LAPORAN
LAYANAN KLINIK TANAMAN
IDENTIFIKASI OPT TANAMAN TOMAT DIWILAYAH JEMBER BARAT
(Disusun Guna Memenuhi
Persyaratan Praktikum Layanan Klinik Tanaman)
Disusun
Oleh :
Kelompok
: 4
Golongan
: D
Bayu
Gusti Saputra 111510501152
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2013
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanaman tomat termasuk tanaman hortiktultura yang
tergolong kedalam kelompok sayuran buah, sayuran buah ini umumnya sangat
disukai oleh masyarakat, baik dalam bentuk segar maupun yang telah mengalami
proses, seperti dijadikan saus tomat, minuman atau sirup. Tanaman ini hampir
dapat ditanam diseluruh wilayah Indonesia. Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan
tanaman yang secara lengkap diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut
:
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Tubiflorae
Famili
: Solanaceae
Genus
: Lycopersicum
Spesies : Lycopersicum esculentum Mill
(Widya
almaida. 2010)
Menurut
Hermanto (2012) tomat adalah salah satu tanaman yang rentan terkena penyakit
yang diakibatkan oleh serangan virus. Karenanya virus termasuk salah satu
penyakit penting atau utama yang menyerang tanaman tomat. Hampir semua tomat
yang ada saat ini belum ada yang memiliki daya tahan kuat bila sudah terserang.
Selama ini, penyakit virus yang dominan dan seringkali menyerang tanaman tomat
adalah TMV (Tobacco Mozaic Virus). Namun, ternyata tidak hanya TMV saja yang
menyerang melainkan ada lebih dari 18 jenis virus yang kini menyerang tanaman
tomat. Bahkan mungkin jumlah itu bisa bertambah. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa kerusakan yang ditimbulkan penyakit virus dapat menyebabkan
kehilangan produksi . Kehadiran TMV yang berat dapat menekan produktifitas
hingga 0,2 sampai 50% tergantung varietas (Duriat,1979). Sedangkan di Jepang,
mampu menekan produktifitas hingga 20 – 50% (Oshima,1979). Serangan terparah
terjadi di lembah Alsace Perancis oleh CMV yang menghancurkan sebagian
pertanaman tomat yang ada.
Menurut Nur
Frisca (2012), sedikitpun bentuk pengolahan tanaman tomat yang kurang tepat,
akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara signifikan. Misalnya pembusukan
buah karena hama penyakit atau
kelembaban tanah yang terlau basah.
Karenanya, perlu penangangan secara serius untuk pencegahan ataupun
penanggulangannya. Seperti melakukan pemupukan secara teratur dan tidak
berlebihan dan atau irigasi yang cukup agar tidak terjadi pembusukan atau bahkan kekeringan. Dengan demikian,
hasil yang diperoleh akan baik. Ada beberapa langkah untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman tomat, yaitu: mengetahui jenis hama
dan penyakitnya, tingkat serangan, memilih perlakuan yang tepat untuk
mengendalikannya. Berikut adalah hama yang sering menyerang tanaman tomat bahkan bisa menyebabkan
kegagalan panen:
a. Ulat buah (Hiliothis
armigera)
Ulat ini
menyerang tomat yang masih muda sehingga buah sudah tua tampak berlubang–lubang
dan biasanya busuk karena infeksi, ulat ini dapat dibrantas denagn inteksida.
b. Nematoda (Helodogyama
sP)
Cacing ini
menyebabkan akar–akar tomat berbintil–bintil, biasanya hanya timbul pada
tanah–tanah ringan yang terlalu asam ( PH 4 – 5). Pemberantasan dengan
nematisida
c. Lalat buah (Dacus
durcalis)
Lalat ini
umumnya menyerang dengan cara menyuntikan telur–telurnya kedalam kulit buah
tomat, dan telur tersebut akan menjadi larva yang menggerogoti buah tomat
dari dalam sehinga buah tersebut menjadi busuk dan rontok. Lalat buah dapat
dikendalikan dengan cara menyemprotkan inteksida sistemik sejak buah
berumur 1 minggu.
e. Kutu putih (Pseudococus
SP)
Kutu putih
menyerang tomat dengan cara menghisap cairan daun. Hama ini juga mambawa
penyakit embun jelaga. Akibatnya daun menjadi keriting dan bunga/buah mengalami
kerontokan pemberontakan gunakan insektisida.
Selain OPT berupa hama, menurut budidaya tomat tidak akan lepas dari serangan bakteri dan virus penyebab tomat. Bakteri penyebab layu tanaman tomat adalah Pseudomonas sp. Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, tanaman tomat terserang mengalami kelayuan daun, diawali dari daun-daun muda. Upaya pengendalian antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida (Novik Kurnianti, 2012).
Selain OPT berupa hama, menurut budidaya tomat tidak akan lepas dari serangan bakteri dan virus penyebab tomat. Bakteri penyebab layu tanaman tomat adalah Pseudomonas sp. Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, tanaman tomat terserang mengalami kelayuan daun, diawali dari daun-daun muda. Upaya pengendalian antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida (Novik Kurnianti, 2012).
Tanaman
yang sengaja ditanam atau dibudidayakan tidak akan lepas dengan tumbuhnya
tanaman pengganggu atau gulma. Menurut Ari Wijayani dan Wahyu Widodo (2005) gulma
adalah sebagai tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki tumbuh
pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan
tanaman budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat
keadaan morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhanya. Berdasarkan keadaan
morfologinya, dikenal gulma rerumputan (grasses), teki-tekian (sedges), dan
berdaun lebar (board leaf).
