UNIVERSITAS
JEMBER
FAKULTAS
PERTANIAN
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM
FISIOLOGI TUMBUHAN DASAR
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA :
BAYU
GUSTI SAPUTRA
NIM :
111510501152
GOL/KELOMPOK : KAMIS/4
ANGGOTA : 1. M. NUR YASIN 111510501121
2. FAISHAL IRFANDI 111510501147
3. NOVIA AYU S 111510501151
4. BAYU GUSTI S 111510501152
5.
ANGGI
RAHAY U W 111510501153
6.
YULI
ARISTA 111510501154
JUDUL ACARA :
BATAS KRITIS UNSUR HARA (N)
DAN PENGUKURAN KANDUNGAN
KLOROFIL PADA TANAMAN
TANGGAL
PRAKTIKUM : 12 APRIL 2013
TANGGAL
PENYERAHAN : 14 APRIL 2013
ASISTEN :
1. MOH. AMINNUDDIN
2. ASRI RINA H
3. FAJAR FIRMANSYAH
4. FAKHRUSY ZAKARIYYA
5. KHUSNUL
KHOTIMAH
6. NORMA
LAILATUN NIKMAH
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Petani di Indonesia memiliki kecenderungan hanya memasok
unsur N ke dalam tanah melalui pupuk urea. Hal tersebut terbukti bahwa pupuk
urea menduduki peringkat tertinggi tingkat penjualan pupuk buatan. Padahal kebutuhan
N pada tanaman ada batasannya dan tidak hanya unsur N saja yang dibutuhkan
dalam proses metabolisme dan fisiologis tanaman. Meskipun memamang benar bahwa
unsur hara N merupakan unsur hara makro yan bersifat esensial dan mutlak
dibutuhkan oleh tanaman. Fungsi dari unsur N juga tidak bisa digantikan oleh
unsur hara lain, dan apabila unsur ini tidak terpenuhi maka tanaman tidak dapat
menyelesaikan siklus hidupnya secara normal. Namun lepas dari segala manfaat
dan pentingnya unsur N, jika kandungan unsur N telah melebihi batas kebutuhan
tanaman, justru keracunan yang akan dialami oleh tanaman. Selain itu dampak
negatif lain yang muncul akibat kelebihan unsur N akan menimbulkan gejala daun
berubah pucat dan mudah rontok, pertumbuahan tanaman terhambat, fase vegetatif
terlalu lama dan tanaman tidak kunjung berbuah kemudian yang terjadi adalah
klorosis dan diikuti nekrosis (kematian).
Pada
dasarnya unsur N (nitrogen) telah tersedia di alam sehingga dapat mencukupi
untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman. Tetapi tingkat ketersediaan unsur N
di suatu tempat tidak akan sama dengan tempat lain, ada yang tergolong cukup
atau kaya akan unsur N sehingga tanaman akan tumbuh subur disekitarnya, ada
pula yang kekurangan unsur N sehingga pertumbuhan tanaman tersebut akan
terhambat. Setiap tanaman juga tidak akan sama kebutuhan akan unsur haranya.
Tanaman budidaya termasuk dalam jenis tanaman yang membutuhkan unsur hara yang
kompleks, hal tersebut karena dengan sengaja pada suatu lahan secara bersamaan
ditanami tanaman tertentu sehingga dibutuhkan unsur hara yang sama dan merata
pada setiap tanaman. Namun setiap hari persediaan unsur hara di alam jumlahnya
akan terus berkurang, yang jelas diakibatkan oleh penyerapan tanaman itu
sendiri. Oleh karena itu para petani secara intensif akan melakukan pemupukan
untuk mencukupi kebutuhan hara tanamannya.
Ketika tanaman memasuki masa
vegetatif, maka tanaman sangat membutuhkan unsur hara N, sehingga saat itu unsur
hara N berperan vital bagi tanaman. Unsur hara ini memiliki fungsi utama
mensintesis klorofil yang kemudian digunakan tanaman dalam proses fotosintesis.
Klorofil merupakan komponen terpenting tanaman yang menjadikan tanaman dapat
membuat makanannya sendiri. Oleh karena itu segala bentuk usaha meningkatkan
produksi suatu tanaman, jika ditinjau dari fisiologi tanaman maka langkah yang
benar adalah memaksimalkan fungsi dan kinerja klorofil tanaman. Unsur hara
Nitrogen sangat berperan dalam pembentukan dan kinerja klorofil, hal tersebut
yang menjadikan hara N harus diberi perhatian khusus dibandingkan unsur hara
lain.
Oleh karena itu
diperlukan pengujian untuk mendeteksi batas kritis suatu tanaman terhadap kandungan unsur hara N sehingga diharapkan dapat diketahui data yang akurat mengenai kebutuhan tanaman akan
unsur hara N.
Pengujian batas kritis unsur hara
ini bisa dilakukan dengan menganalisis klorofil suatu tanaman.
1.2 Tujuan
Untuk
mengetahui batas kritis suatu unsur hara pada tanaman.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut
Bojović dan Marković (2009) Kandungan nitrogen suatu wilayah dapat diketahui
melalui identifikasi klorofil. Nitrogen yang merupakan unsur hara mobile
diketahui dapat tinggal didalam tanaman bahkan diseluruh jaringan tanaman,
namun kandungan tertinggi nitrogen ada di bagian klorofil daun-daun dewasa yang terdapat dibagian bawah batang
tanaman. Daun yang sudah dewasa dipastikan mempunyai klorofil yang lebih
banyak, lebih kuat dan lebih produktif menghasilkan makanan sehingga dibutuhkan
pula katalisator berupa unsur N yang banyak. Tandai lain yang dapat diamati
dari penampakan luar adalah berubahnya warna daun dewasa menjadi kemerahan
akibat terlalu banyak nitrogen yang terserap, nitrogen tersebut justru memacu
terbentuknya “anthosianin” (Bojović dan Marković ,2009)
Unsur hara yang memiliki peran
penting ketika tanaman memasuki fase vegetatif adalah unsur Nitrogen. Unsur ini memiliki peran mensintesis klorofil
yang kemudian dimanfaatkan dalam proses fotosintesis. Sedangkan untuk tanaman Rosela
sp, unsur nitrogen tidak hanya mempengaruhi sintesa protein namun mendorong
produksi kelopak bunga. Tanaman pada
prinsipnya tidak dapat menyerap unsur hara dalam bentuk kompleks, tetapi
tanaman menyerap nitrogen dalam bentuk ion NH4 dan NO3-.
