IRRDB 1981. Persilangan yang progresif
antara klon penghasil lateks tinggi dengan genotipe terpilih plasma nutfah
IRRDB 1981 yang memiliki pertumbuhan tegap, serta karakteristik lain yang
menguntungkan telah dimulai tahun 1991. Disamping itu seleksi terhadap genotipe
hasil persilangan dengan material Wikcham menghasilkan beberapa klon IRR seri –
00 dan seri – 100 yang memiliki pertumbuhan tegap.
Klon
harapan IRR seri – 00 yang memperlihatkan produksi terbaik rata-rata 5 tahun
sadap dengan volume kayu yang tinggi adalah IRR 5, IRR 21, IRR 30, IRR 32, IRR
39, IRR 42 dan IRR 54. Potensi produksi berkisar antara 1258 – 1714 kg/ha
dengan volume kayu bebas cabang antara 0,65 – 1,41 m3/pokok. Klon IRR seri –
100 yang diseleksi dengan produksi karet kering (rata-rata tiga tahun sadap
pertama), dan memiliki pertumbuhan yang jagur pada masa TBM. Klon IRR seri –
100 yang terpilih tersebut, secara umum dapat disadap pada umur kurang dari 4
tahun. Dari HP 90, telah diseleksi lima klon IRR seri – 200 yaitu IRR 205, IRR
206, IRR 208, IRR 211 dan IRR 220 yang memperlihatkan potensi produksi lateks
tinggi pada tahap awal dan pertumbuhan yang jagur pada masa TBM.
3. Klon penghasil kayu, yaitu klon dengan ciri rata-rata produksi awal rendah. Sebanyak
10 klon penghasil kayu yang terdiri dari IRR 70, IRR 71, IRR 72 IRR 73, IRR 74,
IRR 75, IRR 76, IRR 77, IRR 78, IRR 79 telah diseleksi dari populasi plasma
nutfah IRRDB 1981. Genotipe yang terpilih memiliki pertumbuhan yang sangat
jagur dengan batang utama yang lurus dan tinggi sehingga menghasilkan volume
kayu bebas cabang yang besar, tetapi produksi lateksnya sangat rendah. Genotipe
penghasil kayu ini, akan dikembangkan sebagai tanaman pola integrasi karet-karet
yaitu suatu model penanaman bersama antara klon penghasil kayu dan klon
penghasil lateks. Produksi kayunya dapat dipanen secara bertahap mulai umur 5
tahun, 15 tahun dan 20 tahun sehingga dapat memenuhi kebutuhan mulai dari
industri MDF (Medium Density Fibre) sampai pabrik kayu prabot. Kajian kearah
ini sedang berjalan melalui penelitian pengembangan perbaikan sistem penanaman.
Rata-rata produksi kayu genotipe terpilih mencapai > 1 m³/pohon pada umur 16
tahun. Beberapa genotipe bahkan memperlihatkan produksi kayu yang sangat
tinggi, > 2 m³/pohon seperti terlihat pada.
Dari data dilapangan sampai dengan
akhir 2010, permintaan bibit karet klon unggul, oleh petani perorangan,
perusahaan swasta dan pemerintah, masih sangat tinggi, sementara jumlah bibit
ditingkat petani penangkar sangat terbatas. Hal ini menimbulkan keinginan
petani lain yang bukan penangkar, ikut membuat bibit karet, meskipun bibit yang
dihasilkan belum sesuai dengan yang diharapkan.
Oleh karena itu
secara teknis sangat diperlukan pembinaan dan pengawasan, oleh instansi
terkait, sehingga diharapkan kedepannya para petani bisa menjadi penangkar dan
bisa memproduksi bibit karet yang berkualitas sesuai dengan teknologi anjuran.
Untuk itu sebagai informasi dan ilmu pengetahuan dilapangan bagi PPL dan
penangkar, menurut Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi dijelaskan secara ringkas
tentang langkah-langkah untuk bisa menghasilkan bibit karet klon unggul yang
berkualitas
1.
Pembangunan Kebun Entres
-
Lahan harus bersih dari sisa tunggul
-
Menggunakan Klon anjuran Generasi ke-3 dan ke-4
-
Lubang tanam 60 x 60 X 60 cm dengan jarak tanam 1 X 1 m
-
Batas blok per klon 2 meter
-
Perawatan secara intensif (wiwilan, pemupukan sesuai anjuran dan penyiangan)
-
Pemanenan entres setelah 4 payung
2. Pembangunan Batang Bawah
-
Benih berasal dari kebun induk klon anjuran
-
Pembuatan bedengan menggunakan pasir 10 cm
-
Pendederan, biji disusun tengkurap dengan jarak 1 cm
-
Penyiraman dilakukan 1 hari sekali
-
Pemindahan ke lapangan pada stadium jarum 7 hari s/d 21 hari
-
Pemupukan dilakukan sesuai anjuran
-
Pengendalian hama dan penyakit serta gulma
-
Lakukan pemotongan batang bawah 1 – 2 minggu sebelum pencabutan stum
3. Okulasi
-
Lilit batang 5-7 cm atau umur 6 bulan (okulasi hijau)
-
Batang bawah sehat dan daun pucuk sudah tua, menggunakan mata prima
-
Matang okulasi minimal 1 bulan
-
Lakukan pemotongan batang bawah 1 – 2 minggu sebelum pencabutan stum
4. Penaman bibit
-
Bibit prima, minimal tinggi tunas 20 cm, lingkar tunas 0,3 cm
-
Umur 3 bulan atau 1 payung daun pucuk tua siap ditanam dilapangan .
Usaha
peningkatan produktivitas tanaman karet baik pada tingkat perusahaan swasta
maupun secara nasional, dapat dilaksanakan
dengan menanam klon-klon unggulan terbaru. Sekarang karet merupakan komoditi ekspor
yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia.
Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya
peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun
1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada
tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa
non-migas. Oleh karena itu penemuan klon-klon karet unggul dengan tingkat
produksi lebih sangatlah bermanfaat, dan diharapkan akan muncul lagi penemuan
klon-klon unggul dari tanaman lain yang dapat meningkatkan hasil produksi.
Daftar Pustaka
Alqamari,
Muhammad. 2010. Budidaya Karet Dengan
Pola Tanam Ganda Untuk Meningkatkan Hasil Produksi Karet (Hevia brasiliensis muel Arg). Hasil
Laporan PKL. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
BinaUKM.2012. Klon Unggul Tanaman Karet Dalam Budidaya
Tanaman Karet (blog online),(http://binaukm.com/2010/04/klon-unggul-tanaman-karet-dalam-budidaya-tanaman-karet.htm,
diakses pada 26 September 2012).
Diranto, Raul. 2012. Pemuliaan Tanaman - Metode Pemuliaan Tanaman Karet (blog online), (http://wwwraultobing.blogspot.com/2012_07_01
_archive.html,
diakses tanggal 26 September 2012).
Istyhafid.2010. Kloning, Aplikasi
dari Teknologi DNA Rekombinan (blog online),(http://greatminds2.wordpress.com/2010/04/17/kloning-aplikasi-dari-teknologi-dna-rekombinan/htm, diakses pada
26 September 2012).
Joko Supriyanto. 2010. Teknologi
Pembibitan Okulasi Karet Klon
Unggul. Jambi : Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi.
No Response to "Perakitan Klon Unggul Baru Untuk Meningkatkan Produksi Tanaman"
Posting Komentar