Berdasarkan
konsep praktikum Layanan Klinik Tanaman maka setiap kelompok mendapat tugas
melakukan observasi di berbagai tempat khususnya di wilayah Jember. Wilayah
tersebut meliputi bagian timur, selatan, utara dan barat. Tomat terbukti dapat hidup dan dibudidayakan
di wilayah-wilayah tersebut. Setelah mendapatkan hasil observasi lapang maka
langkah identifikasi dilanjutkan dengan mengisolasi bakteri dan jamur dalam
media NA dan PDA. Diharapkan dengan mengetahui jenis koloni yang menyerang
tomat, maka dapat dipilih pula pengendalian yang tepat
1.2
Tujuan
Tujuan
dilakukan praktikum ini adalah:
1. Mampu
mengidentifikasi gejala yang timbul pada tanaman tomat akibat serangan OPT.
2. Mampu
membedakan gejala serangan yang ditimbulkan oleh hama, penyakit, dan gulma.
3. Mampu memberikan solusi sebagi
perwujudan meguasai konsep klinik terhadap tanaman tomat
1.3
Manfaat
Manfaat
dilakukan praktikum ini praktikan diharapkan lebih mampu mengidentifikasi
gejala serangan akibat OPT sejak dini, sehingga kerusakan tanaman akibat
serangan OPT dapat ditekan dengan pecegahan. Memberikan sedikit bantuan
rekomendasi kepada para klien untuk perbaikan penanaman tomat berikutnya.
BAB
2. METODOLOGI
2.1
Waktu Dan Tempat
Praktikum
Klinik Tanaman acara “Observasi Lapang, Identifikasi Hama Dan Gulma, Isolasi
Jamur Dan Bakteri serta Prnghitungan Gulma”
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 21 Februari, 28 Februari, 7 Maret,
14 Maret 2013 Pukul 13.00 WIB sampai
dengan selesai di Laboratorium Hama Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Jember serta
di Lapang.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
1.
Pinset
2.
Cawan Petri
3.
Cutter
4.
Bunsen
5.
Pipet tetes
6.
Coloni counter
7.
Mikroskop
8.
Tabung reaksi
9.
Jarum ose
10.
Selotip
11.
Object glass
12.
Pensil
13.
Bolpoint
14.
Penggaris
15.
Penghapus
3.2.2 Bahan
1.
Bagian tanaman tomat yang terserang penyakit
2.
Bibit jeruk
3.
Alcohol
4.
KOH
5.
Media PDA
6.
Media NA
7.
Kertas A4
3.3 Cara Kerja
2.3.1
Cara Kerja Observasi ke Petani
1.
Membuat quisioner berisi pertanyaan- pertanyaan yang akan ditanyakan kepada
petani
2.
Memilih lokasi lahan pertanian yang sedang ditanami tomat
3.
Menemui petani tomat dan melakukan tanya jawab kepada petani sesuai dengan
quisioner yang sudah dibuat
2.3.2
Cara Kerja Identifikasi Hama
1.
Mendatangi lokasi lahan pertanian yang sedang ditanami tomat.
2.
Mengamati hama yang ada pada lahan tersebut.
3.
Membuat dokumentasi foto hama yang ditemukan.
4. Mencocokkan
species hama yang ditemukan menggunakan fungsi determinan.
2.3.3
Cara Kerja Identifikasi Gulma
1.
Membuat kotak atau persegi dari kawat yang dipotong sepanjang 50 cm
2.
Dilemparkan ke lahan pada petak pertama dan seterusnya untuk mendapatkan sample
gulma.
3.
Identifikasi gulma apa saja yang terdapat dalam kotak yang telah dilempar.
4.
Ulangi sampai seluruh species gulma teridentifkasi.
5. Setelah itu
hitung frekuesni, kepadatan populasi dan dominasi dari gulma yang telah
ditemukan.
2.3.4
Cara Kerja Identifikasi Penyakit
2.3.4.1 Isolasi Jamur
1.
Menyiapkan bagian tanaman tomat yang terserang penyakit.
2.
Mengoleskan alkohol pada bagian tanaman yang akan diisolasi.
3.
Memotong daun tomat yang terserang menjadi 8 bagian kecil- kecil.
4.
Merendam potongan daun tersebut pada cawan petri yang berisi aquadest selama 10
menit.
5.
Membawa cawan petri yang berisi potongan daun ke dalam ruang isolasi.
6.
Menyemprot tangan dengan alkohol sebelum melakukan aktivitas di dalam
autoclave.
7.
Menstreilkan alat- alat yang akan digunakan untuk isolasi menggunakan alkohol
dan bunsen.
8.
Mengambil 4 potongan daun unuk diletakkan pada cawan petri yang telah berisi
PDA.
9.
Menutup rapat cawan petri serta memberi selotip mengelilingi tutup cawan petri.
10.
Bungkus cawan petri dengan kertas kemudian memberi kertas label di atasnya.
11.
Menyimpan cawan petri ke dalam ruang penyimpanan inkubasi.
12.
Melakukan pengamatan 2x24 jam
2.3.4.2 Isolasi bakteri
1.
Menyiapkan bagian tanaman tomat yang terserang penyakit.
2.
Mengoleskan alkohol pada bagian tanaman yang akan di isolasi.
3.
Memotong daun tomat yang terserang menjadi 8 bagian kecil- kecil.
4.
Merendam potongan daun tersebut pada cawan petri yang berisi aquadest selama 10
menit.
5.
Membawa cawan petri yang berisi potongan daun ke dalam ruang isolasi.
6.
Menyemprot tangan dengan alkohol sebelum melakukan aktivitas di dalam
autoclave.
7.
Menstreilkan alat- alat yang akan digunakan untuk isolasi menggunakan alkohol
dan bunsen.
8.
Mengambil 4 potongan daun unuk diletakkan pada cawan petri yang telah berisi
media NA.