Namun masalah yang sering muncul saat budidaya tanaman obat Rosela sp adalah kekurangan Nitrogen.
Gejala yang timbul akibat kekurangan nitrogen adalah terhambatnya pertumbuhan
tanaman atau tanaman kerdil yang ditandai dengan perubahan warna daun yang
semula hijau menjadi hijau pucat bahkan hijau kekuningan. Selain perubahan
warna, gejala muncul adalah klorosis yang kemudian diikuti nekrosis pada
daun-daun tua (Santoso B,2012).
Fotosintesis merupakan suatu proses
metabolisme dalam tanaman yang pada
akhirnya membentuk karbohidrat dengan menggunakan karbon
dioksida dari udara dan air dari dalam tanah dan bantuan sinar matahari. Fotosintesa
berlangsung dalam kloroplast yang berisi klorofil. Klorofil dibedakan menjadi klorofil a dan
klorofil b. Klorofil
a berwarna hijau tua sedangkan untuk
klorofil b berwarna hijau muda. Klorofil
merupakan pigmen yang berfungsi sebagai
penangkap energi
matahari. Klorofil
berperan dalam proses pengadaan
energi yang akan digunakan
untuk sintesa makromolekul di dalam sel, misalnya karbohidrat dengan cara
mereduksi karbon dioksida. Proses ini berlangsung dalam sel dan hasil reaksi
sampingan yang terjadi berupa molekul oksigen dan merupakan sumber oksigen di
udara (Jumin,
2010).
Menurut Sugiarti dalam Raharjo
(2010) Dalam dunia pertanian sistem budidaya yang baik akan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, dan salah satunya adalah kebutuhan unsur hara makro N, P dan
K. Unsur hara ini sangat esensial dalam mempengaruhi pertumbuhan dan
produktivitas suatu tanaman. Oleh karena itu keseimbangan unsur hara N, P dan K
selalu diusahakan terpenuhi demi mendapatkan produktivitas yang tinggi. Sumber
dari unsur hara N, P dan K mudah ditemukan dalam wujud pupuk buatan maupun
pupuk organik. Namun tetap diusahakan agar petani menggunakan pupuk organik
karena selain mencukupi kebutuhan hara N, P dan K pupuk organik dapat
memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan populasi mikrobia dalam tanah
(Raharjo M, 2010).
Kandungan hara N disekitar tanaman
tidak dapat dipungkiri lagi sangat menentukan pertumbuhan dan fisiologis
tanaman. Pupuk majemuk NPK diketahui dapat memberi suplai hara N yang cukup
besar ke dalam tanah. Pupuk majemuk NPK merupakan kombinasi seimbang antara
pupuk tunggal N, P dan K. Oleh karena itu perlakuan pemupukan majemuk NPK yang
mengandung nitogen jelas membantu pertumbuhan tanaman. Dalam pupuk majemuk
setiap hara akan memiliki peran masing-masing, fungsi hara nitrogen bagi
tanaman adalah bertindak sebagai pupuk yang mendukung pertumbuhan pada fase
vegetatif suatu tanaman. Hal tersebut dapat diketahui dengan warna hijau yang
terlihat dari keseluruhan tanaman apabila unsur N terpenuhi dengan tepat.
Selain memperbaiki keadaan tanaman saat fase vegetatif, unsur N juga diketahui
mempengaruhi pembentukan protein dalam sel tanaman (Wasis dan Fatia, 2011).
Menurut Perwitasari B (2012) Unsur
nitrogen hanya dapat diserap tanaman dalam bentu ion-ion tertentu, yaitu NH4
(ammonium) dan NO3- (nitrat). Setiap ion tersebut ternyata
memiliki peran dan manfaat yang berbeda, ion NH4 fokus pada
pertumbuhan awal tanaman yang kemudian membuat tanaman tumbuh dengan pesat, sel
membesar dan tahan terhadap penyakit. Hara nitrogen memang dibutuhkan oleh
tanaman, karena jika kekurangan hara nitrogen tanaman akan cepat menunjukkan
gejala seperti pertumbuhan tanaman yang terhambat (kerdil) gejala tersebut
kemudian mempengaruhi proses fisiologis pembentukan selulosa hasil
fotosintesis, bahkan kekurangan nitrogen diduga dapat menurunkan daya tahan
tanaman terhadap serangan hama penyakit (Perwitasari B et al.,2012).
Batas kritis unsur hara pada suatu tanaman sangat penting
diketahui sebelum melakukan tindakan pemupukan unsur hara. Jika pemberian unsur
hara kedalam tanah telah tepat maka diprediksikan pertumbuhan tanaman disekitar
tanah tersebut optimum bahkan meningkatnya hasil produksi tanaman tersebut.
Nilai dosis yang diketahui melalui analisa batas kritis dapat dijadikan sebagai
acuan aplikasi pemupukan tepat dosis. Penelitian dengan berbagai perlakuan
telah dilakukan hanya untuk menentukan dosis pemupukan yang tepat. Hasil data yang
kemudian menunjukkan tanaman dapat tumbuh optimal diasumsikan menjadi acuan
pemberian pupuk ( Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Menurut Muthalib dalam Ai Nio Song
(2011) Pigmen utama pada suatu tanaman adalah klorofil. Klorofil merupakan
pigmen pemberi warna hijau pada tanaman, bahkan alga dan bakteri fotosintetik.
Klorofil memegang peran penting saat proses fotosintesis, yaitu pigmen yang
mampu menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi energi kimia. Rantai kimia
klorofil adalah (C20H39O) yang akan berubah menjadi (C20H39OH) apabila
terkena air. Pembentukan pigmen klorofil terjadi didalam kloroplas dan dibantu
beberapa katalisator yang diantaranya adalah unsur Nitrogen (Ai dan Banyo
,2011).
Zat
lemas nitrogen berfungsi meningkatkan pertumbuhan tanaman, mendukung
produktivitas klorofil, menjadi
katalisator dalam penyusunan protein, meningkatkan produksi tanaman dalam
menumbuhkan daun dan tunas serta memberi kondisi berkembangbiaknya
mikroorganisme dalam tanah yang penting bagi pertumbuhan dan kelangsungan pelapukan bahan bahan
organik. Menurut Van Dijk dalam Kartasapoetra (2005) gejala yang ditimbulkan
akibat kelebihan unsur N diibaratkan putih telur yang lebih banyak atau suatu
sel yang berisi plasma yang terlalu banyak. Hal tersebut menyebabkan penyimpangan
pertumbuhan daun bahkan jaringan mati (Kartasapoetra dan Sutedjo,2000).