9.
Menutup rapat cawan petri serta memberi selotip mengelilingi tutup cawan petri.
10.
Bungkus cawan petri dengan kertas kemudian memberi kertas label di atasnya.
11.
Menyimpan cawan petri ke dalam ruang penyimpanan inkubasi.
12.
Melakukan pengamatan 1x24 jam.
2.3.5
Cara Kerja Identifikasi Nematoda
1.
Mengambil bagian akar tanaman jeruk yang akan diamati.
2.
Bersihkan akar dari tanah dan kotoran-kotoran lain.
3.
Memotong akar sepanjang 1cm sebanyak 1gram.
4.
Mengamati pototangan akar di bawah mikroskop untuk mengidentifikasi nematoda.
5.
Mengamati bentuk stilet serta bentuk tubuh nematoda.
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
A.
Data
Kuisioner/Observasi ke Petani Per Individu
OBSERVASI
LAPANG
A.
|
Klien :
|
|
|||
|
Nama Klien
|
Bapak Mahfud
|
|||
|
Tempat, tanggal lahir
|
Jember, 6 Januari 1961
|
|||
|
Pendidikan terakhir
|
SD
|
|||
|
Alamat
|
Dusun Curah Suko, Desa Kaliwining, Kecamatan Rambipuji
|
|||
|
Kursus yang pernah diikuti
|
Penyuluhan dari Sinder
|
|||
|
Pengalaman bertani
|
Pengalaman bertani hampir 30 tahun namun baru 1 tahun berpengalaman
bertani tomat.
|
|||
|
Jenis tanaman
|
Tomat
|
|||
|
Luas tanam
|
Bapak Mahfud tidak memiliki lahan sendiri, sehingga beliau harus
menyewa tanah dari petani lain. Beliau menyewa 1 hektar tanah dengan harga
sewa Rp 6.000.000 untuk sekali tanam.
|
|||
|
Tanaman sebelumnya
|
Padi
|
|||
|
Tanaman sekitar
|
Padi
|
|||
|
Pupuk yang dipakai
|
|
|||
a. organik
|
Tidak menggunakan pupuk organik, melainkan selalu menggunakan pupuk
kimia.
|
||||
b. an-organik
|
Pupuk kimia yang digunakan hanya pupuk kimia dengan merk dagang Super
Brown.
|
||||
|
Dosis pupuk
|
Dosis pupuk Super Brown adalah
kg / hektar. |
|||
|
Pengairan
|
Tidak pernah disiram karena mengandalkan air hujan.
|
|||
|
Pengendalian OPT
|
Pengendalian dilakukan dengan menggunakan pestisida kimia dan
pestisida nabati.
|
|||
|
Jenis pestisida
|
||||
a. Nabati
|
Pestisida nabati yang digunakan berasal dari air kencing kambing,
sedangkan
|
||||
b. Kimia
|
pestisida kimia yang digunakan berupa pestisida dengan merk dagang Kipro.
|
||||
|
Jadwal penyemprotan
|
Satu minggu 1x, dengan dosis 3 sendok dalam setiap 1 tangki alat
penyemrotan.
|
|||
|
DOKUMENTASI
|
|
|||
|
A. Foto Klien
Bapak Mahfud
|
Gambar 1.
Kegiatan wawancara dengan Bapak Mahfud di kediamannya Dusun Curah Suko, Desa Kaliwining,
Kecamatan Rambipuji. Pada hari Senin pukul 13:00 WIB tanggal 25
Februari 2013.
|
|||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
Foto Lahan
|
Gambar 2. Foto 1 hektar lahan tomat milik Pak Mahfud di Dusun Curah Suko,
Desa Kaliwining, Kecamatan
Rambipuji.
|
|||
|
|||||
|
Foto Gejala Serangan
1.
Daun Tanaman Tomat
2.
Batang Tanaman Tomat
3.
Akar Tanaman Tomat
4.
Buah Tomat
|
Gambar 3. Gejala serangan karat daun oleh cendawan Phakospora pachyrhizi pada daun
tanaman tomat Bapak Mahfud.
Keterangan : Berdasarkan hasil keterangan Bapak Mahfud
tanaman tomatnya banyak terserang oleh virus. Beliau berkata demikian karena
jarang dijumpai hama atau OPT lain yang menempel dan menyerang tanaman
tomatnya. Namun daun-daun tanaman tomatnya terlihat menguning ditepinya,
keesokan harinya timbul bercak karat coklat secara tiba-tiba dan menyebar
keseluruh permukaan daun. Setelah diamati dan dilakukan identifikasi gejala
kerusakan tanaman akibat serangan penyakit karat seperti terdapatnya
bintik-bintik kecil kuning yang kemudian berubah menjadi bercak-bercak
berwarna coklat pada bagian bawah daun dan bercak karat terlihat sebelum
bisul- bisul (pustule) pecah. Maka sementara sebelum dilakukan uji
selanjutnya ditetapkan hal tersebut adalah penyakit karat daun yang
disebabkan oleh cendawan Phakospora
pachyrhizi.
Gambar 4. Foto batang tanaman tomat Bapak Mahfud yang terlihat sehat dan
tidak terserang OPT.
Keterangan : Berdasarkan keterangan
Bapak Mahfud, batang tanaman tomatnya tidak terserang oleh hama ataupun OPT
lain. Setelah dilakukan kunjungan lapang langsung pada tanaman tomatnya maka
diketahui bahwa batang tanaman tomat sehat dan tidak diketahui adanya OPT
yang menyerang batang tanaman tomat. Jika diketahui ada tanaman tomat yang
layu dan mati hal tersebut disebabkan oleh daun-daunnya yang terlebih dahulu
rusak diserang oleh ulat grayak atau thrips ataupun belalang.