Menurut Lakitan (2012) dalam bukunya Dasar–Dasar Fisiologi Tumbuhan,
dinyatakan bahwa beraneka ragam unsur
hara dapat ditemukan di dalam tubuh tanaman,
namun unsur-unsur
tersebut tidak seluruhnya dibutuhkan untuk kelangsungan hidup tanaman tersebut. Hanya ada beberapa unsur hara yang meracun bagi tanaman,
unsur hara tersebut ada yang telah tergolong
racun dari awal, ada pula saat kondisi tertentu unsur hara tersebut
berubah menjadi racun. Unsur hara tersebut sebagian besar adalah unsur mikro
dan logam berat seperti Fe, Al, Cd, Ag, dan Pb. Sedangkan unsur yang kemudian berubah racun karena
kondisi tertentu dan paling banyak ditemukan kasusnya adalah kelebihan hara N
(nitrogen). Kelebihan unsur ini dapat menyebabkan jaringan vascular pecah dan
mengakibatkan terhambatnya proses penyerapan air. Gejala lain yang kemudian
timbul adalah klorosis bahkan nekrosis (Lakitan, 2012).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara “Batas kritis suatu unsur
hara (N) dan pengukuran kandungan klorofil pada
tanaman” dilaksanakan pada hari Kamis 11 April 2013 pukul 07:30 sampai selesai, praktikum bertempat di Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan Dasar, Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
1.
Bak atau ember
2.
Saringan pasir
3.
Polibag
3.2.2
Bahan
1.
Pasir steril
2.
Bibit jagung
3.
Pupuk Urea
3.3 Cara Kerja
1.
Menyiapkan polibag yang
telah dilubangi bagian bawahnya, kemudian isi dengan pasir steril.
2.
Menyiapkan bibit tanaman
dan mencuci akarnya sampai kotoran hilang, menanam bibit yang telah disiapkan
ke dalam polibag.
3.
Memberian larutan
nutrisi atau pupuk dengan menyiram pada
media pasir
4.
Melakukan pemeliharaan
dan pemberantasan hama penyakit yang mungkin menyerang.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat
diketahui hasil berupa tabel-tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Tinggi
Tanaman Jagung
Perlakuan
|
Ul
|
Hari Ke-
|
|||||||||
0
|
3
|
6
|
9
|
12
|
15
|
18
|
21
|
24
|
27
|
||
0 gr (Kontrol)
|
1
|
0
|
0,83
|
8,63
|
16,8
|
27,56
|
36,83
|
42,43
|
44,33
|
48,56
|
52,73
|
2
|
0
|
1,6
|
8,66
|
17,7
|
28,66
|
38,83
|
38,66
|
41,83
|
48,83
|
50,16
|
|
1 gr
|
1
|
0
|
0,33
|
4,6
|
10,1
|
18,9
|
24,9
|
26,50
|
28,1
|
36,15
|
41,3
|
2
|
0
|
0,56
|
8,83
|
18,9
|
31,3
|
44
|
45
|
45
|
50,66
|
60,06
|
|
2 gr
|
1
|
0
|
0,33
|
8,83
|
17,6
|
27
|
35,16
|
40,5
|
40,5
|
49,56
|
51,56
|
2
|
0
|
1,46
|
10,5
|
16,3
|
29,66
|
49,33
|
69
|
73,66
|
82
|
85,73
|
|
3 gr
|
1
|
0
|
1,06
|
8,67
|
18,76
|
29,83
|
39,4
|
47,33
|
50,83
|
55
|
64,03
|
|
2
|
0
|
0,63
|
9,8
|
25,6
|
29,66
|
55,33
|
72,83
|
78
|
88
|
94,86
|
4 gr
|
1
|
0
|
3,2
|
12,3
|
20,16
|
28
|
47,03
|
64,5
|
69,5
|
74,5
|
83,16
|
|
2
|
0
|
0,2
|
8,73
|
30,8
|
37,33
|
42,73
|
64
|
71,5
|
80,3
|
101,67
|
5 gr
|
1
|
0
|
0,96
|
13
|
27,03
|
30,33
|
46,83
|
57
|
67,5
|
68,6
|
73
|
|
2
|
0
|
0,6
|
7,1
|
14,5
|
29,66
|
36,03
|
66,66
|
70,16
|
78
|
89,67
|
6 gr
|
1
|
0
|
1,43
|
12,83
|
20,46
|
21,66
|
27,6
|
33,83
|
36,33
|
39,6
|
43,2
|
|
2
|
0
|
0,80
|
11,4
|
25,66
|
25,66
|
34,83
|
55,5
|
60,16
|
62,83
|
85,67
|
Tabel 2. Jumlah
Daun Jagung
Perlakuan
|
Ul
|
Hari Ke -
|
||||
0
|
7
|
14
|
21
|
28
|
||
0 gr (Kontrol)
|
1
|
0
|
3
|
5
|
5
|
5
|
2
|
0
|
3
|
6
|
6
|
6
|
|
1 gr
|
1
|
0
|
3
|
5
|
6
|
7
|
2
|
0
|
3
|
5
|
6
|
7
|
|
2 gr
|
1
|
0
|
3
|
5
|
6
|
7
|
2
|
0
|
3
|
6
|
7
|
9
|
|
3 gr
|
1
|
0
|
3
|
5
|
5
|
6
|
|
2
|
0
|
3
|
6
|
8
|
8
|
4 gr
|
1
|
0
|
3
|
6
|
6
|
6
|
|
2
|
0
|
3
|
6
|
9
|
9
|
5 gr
|
1
|
0
|
3
|
6
|
6
|
6
|
|
2
|
0
|
2
|
4
|
7
|
9
|
6 gr
|
1
|
0
|
3
|
3
|
5
|
4
|
|
2
|
0
|
3
|
6
|
7
|
6
|
Tabel 3. Panjang
Daun Jagung
Perlakuan
|
Ul
|
Hari Ke -
|
||||
0
|
7
|
14
|
21
|
28
|
||
0 gr (Kontrol)
|
1
|
0
|
6
|
17,8
|
32,48
|
38,06
|
2
|
0
|
5,7
|
22,26
|
30,52
|
37,26
|
|
1 gr
|
1
|
0
|
4,8
|
19,8
|
32,33
|
42,3
|
2
|
0
|
6,3
|
25,2
|
41,32
|
50,2
|
|
2 gr
|
1
|
0
|
6,16
|
20,35
|
31,3
|
36,06
|
2
|
0
|
6,83
|
28,43
|
49,4
|
72,23
|
|
3 gr
|
1
|
0
|
6,13
|
22,08
|
34,05
|
45,43
|
|
2
|
0
|
7,5
|
32,06
|
52,76
|
78,06
|
4 gr
|
1
|
0
|
7,3
|
30,53
|
46,81
|
61,8
|
|
2
|
0
|
7,16
|
31,86
|
56,22
|
66,9
|
5 gr
|
1
|
0
|
8,16
|
29,24
|
37,96
|
53,9
|
|
2
|
0
|
4,36
|
28,3
|
41,54
|
66,7
|
6 gr
|
1
|
0
|
7,36
|
20,75
|
24,84
|
80,6
|
|
2
|
0
|
7,5
|
27,93
|
38,59
|
54,75
|
Tabel 4. Lebar
Daun Jagung
Perlakuan
|
Ul
|
Hari Ke -
|
||||
0
|
7
|
14
|
21
|
28
|
||
0 gr (Kontrol)
|
1
|
0
|
1,15
|
1,31
|
1,88
|
2,23
|
2
|
0
|
1,36
|
1,44
|
1,87
|
2,64
|
|
1 gr
|
1
|
0
|
0,83
|
0,96
|
1,65
|
9,13
|
2
|
0
|
1,13
|
1,61
|
2,4
|
3,81
|
|
2 gr
|
1
|
0
|
1,16
|
1,47
|
2,29
|
2,33
|
2
|
0
|
1,33
|
1,83
|
3,5
|
5,23
|
|
3 gr
|
1
|
0
|
1,35
|
1,58
|
2,22
|
2,63
|
|
2
|
0
|
1,43
|
1,73
|
3,7
|
7,66
|
4 gr
|
1
|
0
|
1,35
|
1,84
|
2,99
|
3,83
|
|
2
|
0
|
1,36
|
2,11
|
3,44
|
7,23
|
5 gr
|
1
|
0
|
1,56
|
1,75
|
2,46
|
3,26
|
|
2
|
0
|
1,56
|
2,83
|
3,22
|
4,5
|
6 gr
|
1
|
0
|
1,5
|
1,24
|
1,84
|
2,16
|
|
2
|
0
|
1,33
|
1,77
|
2,18
|
3,61
|
Tabel 5. Gejala
Morfologi Tanaman Jagung
Perlakuan
|
Ul
|
Gejala Morfologi
Tanaman
|
|
|
|
0 gr (Kontrol)
|
1
|
Daun klorosis
|
|
2
|
Kerdil, daun sempit dan pendek, berwarna orange
|
1 gr
|
1
|
Daun klorosis
|
|
2
|
Kerdil, daun sempit dan pendek, berwarna kuning
|
2 gr
|
1
|
Daun klorosis
|
|
2
|
Tepi daun menguning
|
3 gr
|
1
|
Daun klorosis
|
|
2
|
Subur, tinggi, daun lebar berwarna hijau
|
4 gr
|
1
|
Daun klorosis
|
|
2
|
Subur, tinggi, daun lebar, berwarna hijau
|
5 gr
|
1
|
Daun hijau
|
|
2
|
Daun hijau, cukup subur
|
6 gr
|
1
|
Daun hijau
|
|
2
|
Daun hijau, cukup subur
|
4.2 Pembahasan
Dalam proses kehidupan tumbuhan,
berbagai faktor harus terpenuhi agar tumbuhan dapat hidup dan melakukan proses
fisiologisnya secara maksimal. Salah satu faktor yang menentukan kehidupan
tanaman adalah ketersediaan hara dalam media tumbuhnya. Hara yang dibutuhkan
oleh tanaman dapat dibedakan menjadi 2 yaitu hara makro dan hara mikro. Pada
praktikum kali ini maka akan dibahas mengenai hara makro dan bagaimana batas
kritis hara ini terhadap pertumbuhan tanaman jagung.
Unsur hara makro
merupakan hara yang
dibutuhkan
tanaman dalam jumlah yang relatif banyak. Terdapat 6 unsur hara makro yang esensial bagi tanaman yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P),
Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan juga Belerang (S). Berikut adalah identifikasi dan karakteristik dari hara-hara
makro.
1. Nitrogen (N)
Unsur hara ini merupakan hara yang
hampir semua tanaman membutuhkannya dalam jumlah yang relatif besar, yaitu
Nitrogen (N). Setiap tanaman tidak akan bisa langsung menyerap nitrogen
langsung dalam wujud aslinya, namun nitrogen diambil
oleh tanaman dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Hal yang
menjadikan Nitrogen hingga memegang peran penting dalam kehidupan tanaman
karena Nitrogen merupakan unsur hara utama
penyusun dari semua protein dan asam nukleat
dan dengan demikian N merupakan
penyusun protoplasma tanaman secara
keseluruhan.
Mekanisme penyerapan unsur N hingga
menjadi protein oleh tanaman ketika dilakukan pemupukan
urea atau pupuk nitrogen lainnya
secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut. Ketika urea masuk kedalam
tanah maka tanaman akan meresponnya, namun tanaman tidak bisa langsung
menyerap wujud N tersebut. Unsur N Harus
diubah dulu menjadi nitrat dan dibantu oleh mikroorganisme yang ada dalam
tanah. Nitrat kemudian akan
diserap oleh tanaman dan masuk melalui akar. Kemudian nitrat dialirkan ke bagian atas tanaman
dan akan mengalami proses reduksi.
Nitrat kemudian
direduksi menjadi asam amino (NH2) dibantu enzim nitrat reduktase dan membutuhkan energi kegiatan metabolisme seluler. Proses asimilasi
amonium berlangsung sangat cepat, membentuk senyawa N organik, asam glutamat. Hasil dari proses asimilasi tersebut kemudian dapat disusun menjadi protein-protein yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Secara spesifik hara nitrogen
dibutuhkan tanaman karena menyangkut peran pentingnya dalam berbagai proses.
Peran tersebut diantaranya adalah dalam
pembentukann jaringan atau sel-sel muda
misalnya dalam pembentukan
ujung tanaman
atau tunas tanaman, pembentukan daun, batang dan akar . Selain itu N sangat berperan
dalam pembentukan klorofil dan kloroplas
yang berfungsi
untuk menangkap cahaya matahari yang berguna dalam proses fotosintesis. Dalam peranannya di fase vegetatif, khusunya tanaman
sayuran N mampu memperbanyak jumlah daun sehingga dapat meningkatkan produksi
tanaman sayuran.