Gambar 5. Foto gejala akar tanaman tomat yang diidentifikasi terserang
nematoda.
Keterangan : Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak
Mahfud, beliau tidak mengetahui adanya OPT yang menyerang akar-akar tanaman
tomatnya. Setelah kunjungan lapang dan mencabut tanaman tomat yang layu, maka
diketahui akar tanaman tomat pendek
dan terdapat sedikit puru pada akarnya. Maka sementara sebelum dilakukan
uji selanjutnya ditetapkan hal tersebut adalah disebabkan oleh serangan
nematoda.
Gambar 6. Foto gejala buah tomat yang terserang ulat grayak (Spodoptera litura)
Keterangan : Berdasarkan hasil wawancara
denga Bapak Mahfud, ulat yang menyerang tanaman
tomat milik Bapak tidak hanya menyerang daun tanaman tomat namun juga buah
tomatnya. Ulat ini biasanya menyerang di malam hari dengan cara memakan buah tomat.
Gejala pada daun berupa bekas-bekas gigitan berlubang, sedangkan buahnya
ditandai adanya lubang tidak beraturan di setiap permukaan buah. Setelah
dilakukan kunjungan lapang, maka benar terdapat ulat yang sedang memakan buah
tomat. Bahkan ulat tersebut dapat masuk dan menghabiskan buah tomat dari
dalam. Berdasarkan kunjungan lapang juga diketahui ulat menyerang buah tomat
pada semua fase, baik bua muda maupun siap panen.
|
|||
|
|
|
B. Hasil Hama
Golongan Hama
1. Ulat Grayak
Spodoptera litura
2. Belalang
(Valanga nigricornis)
3. Thrips
Thrips sp
|
Gambar 7. Foto ulat grayak (Spodoptera litura) yang menyerang tanaman tomat.
Keterangan : Ulat yang
menyerang tanaman
tomat milik Bapak Mahfud adalah Spodoptera litura. Ulat grayak menyerang daun tanaman tomat dan buah tomatnya. Ulat
ini biasanya menyerang di malam hari dengan cara memakan daun dan buah tomat.
Gejala pada daun berupa bekas-bekas gigitan berlubang, sedangkan buahnya
ditandai adanya lubang tidak beraturan di setiap permukaan buah. Pengendalian
kimiawi menggunakan insektisida
berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos,
klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk pada kemasan.
Gambar 8. Foto belalang yang
menyerang tanaman tomat Bapak Mahfud
Keterangan : Belalang (Valanga
nigricornis) adalah serangga herbivora
dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Pada umumnya
ukuran belalang betina lebih besar dari pada ukuran belalang jantan.
Struktur
Tubuh: Kepala belalang (oseli (mata tunggal), antenna, mata majemuk,
mandibula, maksila (rahang atas), hipofaring, mandibula, labium, jenis mulut
tipe penggigit dilengkapi dengan rahang atas dan bawah yang kuat), thorax
(tympanum & spiracle), abdomen (sayap depan, sayap belakang, ovipositor
&spiracles), Femur belakang berukuran panjang dan kuat yang digunakan
untuk melompat. Berdasarkan keterangan dari Bapak Mahfud, belalang yang
menyerang tanaman tomatnya merupakan hama dari tanaman padi disekitarnya.
Serangan belalang tidak begitu berarti melihat jumlahnyapun yang sedikit.
Namun tetap dilakukan penyemprotan pestisida sebagai tindakan pengendalian
Gambar 9. Gejala serangan (kiri) dan hama
Thrips yang menyerang tanaman tomat Bapak Mahfud
Keterangan
:Ukuran hama ini memang sangat kecil, kurang lebih sekitar 1mm, namun masih
bisa dilihat secara kasat mata. Selain menyerang daun yang tua
ada kecenderungan hama thrips lebih menyukai daun muda/ tunas. Hama
jenis ini, mudah diamati di sekitar kelopak bunga, karena kontrasnya warna
dasar kelopak yang putih dengan warna tubuh hama yang cenderung
“gelap”. Gejala serangan hama thrips ini adalah adanya strip-strip
pada bagian bawah daun dan berwarna keperakan. Warna keperakan itu
tidak lain akibat adanya luka akibat dari cara makan hama thrips, yang
menusuk mengisap. Warna keperakan tersebut akan berubah menjadi
warna menjadi coklat muda.
|
C. Hasil gulma
|
1. Teki
Cyperus rotundus
2. Rumput-Rumputan
Cynodon
dactylon
|
Gambar 10. Gulma
rumput teki Cyperus rotundus yang diambil dari lahan tanaman tomat Bapak Mahfud
Keterangan : Gulma yang pertama terlihat adalah gulma Cyperus rotundus . Gulma ini termasuk
jenis Teki, dengan ciri-ciri batang segitiga dan daun tersusun dalam tiga
deretan.
Gambar
11. Foto gulma rumput-rumputan Cynodon dactylon yang berada di lahan
tomat Bapak Mahfud.
Keterangan : Gulma ini termasuk jenis
Rumput, dengan ciri-ciri batang berbuku-buku dan tumbuh menjalar diatas
tanah. Berdasarkan keterangan dari Bapak Mahfud, gulma ini tidak banyak
berpengaruh karena hidup di parit dan disekitar guludan yang tertutupi mulsa.
|
||||||||||
3.
|
Imperata cylindrical (alang-alang)
|
Perawakan: herba, rumput, merayap, tinggi 30-180 cm.
Batang: rimpang, merayap di bawah tanah, batang tegak membentuk satu
perbungaan, padat, pada bukunya berambut jarang. Daun: tunggal, pangkal
saling menutup, helaian; berbentuk pita, ujung runcing tajam, tegak, kasar,
berambut jarang, ukuran 12-80 cm. x 35-18 cm. Bunga: susunan majemuk bulir
majemuk, agak menguncup, panjang 6-28 cm, setiap cabang memiliki 2 bulir,
cabang 2,5-5 cm, tangkai bunga 1-3 mm, gluma 1; ujung bersilia, 3-6 urat,
Lemma 1 (sekam); bulat telur melebar, silia pendek 1,5-2,5 mm. Lemma 2
(sekam); memanjang, runcing 0,5-2,5 mm. Palea (sekam); 0,75-2 mm. Benang
sari: kepala sari 2,5-3,5 mm, putih kekuningan atau ungu. Putik: kepala putik
berbentuk bulu ayam. Buah: tipe padi. Biji: berbentuk jorong, panjang 1 mm
lebih. Waktu berbunga : Januari - Desember. Tumbuhan ini dapat mempengaruhi
tanaman kultivasi lain, karena kebutuhan natrium yang relatif tinggi.
Perbanyakan: berkembang biak dengan sendirinya. Setiap saat rimpang dipanen
dari tumbuhan yang telah matang. Rimpang yang baik berwarna pucat, berasa
manis dan sejuk. Alang-alang dapat menuyebabkan penurunan pH tanah. Besarnya
penurunan pH dan hambatan terhadap proses nitrifikasi menunjukkan adanya
korelasi positif dengan pertumbuhan alang-alang.
|
||||||||||
4.
|
Borreria
laevis
|
Batang : Sering berwarna ungu, tegak agak
menggeletak dengan panjang 3-10 dm
Daun : berwarna ungu,
bulat panjang yang memanah seperti tombak
Bunga : berjumlah
banyak yang terletak secara axilari dan terminal. Bunga sekitar 1,3 cm,
kelopak berbulu, corolla sekitar 3 mm, putih, sering diwarnai dengan ungu
atau merah muda. Berbulu pendek pada sudut.
|
||||||||||
5.
|
Krokot (Portulaca oleracea)
|
Krokot merupakan
gulma yang: Sukulen. Batangnya penuh berdaging lunak dan tumbuh tegak atau
merata tergantung cahaya. Batang terbentang dan 10 – 50 cm, di mana ruas±berwarna kemerahan, berbentuk bulat,
panjang tua tak berambut. Tergolong
tumbuhan semusim, yang berasosiasi dengan 45 jenis pertanaman. Berkembangbiak
dengan biji dan dapat pula dari bagian batang bila tumbuh pada tanah yang
lembab. Daunnya sebagian tersebar, berhadapan, bertangkai pendek, ujung daun
melekuk ek dalam, bulat, atau tumpul (0.2 – 4 cm). Biji (0.5 mm) berbentuk
oval warna hitam mengkilat, permukaannya tertutup kulit yang agak mengekerut.
Bunganya terbentuk sepanjang musim di daerah tropis (daur hidupnya 3 – 5
bulan) di bawah kondisi ternaung akan tumbuh membentang dan tegak, serta
membentuk bunga. Membutuhkan suhu optimal antara 150 – 350C di mana bunga dan
biji dihasilkan dengan baik sekali.Di bawah intensitas cahaya yang tinggi
dapat layu.
|
||||||||||
6.
|
Ageratum Conyzoides
L.
|
Akar : tanaman ini
mempunyai akar tunggang.
Batang : batangnya
berbentuk bulat bercabang, tumbuh tegak, dapat mencapai ketinggian 60-120 cm.
berbulu pada buku-bukunya dan bagian rendah
Daun : pada daun, berbentuk bulat telur dimana pada bagian tepinya bergerigi dan berbulu. Daun bertangkai cukup panjang. Duduk daun bawah berhadapan, sedangkan bagian atas bertangkai pendek
Bunga : bunga pada
tanaman ini berkelompok seperti cawan, warna biru muda, putih dan violet,
mahkota bergantung sempit seperti lonceng terbalik berbentuk lima.
Buah : buah yang terdapat pada tanaman ini berwarna putih, keras, bergerigi lima, runcing dan rambut sisik ada lima.
Habitat : pada daerah
tropis berada pada tempat yang tak tergenang air dan pada daerah subtropis
berada pada ketinggian 1-1200 m dpl. Suhu optimal untuk tumbuh 16-24 ˚C.
intensitas cahaya tinggi yang dibituhkan gulma ini sehingga pertumbuhan
direduksi bila ternaungi.
Perbanyakan : perbanyakan tanaman ini secara generatif
dengan biji dan akar.
|
3.2
Pembahasan
Berdasarkan
konsep praktikum Layanan Klinik Tanaman maka setiap kelompok mendapat tugas
melakukan observasi di berbagai tempat khususnya di wilayah Jember. Wilayah
tersebut meliputi Jember bagian Timur, Jember Selatan, Jember Utara dan Jember
Barat. Setiap daerah dapat ditemukan petani yang membudidayakan tomat di lahan
sawahnya. Meskipun jarang dan sulit ditemukan, tetapi tetap ada kemungkinan petani
yang menanam tomat. Kelompok saya mendapat lokasi observasi Jember Barat dan
saya berhasil mendapatkan data melalui kegiatan interview dengan Bapak Mahfud.
Bapak Mahfud
adalah seorang buruh tani yang menyewa tanah seluas 1 ha untuk ditanami tanaman
tomat. Beliau kelahiran Jember, 6 Januari 1961 tepatnya di Dusun Curah Suko,
Desa Kaliwining, Kecamatan Rambipuji. Beliau telah berpengalaman sebagai
seorang petani hampir 30 tahun, namun baru 1 tahun berpengalaman bertani tomat.