Gejala kekurangan dan kelebihan unsur N pada umumnya
tanman akan mengalami
gejala sebagai berikut :
Keurangan:
1.
daun-daun mulai berwarna pucat sampai hijau kekuningan,
(klorosis).
Proses penguningan daun tanaman yang kekurangan N dimulai dari daun yang tua
dan menjala ke daun muda.
2.
pertumbuhan ketika N kurang lambat atau
kerdil, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
3.
daun-daun
sebelah bawah nampak hangus dan mati (nekrosis)
sebelum waktunya sementara ujung tanaman tetap hijau,
4.
buah
rontok sebelum waktunya dan perkembangan buah berkurang
Sedangkan
kelebihan
hara N akan berakibat:
1. pertumbuhan
fase vegetative tanaman
dapat ditingkatkan tetapi akan memperpendek masa generative.
2. tanaman akan berwarna warna hijau
gelap dan sukulen yakni terlalu banyak mengandung air, akibatnya tanaman berubah menjadi sangat rentan
akan serangan organism penggangu tumbuhan (OPT) yakni hama, bakteri, jamur,
virus, dan gulma, selain itu tanaman juga mudah roboh.
3. terjadi keracuanan N karena
terlalu banyaknya unsur N yang tersedia Dalam am bentuk ammonium (NH4+)
.Keracunan pada tanaman
dapat mengakibatkan jaringan pada vascular pecah dan berakibat terhambatnya
resapan air masuk kedalam tanaman.
2. Phospor
(P)
Unsur hara ini merupakan unsur hara yang menduduki
peringkat kedua setelah N sebagai unsur hara paling esensial bagi tanaman yaitu
Phospor (P). Landasan yaang mendasari hal tersebut dikarenakan P ketika dalam ortho-pospat akan memegang fungsi penting dalam reaksi enzim yang tergantung pada proses fosforilasi. Selain itu
fosfor merupakan bagian dari inti sel tanaman, dan berperan dalam pembelahan sel. Lebih lengkapanya lagi hara P dapat merangsang pertumbuhan jaringan akar
dan tanaman muda. Sekaligus
juga mempercepat proses pembungaan dan pemasakan buah dan biji.
Kadar P dalam tanah pada umumnya
adalah : 3Ca3(PO4)2, CaF2 (apatit fluor), 3Ca3 (PO4)2. (apatit karbonat), 3Ca3(PO4)2Ca(OH)2 (apatit hidroksida), 3Ca(PO4)2. CaO (apatit oksida), Ca3(PO4)2(fosfat trikalsium), Ca(H2PO4) (fosfat
monokalsium). Apatit fluor adalah jenis P paling tidak
larut dan tidak tersedia
bagi tanaman, sedangkan fosfat monoklasium dan
fosfat dikalsium adalah
bentuk P yang mudah tersedia bagi
tanaman.
Mekanisme penyerapan dan penggunaan
hara P oleh tanaman dapat digambarkan sebagai berikut ketika fosfor masuk, maka fosfor
dibentuk menjadi senyawa pirofosfat yang bersifat tidak stabil dalam bentuk
Adenosin Tri Phosphat (ATP). Ketika ATP terhidrolisis dan membentuk P organik,
energi yang dikeluarkan adalah 760 Kcal/mole. ATP dan ADP dalam jaringan
tanaman merupakan energy utama
yang digunakan tanaman untuk melakukan aktifitasnya dan berbagai proses fisiologis.
Gejala kekurangan atau defisiensi unsur P pada
tanaman adalah berakibat pada daun tanaman menjadi
lebih tua dan daun sering kali berwarna merah. Batang tanaman akan menjadi
ungu yang semakin lama akan berubah
mennjadi kuning. Sedangkan gejala yang ditimbulkan akibat kelebihan unsur hara P adalah menyebabkan
pertumbuhan tanamana menjadi kurang optimal, tanaman akan mennjadi kerdil. Daun
tanaman akan berwarna keunguan yang diawali dari ujung dan akan menyebabkan
penyerapan unsur hara mikro akan terganggu.
3. Kalium
(K)
Hara kalium diserap tanaman dalam wujud bentuk
ion K+. Kalium merupakan
hara mobile yang dapatt berpindah tempat. Apabila pada jaringan tanaman sudah terpenuhi unsur K
nya maka kalium akan berpidah ke jaringan membutuhkan K atau jarungan yang
kekurangan K.
Mekanisme penyerapan dan peran kalium dapat dijelaskan
sebagai berikut Pertama, Ion K akan meningkatkan turgor sel pada titik-titik tumbuh tanaman, kemudian membantu dalam permekaran sel pada pembelahan mitosis. Kedua, Ion segera akan menurunkan potensial air pada protoplasma, Ketiga,
transpor aktifnya oleh xilem akar menimbulkan
tekanan pada akar, yang membantu serapan air kedalam xilem tersebut. Keempat,
Ion ini dapat membuka dan menutup stomata dengan transpor aktifnya
keluar-masuk sel tersebut. Oleh karena itu ion K sangat membantu dalam mengurangi kehilangan kelembaban ketika
tanaman mengalami stres kekurangan air.
Kalium merupakan salah satu unsur utama yang diperlukan
tanaman dan sangat mempengaruhi proses produksi tanaman. Peran kalium hingga sangat penting dalam setiap metabolisme dalam tanaman, karena
1.
Selama
proses sintesis dari asam
amino dan protein dari ion-ion amonium. kecepatan asimilasi karbon dioksida (CO2) akan ditentukan oleh kadar Kalium dalam tanaman.
2.
Kalium berperan mebantu
pembentukan protein dan karbohidrat,
3.
Kalium
dapat meenegarkan jerami padi dan menguatan bagian kayu dari tanaman,
4.
Kalium
meningkatkan resistensi terhadap
penyakit dan kualitas buah-buahan.
Berdasarkan
penelitian kekurangan kalsium menunjukkan akibat buruk pada tanaman, yaitu
dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pada
sistem perakaran, dan gejala ini dapat nampak pada daun. Gejala
kekurangan unsur kalium daun akan berubah menjadi mengkerut aatau menjadi keriting yang kadang-kadang
daun yang tua akan mengkilap akn tetapi tidak merata. Ujung dan tepi daun akan
tampak menguning warnanya akan tampak pada bagian di antara tulang-tulang daun
dan jika parah maka akan tampak bercak-bercak kotor pada daun. Batang tanaman
akan lemah dan pendek-pendek sehingga
tanaman akan kerdil. Buah yang tummbuh tidak akan sempurna, kualitasnya jelek
dan tidak akan lamu untuk disimpan.