Bapak Mahfud tidak memiliki lahan sendiri, sehingga beliau harus menyewa tanah
dari petani lain. Beliau menyewa 1 hektar tanah dengan harga sewa Rp 6.000.000
untuk sekali tanam. Dalam sistem budiaya tomatnya beliau tidak pernah
menggunakan pupuk organik, melainkan selalu menggunakan pupuk kimia dan pupuk kimia yang digunakan adalah pupuk daun
degan dengan merk dagang Super Brown. Untuk dosis pupuknya aalah Super Brown
adalah kg / hektar.
Pengairan tidak pernah dilakukan karena
mengandalkan air hujan yang melimpah. Sedangkan pengendalian OPT dilakukan dengan
menggunakan pestisida kimia dan pestisida nabati. Untuk jenis pestisida Pestisida
nabati yang digunakan berasal dari air kencing kambing, sedangkan Pestisida
kimia yang digunakan berupa pestisida dengan merk dagang Kipro. Jadwal
penyemprotannya adalah satu minggu 1x, dengan dosis 3 sendok dalam setiap 1
tangki alat penyemrotan.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan Pak Mahfud dan observasi di lahan beliau dapat diketahui
jenis hama yang sering muncul pada lahan tomat tersebut yaitu:
a. Ulat grayak
Berdasarkan keterangan dari Bapak Mahfud hama yang merusak buah-buah tomat
adalah ulat. Ulat melubangi buah tomat dalam semua fase baik buah muda maupun
yang siap panen. Ulat ini biasanya menyerang di malam hari dengan cara
memakan daun dan buah tomat.
Gejala pada daun berupa bekas-bekas gigitan berlubang, sedangkan buahnya
ditandai adanya lubang tidak beraturan di setiap permukaan buah.
Telur
berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2
lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25 –
500 butir) yang bentuknya bermacam-macam pada daun atau bagian tanaman lainnya,
tertutup bulu seperti beludru. Larva mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai
kalung / bulan sabit warna hitam pada segmen abdomen keempat dan kesepuluh.
Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis kuning. Ulat yang baru menetas
berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup
berkelompok. Pupa. Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah
pupa (kokon) berwana coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Untuk siklus
hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari, larva yang
terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari). Seekor ngengat betina
dapat meletakkan telur 2.000 – 3.000 telur.
b. Thrips
Ukuran hama ini memang
sangat kecil, kurang lebih sekitar 1mm, namun masih bisa dilihat secara
kasat mata. Selain menyerang daun yang tua ada kecenderungan hama thrips
lebih menyukai daun muda/ tunas. Hama jenis ini, mudah diamati di sekitar
kelopak bunga, karena kontrasnya warna dasar kelopak yang putih dengan warna
tubuh hama yang cenderung “gelap”. Gejala serangan hama thrips ini adalah
adanya strip-strip pada bagian bawah daun dan berwarna keperakan. Warna
keperakan itu tidak lain akibat adanya luka akibat dari cara makan hama
thrips, yang menusuk mengisap. Warna keperakan tersebut akan
berubah menjadi warna menjadi coklat muda.
Ukuran
Trips dewasa berukuran + 1 mm, berwarna kuning pucat, coklat atau hitam. Biasanya thrips lebih gelap warnanya apabila
kondisi lingkungan rendah , dan Semakin rendah suhu suatu lingkungan warna
trips biasanya lebih gelap.- Trips jantan tidak bersayap,
sedangkan yang betina mempunyai dua pasang sayap yang halus dan
berumbai. Berkembang
biak secara partenogenesis atau dapat menghasilkan telur tanpa melalui kawin
terlebih dahulu. Telur trips berbentuk oval. Telur diletakkan secara terpisah-pisah di
permukaan bagian tanaman atau ditusukkan ke dalam jaringan tanaman oleh
alat peletak telur. Nimfa berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan,
tidak bisa terbang tetapi hanya meloncat-loncat saja. Penyebaran dari satu tanaman ke tanaman lain
berlangsung sangat cepat
c. Belalang (Valanga
nigricornis)
Hama selanjutnya yang menyerang daun-daun muda tanaman tomat adalah
belalang. Nama latin belalng adalah Valanga nigricornis, kelas: INSECTA Ordo:
Orthoptera Family: Accididae Genus: Valanga dan Spesies: Valanga nigricornis. Morfologi belalang memiliki 2 pasang tungkai,
tubuhnya umumnya berwarna coklat, memiliki sepasang antenna, bersegmen, memiliki
2 pasang sayap (sayap depan teksturnya lebih keras), kaki belakang lebih besar
yang berfungsi untuk melompat. Tipe alat mulut belalang adalah penggigit
penguyah, sehingga serangga ini sangat terlihat gejala saat menyerang
daun-daun.
Belalang (Valanga nigricornis) adalah serangga herbivora
dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Pada umumnya
ukuran belalang betina lebih besar dari pada ukuran belalang jantan.
Struktur
Tubuh: Kepala belalang (oseli (mata tunggal), antenna, mata majemuk, mandibula,
maksila (rahang atas), hipofaring, mandibula, labium, jenis mulut tipe
penggigit dilengkapi dengan rahang atas dan bawah yang kuat), thorax (tympanum
& spiracle), abdomen (sayap depan, sayap belakang, ovipositor &spiracles),
Femur belakang berukuran panjang dan kuat yang digunakan untuk melompat.
Berdasarkan keterangan dari Bapak Mahfud, belalang
yang menyerang tanaman tomatnya merupakan hama dari tanaman padi disekitarnya.
Serangan belalang tidak begitu berarti melihat jumlahnyapun yang sedikit.