4. Kalsium (Ca)
Hara makro esensial selanjutya
adalah Kalsium (Ca). Hara ini ternyata merupakan
unsur utama (essensial) yang
juga sanagat diperlukan untuk pertumbuhan dan berfungsinya ujung-ujung akar.. Kalsium tersedia dalam untuk tanaman ketika terdapat
dalam bentuk kalsium pektat, yang merupakan penyusun dari lamela tengah dan
dinding sel, dan dengan demikian juga mungkin berkumpul dalam daun.
Fungsi utama kalsium
sebagai unsur hara esensial tanaman adalah sebagai berikut :
1. Kalsium berperan dala pengaturan osmosis, yang merupakan bagian dari
struktur dinding sel.
2.
Kalsium dapat memperkuat dinding sel untuk
mengurangi penetrasi penyakit.
3.
Kalsium akan menyediakan pengangkutan dan retensi
unsur-unsur yang lain di dalam tanaman.
4.
Kalsium selalu terlibat dalam metabolisme atau
pembentukan inti sel dan mitokondria
Ketika tanaman
kekurangan atau kelebihan hara ini maka gejala yang tampak adalah,
daun muda dan ujung titik tumbuh tanaman
akan berkeriput, dan akhirnya mengering. Daun-daun
yang lebih tua kelihatan lebih banyak berkeriput. Kekurangan kalsium ini
juga dapat menyebabkan terkumpulnya zat-zat lain di dalam jaringan tanaman sehingga dapat
menurunkan kekuatan pertumbuhan dan, bahkan, tanaman benar-benar menderita. Oleh karena itu pemberian
kalsium yang seimbang akan membantu menetralkan distribusi unsur-unsur hara ke seluruh bagian tanaman.
5. Magnesium (Mg)
Hara selanjutnya adalah hara yang berfungsi menyusun
klorofil daun yaitu Magnesium (Mg). Magnesium
(Mg) jelas diperlukan oleh semua bagian huijau dari tanaman, karena hara ini adalah
penyusun klorofil.. Selain itu unsur ini sebagai
penetral racun dalam tubuh tanaman akibat ketersediaan unsur Al dan Fe di dalam
tanah sagat tinggi kadarnya, menaikkan kualitas serta kuantitas produksi suatu
tanaman. Mahnesium juga memegang peranan penting dalam transportasi fosfat dalam tanaman, kandungan fosfat dalam tanah dan dalam tanaman sebenarnya dapat
dinaikkan dengan jalan menambah magnesium daripada pemberian dengan pupuk
fosfat itu sendiri.
Magnesium
di dalam tanah berasal dari dekomposisi batuan yang berisi mineral, antar lain
biotit, dolomit, serpentin, klorit, dan olivine dan tanaman menyerap unsur hara ini dalam bentuk ion Mg2+.
Mekanisme unsur P adalah diawali dengan transformasi Mg menjadi bentuk dalam bentuk kation
divalen atau terikat oleh makromolekul. Kemudian kation
elektropositif divalen ini bersifat mobile dalam jaringan tanaman, sehingga terkonsentrasi di dalam sitoplasma sel. Peran metabolisk utamanya hara P adalah dalam aktivasi berbagai ensim, khususnya ensim-ensim kinase yang
terlibat dalam transfer gugus fosfat dengan metabolisme karbohidrat.
Sebagai penyusun klorofil ternyata Mg juga mempunyai
peran penting yang lain, peran tersebut diantaranya
1.
Magnesium
adalah stabilitator partikel-partikel ribosom.
2. Magnesium selalu terlibat dalam reaksi enzimatik
dengan kapasitas yang bervariasi.
3. Magnesium merupakan penghubung enzim dengan
substratnya.
4.
Magnesium mengubah
konstanta keseimbangan reaksi dengan cara berikatan dengan produk, misalnya
pada reaksi-reaksi kinase tertentu.
Ketika tanaman kekurangan Magnesium maka gangguan utama muncul pada pada tanaman sayuran. Gejalanya kekurangannya bervariasi,
tergantung pada jenis tanaman. Namun pada umumnya adalah Klorosis
, Klorosis pada daun tua akan mengakibatkan daun akan
tidak berfungsi. Klorosis ini bersifat interveinal dimana urat daun masih tetap
hijau. Lebih lanjut daun akan memucat, menjadi coklat dan terjadi kematian
jaringan daun (nekrosis). Selain itu jika memiliki lapisan liin daun tanaman menjadi
lebih tipis sehingga menyebabkan daun tanaman akan terbakar pada saat matahari
terik dan daun menjadi berubah warna coklat tua
atau kehitaman.
6.) Belerang (S)
Unsur
belerang (S) hanya
dapat diserap dalam tanaman dalam bentuk sulfat (SO42-)
dan akan tetapi pada konsentrasi yang tinggi belerang akan
bersifat toksik pada tanaman. Senyawa
belerang juga ada dalam bentuk pupuk, yaitu pada pupuk amonium sulfat dan super fosfat. Pupuk amonium sulfat lebih
banyak mengandung sulfur bila dibandingkan dengan kandungan nitrogennya,
sedangkan super fosfat mempunyai kandungan fosfat dan sulfur kira-kira hampir
sama banyaknya. Jadi
apabila melakukan pemupukan amonium
sulfat atau super fosfat ke dalam tanah, maka secara tidak langsung telah memberikan
pupuk belerang yang diperlukan oleh tanaman.
Mekanisme
pemanfaaan hara S oleh tanaman
adalah sebagai berikut, pertama (belerang) diubah dalam bentuk
yang tereduksi dan diasimilasikan
dengan rangka karbon dalam kloroplas, menjadi sistein dan metionin.