Sedangkan golongan gulma yang paling banyak terliat adalah
gulma teki spesies Cyperus rotundus,
Cynodon dactylon dan krokot.
1. Cyperus rotundus
Gulma yang pertama terlihat adalah
gulma Cyperus rotundus . Kingdom :
Divisi: Magnoliophyta, Kelas : Liliopsida Sub Kelas :Commelinidae
Ordo: Cyperales Famili: Cyperaceae Genus : Cyperus Spesies: Cyperus rotundus L. Gulma ini termasuk jenis Teki, dengan
ciri-ciri batang segitiga dan daun tersusun dalam tiga deretan. Cyperus
rotundus adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila
orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah jenis ini,
walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip. Teki sangat
adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia
membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih
(stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar
dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia,
tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan
pada kondisi kekeringan.
Ciri morfologinya, antara lain
berakar serabut yang tumbuh menyamping dengan membentuk umbi yang banyak, tiap
umbi mempunyai mata tunas, batang tumbuh tegak dan berbentuk tumpul atau
segitiga, memiliki ciri bentuk pita dengan pertulangan daun sejajar tidak
mempunyai ligula atau aurikula, arah daun tersebar merata mengelilingi batang,
serta penampang daun berbentuk huruf V. Gulma ini hampir selalu ada di sekitar
tanaman budidaya karena dapat berkembangbiak melalui biji, umbi akar dan
rhizoma yang sangat sulit untuk dikendalikan secara mekanis. Dalam persaingan
dengan tanaman budidaya, gulma menghasilkan zat allelopati yang dapat meracuni
atau menekan pertumbuhan tanaman budidaya.Akar teki atau Rumput palsu (batang
segitiga) hidup sepanjang tahun dengan ketinggian mencapai 10 sampai 75 cm.
Biasanya tanaman liar ini tumbuh di kebun, di ladang dan di tempat lain sampai
pada ketinggian 1000m dari permukaan laut. Tanaman ini mudah dikenali karena
bunga-bunganya berwarna hijau kecoklatan, terletak di ujung tangkai dengan tiga
tunas helm benang sari berwarna kuning jernih, membentuk bunga-bunga berbulir,
mengelompok menjadi satu berupa payung. Ciri khasnya terletak pada buah-buahnya
yang berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, kadang-kadang melekuk berwarna
coklat, dengan panjang 1,5 - 4,5 cm engan diameter 5 - 10 mm.
Daunnya berbentuk pita, berwarna mengkilat dan terdiri
dari 4-10 helai, terdapat pada pangkal batang membentuk rozel akar, dengan
pelepah daun tertutup tanah. Pada rimpangnya yang sudah tua terdapat banyak
tunas yang menjadi umbi berwarna coklat atau hitam. Rasanya sepat kepahit-pahitan
dan baunya wangi. Umbi-umbi ini biasanya mengumpul berupa rumpun.
2. Cynodon dactylon
Gulma ini termasuk
jenis Rumput, dengan ciri-ciri batang berbuku-buku dan tumbuh menjalar diatas
tanah. Berdasarkan keterangan dari Bapak Mahfud, gulma ini tidak banyak
berpengaruh karena hidup di parit dan disekitar guludan yang tertutupi mulsa.
Terutama di daerah dengan musim kemarau yang tegas, di
daerah cerah matahari < 1 - 1650 m. Rumput menahun dengan tunas menjalar
yang keras, tinggi 0.1 – 0.4 m. Morfologi Batang : langsing, sedikit pipih,
yang tua dengan rongga kecil. Daun
: daun sempit kerapkali jelas 2
baris. Lidah sangat pendek. Helaian daun bentuk garis, tepi kasar, hijau
kebiuran, berambut atau gundul, 2.5 – 15 kali 0.2 – 0.7 cm. Bulir 3 – 9,
mengumpul, panjang 1.5 – 6 cm. Poros bulir berlunas. Anak bulir berdiri
sendiri, berseling kiri kanan lunas, menghadap ke satu sisi, menutup satu
dengan yang lain secara genting, duduk, ellips memanjang, panjang kurang lebih
2 mm, kerapkali keungu-unguan. Sekam 1 – 2 yang terbawah tetap tinggal. Jumlah
benang sari 3, tangkai putik 2, kepala putik ungu, muncul di tengah-tengah anak
bulir. Bunga tegak,seperti tandan. Bijinya membulat telur, kuning sampai
kemerahan.
3. Krokot (Portulaca quadrifida L)
Gulma ini berada diparit antara guludan
dan tumbuh menjalar diatas tanah. Tanaman krokot atau portulaka termasuk
genus/marga Portulaca dari suku Portulaceae. Terdapat
sekitar 40-100 spesies (2 diantaranya adalah Portulaca oleracea dan Portulaca
grandiflora) yang ditemukan di daerah tropis dan daerah bermusim
empat. Krokot
juga tumbuh liar ditempat-tempat terbuka yang terkena sinar matahari. Tanaman
ini diperkirakan berasal dari daratan Amerika tropis di Brazil yang dapat
tumbuh dari dataran rendah sampai ketinggian 1.800 m dpl. Batang krokot
berbentuk bulat yang tumbuh tegak atau sebagian/seluruhnya terletak di atas
tanah tanpa mengeluarkan akar. Batangnya berwana cokelat keunguan dengan
panjang 10-50 cm. Daunnya tunggal, tebal berdaging, datar dan letaknya
berhadapan atau tersebar. Tangkainya pendek berbentuk bulat telur sungsang,
bagian ujungnya bulat melekuk ke dalam. Pangkal batangnya membaji dengan tepi
rata, panjangnya 1-4 cm dan lebar 5-14 mm. Warna permukaan atas daun hijau tua,
permukaan bawahnya merah tua. Bunganya berkelompok 2-6 buah yang keluar dari
ujung percabangan. Mahkota daunnya berjumlah lima buah, berwarna kuning dan
kecil-kecil.bunga ini akan mekar pada pagi hari antara pukul 8.00-11.00 siang
dan layu menjelang sore. Buahnya berbentuk kotak, bijinya banyak dengan warna
hitam cokelat mengkilap. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan biji.