Pada proses masuknya SO42- kedalam tubuh tanaman, SO42-
bergerak kedalam tanaman dalam bentuk anorganiknya. Pada saat itu kondisi S
tidak begitu mobile dan hampir tidak dapat ditranslokasikan. Kemudian setelah
mengalami peningkatan status, mobilitasnya juga naik dan biasanya SO42-
ditranslokasikan ke daun-daun muda dan tunas muda sehingga akan nampak
gejalanya jika terjadi defisiensi.\
Ketika tanaman
kekurangan berlerang maka gejala yang
sering terlihat adalah perubahan warna, yaitu daun menjadi menguning. Pada
umumnya pengaruh kekurangan belerang ini sangat terasa, terutama oleh
tanaman-tanaman jenis leguminosa seperti kacang tanah, tanaman berdaun tiga
atau empat serangkai dan lain-lain. Jika tanaman kekurangan belerang ini secara
umum tanaman akan menunjukkan gejala
kelainan-kelainan pada seluruh daun muda, mengkilap keputih-putihan hingga
kemudian kelihatan hijau kekuning-kuningan dan akhirnya nekrosis.
Pemahaman mengenai makronutrien
atau hara makro tidak hanya sebatas manfaat, gejala kelebihan dan kekurangannya
saja. Namun terdapat konsep lain yang sangat penting dipahami yaitu Batas
Kritis. Batas kritis
suatu tanaman adalah batas dimana tanaan tersebut dapat mentoleransi pupuk yang
diberikan kapada tanaman dengan mengetahui batas kritis suatu tanaman maka
dapat menentukan dalam pemberian unsur hara
jadi tidak akan kelebihan atau kekurangan. Batas
kritis unsur hara sebenarnya bisa
digunakan sebagai salah satu acuan pemberian pupuk sesuai dengan kebutuhan
unsur hara pada tanaman yang dibudidayakan, dalam praktikum ini adalah tanaman
jagung.
Untuk mengetahui batas kritis unsur harra,
misal unsur hara N, maka perlu dilakukan adanya
pengujian dengan berbagai perlakuaan pupuk
N. Seperti pada praktikum ini, pemberian pupuk urea
dengan perlakuan 0 hingga 6 gram.
Pada umumnya indikator
pengujian pada
gejala yang nampak, pertumbuhan tanaman, dan kandungan klorofil.
Salah satu indikator yang
mungkin tidak ada dalam praktikum ini adalah uji kandungan klorofil. Kandungan
klorofil sebenarnya menjadi indicator utama dalam penentuan batas
kritis unsur hara N. Hal ini karena berkaitan
dengan salah satu peranan unsur hara N dalam pembentukan klorofil maka dapat dipastikan di dalam klorofil terkandung banyak unsur hara
N yang diserap. Fakta bahwa N sangat berperan dalam pembentukan warna hijau daun dan klorofil daun,
sehingga jika ada ketidaksesuaian mengenai pemberian hara sangat mudah dilihat
berdasar pengukuran klorofil.
Batas kritis tanaman
dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni umur tanaman, umur fisiologis jaringan
tanaman, macam jaringan, interaksi antar unsur, dan iklim. Hasil
yang menunjukkan pertumbuhan paling optimum bisa dijadikan sebagai acuan
pemberian nutrisi seperti nutrsi N pada suatu tanamn, jika diaplikasikan pada
lahan atau media yang lebih luas maka digunakan rasio atau perbandingan
sehingga komposisi yang diberikan sama. Oleh karen itu pada praktikum ini diharapkan diperoleh
data yang memang benar-benar akurat mencerminkan batas kritis tanaman jagung.
Praktikum Klinik Tanaman yang dilaksanakan
kali ini adalah mengenai batas kritis suatu unsur hara (N) pada tanaman. Tanaman yang dijadikan indikator adalah tanaman jagung yang ditumbuhkan dalam
media pasir steril. Jagung tersebut ditanam dalam 7 polyback dan setiap polyback terdapat 3 tanaman. Perlakuan yang diterapkan adalah kontrol (0 grm) , 1 gr, 2gr, 3gr, 4gr, 5 gr dan 6 gr. Sedangkkan parameter yang digunakan dalam praktikum ini adalah tinggi
tanaman, jumah daun, panjang daun, lebar daun serta gejala yang ditimbulkan
akibat perlakuan. Beriku adalah grafik dari berbagai perlakuan tersebut :

Data mengenai parameter tinggi
tanaman diperoleh setiap 3 hari sekali mulai dari hari ke-0 sampai hari ke-27.
Berdasarkan hasil pengamatan di hari terakhir atau hari ke-27 tanaman yang
memiliki tinggi tanaman adalah tanaman perlakuan pupun urea 4 gram pada ulangan
2. Tinggi tanaman tersebut mencapai 101, 67 cm. Sedangkan hingga hari terakhir
tanaman terpendek adalah tanaman dengan perlakuan kontrol dan 1 gram urea.
Perlakuan tersebut rata-rata hanya menghasilkan tinggi tanaman 50 cm. Memang
sejak awal semua ulangan 2 dari berbagai perlakuan menunjukkan data yang
siginifikan dibanding yang lain.

Grafik
diatas adalah grafik yang berasal dari hasil pengamatan setiap 1 minggu sekali,
dengan parameter yang diamati
adalah jumlah daun, panjang daun serta lebar daun. Grafik pertama yang akan
dibahas adalah Grafik Jumlah Daun.
Berdasarkan data jumlah daun pada hari ke-0 hingga hari
ke-7 hampir rata-rata tinggi tanaman adalah sama yaitu sekitar 3 helai daun.
Namun semakin bertambahnya minggu maka dapat diketahui bahwa hingga minggu
ke-28 tinggi tanaman terbaik adalah pada tanaman perlakuan 2 gram, 4 gram dan 5 gram yaitu
mencapai 9 helai daun.
Berdasarkan data diatas menunjukkan
bahwa hara nitrogen memang dibutuhkan tanaman karena menyangkut peran
pentingnya dalam berbagai proses. Menurut Lakitan dan Benyamin (2012) peran tersebut utama hara N adalah
pembentukann jaringan atau sel-sel muda
misalnya dalam pembentukan
ujung tanaman
atau tunas tanaman, pembentukan daun, batang dan akar . Selain itu N sangat berperan
dalam pembentukan klorofil dan kloroplas
yang berfungsi
untuk menangkap cahaya matahari yang berguna dalam proses fotosintesis. Oleh karena itu
perlakuan kontrol atau tanpa N tidak akan bisa mengalahkan perlakuan lain yang
ditambahkan N berbagai dosis.

Grafik selanjutnya yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan adalah Grafik Panjang Daun. Berdasarkan hasil
pengamatan grafik tersebut maka dapat terlihat ulangan 1 dan 2 memiliki grafik
peningkatan panjang daun yang lebih baik dibandingkan kontrol. Memang pada
prinsipnya penambahan N harus sesuai dosis dan ketentuan, karena dapat dilihat pada
h-14 sampai h-21 bahwa perlakuan
pemberian 4 gram urea lebih baik dibandingkan ulangan lain. Namun hal tersebut
tidak berlangsung lama karena pada h-28 perlakuan 6 gram urea dapat menumbuhkan
daun hingga 80,6 cm.
Keberhasilan
dapat diketahui dengan warna hijau yang terlihat dari keseluruhan tanaman
apabila unsur N terpenuhi dengan tepat. Selain memperbaiki keadaan tanaman saat
fase vegetatif, unsur N juga diketahui mempengaruhi pembentukan protein dalam
sel tanaman (Wasis dan Fatia, 2011). Pernyataan tersebut semakin menegaskan
bahwa diperlukannya pemupukan N dalam budidaya tanaman, tentunya dengan dosis
dan cara yang tepat.

Gambar 4. Grafik Lebar
daun
Grafik yang dibahas selanjutnya mengenai Grafik Lebar Daun. Berdasarkan penagamatan grafik lebar daun
tersebut maka dapat diketahui bahwa pada h-7 lebar daun semua perlakuan
rata-rata adalah sama. Namun pada h-14
hingga h-28 terjadi peningkatan yang sangat signifikan. Pada h-14 perlakuan
terbaik adalah 3 gram, sedangkan pada h-28 perlakuan yang terbaik dalam
menumbuhkan lebar daun adalah pemberian pupuk 1 gram yaitu daun dengan lebar
9,13 cm. Namun beberapa tanaman jagung dengan perlakuan sama , 1 gram justru
banyak yang tidak berkembang. Perkembangan yang terlihat stabil adalah
perlakuan 3 dan 4 gram. Meskipun tidak mencapai hasil terbaik perlakuan ini
mampu menumbuhkan tanaman jagung baik lebar daun, panjang daun dan jumlah daun
yang stabil.
Untuk
mengaskan kembali data, maka di akhir pengamatan dilakukan penagamatan terhadap
morologi tanaman jagung. Berdsarkan hasi pengamatan memang terlihat bahwa
tanaman kontrol dan 1 gram terlihat tidak sehat, daun
klorosis, kerdil, daun sempit dan pendek. Sedangkan gejala yang paling sehat adalah
tanaman pada ulangan ke-3 dan ke-4.
Apabila ditarik rata-rata maka
tanaman yang tumbuh terbaik dengan parameter tinggi tanaman,jumlah daun,
panjang daun, lebar daun dan gejala morfologi maka tanaman dengan perlakuan 3
gram dan 4 gram pemberian urea. Dapat dipastikan pada pemberian pupuk dosis 3
atau 4 gram adalah batas kritis pemupukan jagung terhadap pupuk N karena
tanaman benar-benar tercukupi kebutuhan hara N, namun pada perlakuan 5 dan 6
gram maka pemupukan telah melewati batas kritis N, sehingga tanaman justru
tidak tumbuh optimal.
Konsep
batas kritis tersebut ditegaskan oleh Rosmarkam dan Yuwono (2002) batas kritis
unsur hara pada suatu tanaman sangat penting diketahui sebelum melakukan
tindakan pemupukan unsur hara. Jika pemberian unsur hara kedalam tanah telah
tepat maka diprediksikan pertumbuhan tanaman disekitar tanah tersebut optimum
bahkan meningkatnya hasil produksi tanaman tersebut.
Berdasarkan
hasil praktikum tersebut maka dapat direkomendasikan untuk memupuk jagung agar
pertumbuhannya optimal hingga 28hst adalah memupuk dengan urea 3-4 gram setiap
minggunya.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Macro Nutrient atau Unsur
hara makro merupakan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup banyak
pada tanaman. Unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman antara lain adalah yang
dibutuhakan untuk pertumbuhan tanaman yaitu nitrogen (N), phosphor (P), kalium
(K), Magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan sulfur (S).
2.
Batas
kritis unsur hara pada tanaman merupakan pedoman untuk menetukan dan
mengaplikasian pemupukan yang tepat dan efisien.
3.
Setiap unsur hara makro memiliki
karakteristik (bentuk yang dapat diabsorpsi tanaman, peran, gejala kelebihan
dan kekurangan).
5.2 Saran
Untuk
perbaikan kedepannya asisten diharapkan memperbaiki beberapa sistem praktikum
agar praktikan dan asisten tidak mengalami berbagai kendala ketika
berlangsungnya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Ai Nio Song dan dan Banyo Yunia. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai
Indikator Kekurangan Air Pada Tanaman. Ilmiah
Sains, 11(2):167-173.
Bojović Biljana dan Marković. 2009. Correlation between
Nitrogen and Chlorophyll Content In Wheat (Triticum aestivum L.). Science Institute of Biology and Ecology,
Faculty of Science, University of Kragujevac, 31(1):69-74.
Jumin, Hasan
Basri. 2010. Dasar-Dasar Agronomi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kartasapoetra A dan Sutedjo M. 2000. Pengantar
Ilmu Tanah Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Yogyakarta : Rineka
Cipta.
Lakitan,
Benyamin. 2012. Dasar – dasar Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Perwitasari B dkk. 2012. Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi (Brassica
juncea L) dengan Sistem Hidroponik. Agrovigor
ISSN 1979-5777, 5(1):14-26.
Rahardjo m dan Pribadi e. 2010.
Pengaruh Pupuk Urea, SP36, dan KCL Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Temulawak (Curcuma
xanthorhiza Roxb). Littri ISSN 0853 -08212, 16(3):98-105
Rosmarkam A dan Yuwono A. 2002. Ilmu
Kesuburan Tanah. Yogyakarta : Kanisius Press.
Santoso B dkk. 2012. Pengaruh Jarak Tanam Dan Dosis Pupuk Npk Majemuk
Terhadap Pertumbuhan, Produksi Bunga, Dan
Analisis Usaha Tani Rosela Merah. Littri
ISSN 0853-8212, 18(1): 17 – 23.
Wasis B dan Fathia N. 2011. Pengaruh Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Semai
Gmelina (Gmelina arboreaRoxb.) Pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing), Silvikultur Tropika ISSN : 2086-8227.
2(1):14-18.
No Response to "BATAS KRITIS UNSUR HARA (N) DAN PENGUKURAN KANDUNGAN KLOROFIL PADA TANAMAN"
Posting Komentar