Selain hama , berdasarkan hasil
observasi di lapang, jenis penyakit yang sering muncul di lahan tomat adalah: Gejala
serangan karat daun oleh Xanthomonas sp
pada daun tanaman tomat Bapak Mahfud. Berdasarkan hasil keterangan Bapak Mahfud
tanaman tomatnya banyak terserang oleh virus. Beliau berkata demikian karena
jarang dijumpai hama atau OPT lain yang menempel dan menyerang tanaman
tomatnya. Namun daun-daun tanaman tomatnya terlihat menguning ditepinya,
keesokan harinya timbul bercak karat coklat secara tiba-tiba dan menyebar
keseluruh permukaan daun. Setelah diamati dan dilakukan identifikasi gejala
kerusakan tanaman akibat serangan penyakit karat seperti terdapatnya bintik-bintik
kecil kuning yang kemudian berubah menjadi bercak-bercak berwarna coklat pada
bagian bawah daun dan bercak karat terlihat sebelum bisul- bisul (pustule)
pecah. Maka setelah dilakukan uji selanjutnya ditetapkan hal tersebut adalah penyakit
karat daun yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas
sp
Berdasarkan
pengisolasian tanaman tomat yang diduga terkena opt yang dibiakkan di media PDA
dan NA dapat diketahui bahwa pada pengisolasian tanaman pada media NA setelah
dilakukan inkubasi selama 24 jam dapat diketahui jumlah koloni sebanyak 358 dan
tipe gram positif. Sedangkan pada media
PDA setelah diinkubasikan selama 48 jam spora jamur tidak ditemukan, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tanaman tomat yang sakit tersebut terkena patogen jenis
bakteri, akan tetapi perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut untuk mengetahui
spesiesnya sehingga pengendalian lebih akurat.
Berdasarkan observasi
yang telah dilakukan, permasalahan yang dihadapi saat melakukan interview
dengan Pak Mahfud adalah persiapan kami yang kurang. Saat Bapak Mahfud telah
banyak bercerita, beliau sesekali meminta tanggapan dari kita, dan kita yang
masih kurang ilmu dan persiapan hanya bisa menjawab jujur masih belum bisa
menjawabnya. Hanya berbekal quisioner ternyata terbukti tidak cukup, bahkan
jika kita tidak membungkus setiap pertanyaaan dengan hal tertentu , arah
pembicaraan menjadi monoton dan membosankan. Bapak Mahfud bisa menguasai bahasa
Indonesia, jawa dan madura sehingga kami tidak mengalami masalah dalam hal
komunikasi.
Solusi yang dapat ditawarkan
adalah benar-benar mempelajari tentang objek yang kita tanyakan pada para
klien, contoh segala hal mengenai tomat. Hal tersebut penting sekali karena
para klien telah percaya dengan kemampuan seorang mahasiswa. Jadi tidak hanya
tugas praktikum, nama Universitas juga menjadi tanggung jawab saat posisi
interview dengan para petani. Kemudian melatih cara berbicara dan membawa
suasana perbincangan tetap menyenangkan agar klien benar-benar nyaman dan bisa
menyampaikan informasi secara terbuka..
BAB
IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Tanaman
tomat adalah tanaman yang rentan dengan serangan OPT, terbukti tanaman tomat di
Jember bagian Barat banyak terserang OPT.
2. Berdasarkan
hasil observasi di lapang, jenis hama yang sering muncul di lahan tomat adalah
ulat grayak, thrips dan belalang. Untuk jenis
penyakit yang sering muncul di lahan tomat adalah hawar daun akibat jamur.
Sedangkan jenis gulma yang sering muncul di lahan tomat adalah
krokot, Cynodon dactylon, dan Cyperus rotundus.
4.2 Rekomendasi
Berdasarkan observasi
yang telah dilakukan, rekomendasi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah
serangan OPT tersebut adalah dengan memberikan solusi terhadap cara
pengendalian yang lebih efektif dan efisien. Diantaranya melakukan penyuluhan
tentang mengendalikan OPT dengan prinsip PHT yang efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Wijayani
dan Wahyu Widodo. 2005. Usaha Meningkatkan Kualitas Beberapa Varietas
Tomat Dengan Sistem Budidaya Hidroponik.
Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 12 (1) :
77 – 83
Duriat and Ostima. 1979. Tomatoes in the tropics. Colorado : Westview press boilder
Hermanto.
2012. Budidaya Tomat. http://petunjukbudidaya.blogspot.com/2012/10/
cara-praktis-budidaya-tomat.html [diakses pada 13 maret 2013].
Novik Kurniati. 2012. Pengendalian OPT Tomat. http://epetani.deptan.go.id/blog/pengendalian-hama-penyakit-tanaman-tomat-807 [diakses pada 13 maret 2013]
Nur Fisca Putrisiwi. 2012. Makalah Dasar Perlindungan Tanaman Pengendalian Penyakit Pada Tomat ( Lycopersicon esculatum mill). Malang : Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Purwati, E. dan Ali Asga, 1990. Seleksi varietas tomat untuk perbaikan kualitas. Buletin Penelitian
HortikulturaVol XX/1
Widya almaida. 2010. Makalah Dasar Perlindungan Tanaman Pengenalan dan Penanganan Hama Penyakit Pada Tanaman Tomat. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
.